8. Taruhan

30 22 36
                                    

Halo!

Apa kabar semuanya!

Udah lama banget aku nggak update.

Semoga kalian suka chapter kali ini.

^^

Happy reading!

__________________________________

8. Taruhan

"Gue nggak akan lepasin lo kecuali lo bilang -iya."

-Arrava Dirgantara Bratama-

______________________________________

*^^*

Rava baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan boxer dan handuk kecil yang bertengger dipundaknya. Memperlihatkan jelas otot-otot perutnya yang pasti membuat para cewek histeris jika melihat itu. Ia kemudian mengambil satu kaos cassual berwarna putih, jaket denim hitam dan celana jeans yang senada dari dalam lemarinya. 

Setelah berpakaian, Rava mulai berkutat dengan rambutnya. Dengan sedikit pomade, ia menyapu rambutnya dan menatanya seperti yang biasa ia lakukan.

"Gila, cakep banget gue," pujinya tepat di depan cermin besar yang memantulkan bayangan dirinya, dari kepala sampai ujung kaki.

"Hebat banget Clara nggak kepincut sama muka tampan bak pangeran ala kerajaan Barat ini." sambung Rava sambil bergaya di depan cermin.

Tok tok tok

"Masuk!" ujar Rava ketika mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya.

Setelah pintu terbuka, berdirilah Gracia di sana, dengan baju tidur pink bermotif Minnie Mouse kesukaannya.

"Bang Rava mau ke mana?" tanya gadis itu setelah melihat penampilan Rava

"Udah cakep gini, ya mau keluar lah, masa mau tidur?" sinis Rava

Gracia memutar kedua bola matanya. "Ya keluarnya ke mana?"

"Anak kecil nggak boleh tau," kata Rava, kemudian kembali menata rambutnya agar terlihat lebih sempurna.

Sungguh Gracia ingin menceburkan abangnya itu ke dalam kolam saat ini juga.

"Bang, coba deh lihat ke sini dulu," ujar Gracia seraya memutar tubuh Rava menghadapnya.

Gadis itu menelisik penampilan Rava dari ujung kepala hingga kaki dengan bersendekap dada.

"Ganteng banget sih abang gue. Kalau gue bukan adek lo, bang, gue pasti udah kepincut."

Rava tersenyum bangga dengan kepala terjunjung tinggi setelah mendengar pujian dari Gracia. Tapi beberapa saat kemudian, wajahnya kembali datar dengan mata yang menyipit, menatap Gracia dengan pandangan curiga.

Ada maunya nih pasti.

"Lo bilang gini pasti ada maunya, kan?" tebak Rava. Dugaannya bertambah kuat setelah melihat Gracia tersenyum lebar.

"Ih, bang Rava tau aja deh." 

Rava memutar bola matanya. Seperti yang diduga dari Gracia. Gadis itu tidak akan memuji Rava begitu saja jika tidak ada sesuatu yang ia inginkan dari abangnya ini.

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang