Adik kakak itu saat ini sedang duduk disofa, menonton serial favorit nya, yaitu SpongeBob SquarePants- oh tidak... Itu hanya Ocha, Ifal? Dia hanya menemani adiknya, ya walaupun dia juga ikut nonton.
“Kak, ayam yang dikasi tante Mia masih ga?”
“Emm, kakak abisin kemarin dek, kenapa? mau makan itu lagi?”
“Iya, tapi kalo abis yaudah.”
“Apa mau tante Mia masakin? Nanti kakak bi-”
“Gausah, Mama masak apa kak?”
“Ngga masak, kan katanya kamu mau makan ayam McD kan?”
“Eh iya, yaudah kakak pergi gih beliin, eh tunggu aku tanya Mama Papa, mau pesen apa mereka,” Ocha bangkit dari sofa lalu lari kekamar kedua orang tua nya.
“Jangan lari-lari dek! Ntar jatoh!”
Ifal sudah bosan mengobati luka adiknya hanya karena tersandung iya bisa langsung terluka, bahkan memar-memar.
Ocha mengetuk pintu kamar itu, kemudian langsung masuk, “Hehe maaf ganggu,” Ocha memperlihatkan cengiran saat melihat kedua orang tua nya sedang mengobrol.
“Ngga sayang, kenapa? Sini masuk aja.”
“Ngga, aku mau nanya aja, Mama sama Papa mau makan apa? Kak Ifal mau ke McD.”
“Sama kayak kamu aja.”
“Oke, yau-”
“Cha, sini dulu,” suara Papa nya membuat Ocha menghentikan langkah nya untuk berbalik, Ocha pun menurut, ia mendekati sang Papa.
Papa nya menyodorkan kartu ATM, “Bilang kak Ifal, suruh pake kartu Papa aja, pesen aja apa yang kamu mau, gausah takut gendut ya, selagi kamu bisa makan, makan aja, Oke sayang!?” Samuel tersenyum sembari mengacungkan jempol nya.
“Ocha terharu, haha. Thanks Mom, dad!” lalu Ocha pergi ke sofa lagi menemui kakaknya.
“Nih kak, kata Papa pake kartu ATM Papa aja, dan pesenan mereka sama kayak aku yaa, kakak juga jangan lupa!” setelah memberikan kartu ATM, Ocha kembali duduk ke sofa.
“Yaudah kakak beran-”
“Spada! Permishay!”
“Lah Jas, gue kira lo maling, aturan mau gue timpuk lo!” Ifal terkejut melihat Jason tiba-tiba nongol disamping nya.
“Enak aje lo kak,” kemudian Jason berjalan mendekati Ocha, lalu duduk disamping nya, “Bagi dong,” Jason mencomot beberapa popcorn ditangan Ocha.
“Je, gue mau beli makanan, lo mau juga ga? Atau mau ikut?”
“Ngga kak, sebelum kesini gue udah makan. Mau nonton aja ah.”
“Yaudah, kakak berangkat dulu ya, titip adek gue Jas!” kemudian Ifal langsung pergi.
“Okay, Hati-hati kak!” teriak Ocha.
Jason merasa ada yang aneh, “Bukannya lo yang harus jaga gue, kan lo lebih tua.”
Ocha mengingat kejadian tadi, mungkin ia ingin menceritakan nya kepada Jason, “Je, gue tadi siang ketemu dia-”
“Dia? Maksudnya dia? Kok-”
“I'm lucid dream again, dia teriak-teriak minta tolong, gimana gue bisa nolongin dia Je?” kata Ocha dalam hati, ia tidak mau jika tiba-tiba orang tuanya mendengar percakapannya, takut jika mereka semakin cemas.
“Jadi? Gimana-”
“Lo dengerin aja, gue ngga mau Mama ataupun Papa denger,” Ocha menarik nafasnya sejenak, “Semalam gue lucid dream nya dihutan, gue takut banget Je, terus gue jatuh berkali-kali gara-gara gue ngga bisa liat jalan, terus ya gue ngerasa ada orang yang teriak-teriak, kuping gue panas, gue rasa itu orang yang gue kenal.”
KAMU SEDANG MEMBACA
A Touch Of Ocha
RastgeleIf you think this story is a story about two teenagers who are full of love, then you are wrong! Cerita ini mengisahkan tentang dua orang yang berusaha mencari kekasihnya yang hilang beberapa tahun lalu, hingga ia dikejutkan dengan hal baru yang iy...