14

5.7K 655 163
                                    

Apa yang dikhawatirkan member Keytri ketika pertama kali diberi tahu permainan ini jadi kenyataan. Suasana kelas pagi yang jarang sekali tenang dan damai, benar-benar berubah.

Di kamar satu, Muthe bersusah payah membangunkan Gita, dan Tasya bersusah payah membangunkan Anin. Mereka berdua sudah siap ke lantai bawah sejak beberapa menit yang lalu namun apa daya partner ikatan tali mereka benar-benar tidak bergerak sama sekali.

"Kak Tasya gue punya ide."

"Apa?"

"Tapi gue takut ntar kita dimarahin sama mereka kalo pake ide ini."

Tasya menggeleng cepat, "Gapapa buruan bilang, dosen gue hari ini dosen galak, ga boleh telat."

"Kalo ntar Kak Gita sama Kak Anin marah, Kak Tasya yang tanggung ya," ucap Muthe ragu-ragu.

"Iya, buruan bilang!"

"Cipratin air ke muka mereka."

"Oh iya bener!"

Tasya dan Muthe bergegas menuju westafel di kamar mandi untuk menampung sedikit air di telapak tangan.

"Gue pasrah sih kalo ntar Kak Gita ngamuk."

Muthe dan Tasya kembali berjalan keluar kamar mandi. Ceceran air membasahi lantai dari depan kamar mandi hingga ke samping tempat tidur.

"Kak Anin bangun," Tasya menyiparkan air ke wajah Anin dengan sebelah tangannya yang lain. Di kasur samping, Muthe melakukan hal yang sama persis sambil memanggil Gita.

"TETY!"

"MUTHE!"

Tasya dan Muthe saling pandang karena terkejut mendengar teriakan yang mereka yakini terdengar sampai ke luar saking besarnya teriakan kemarahan Anin dan Gita.

"Apaan sih pake nyiram-nyiram air!"

"Kak Anin ntar aja dong marahnya, gue ada kelas, dan dosen gue galak pagi ini," pinta Tasya memelas.

Anin menyibak selimut dengan kasar, dia beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.

"Lo kenapa? Guru lo galak juga?" Gita memandangi Muthe dengan wajah datar.

Muthe menggeleng, "Guru yang hari ini ngabsen sebelum kelas mulai, kalo ga ikut absen dianggap ga hadir."

Gita tidak mengucapkan apa-apa. Dia beranjak dari tempat tidur dan melipat selimut yang dia gunakan. Muthe kembali menatap Tasya, berkomunikasi lewat tatapan tentang keadaan yang tengah mereka hadapi.

Pintu kamar mandi terbuka, Anin berjalan keluar dengan wajah yang sudah terbasuh, "Becek nih, jangan lupa ntar di pel," ucapnya menatap lantai yang basah.

"Iya," jawab Tasya dan Muthe berbarengan.

-----

Di kamar dua, hanya Indy yang sudah siap dengan segala perlengkapannya untuk memulai kelas pagi. Seragamnya juga sudah dia kenakan sejak beberapa menit yang lalu. Kini dia sedang sangat sibuk membangunkan semua penghuni kamar dua.

"Ci Desy bangun dong, gue mau kelas!" Indy mengguncang tubuh Desy.

Desy menggumam, ntah mengucap apa.

"Ci Desy plis, gue nangis nih!" rengek Indy.

Desy tiba-tiba tertawa dengan mata yang masih tertutup rapat.

Indy terperanjat, "Lo udah bangun belum sih?"

"Udah, tapi tunggu lima menit lagi," pinta Desy pelan, "mending lo bangunin Gracia sama Shani."

KIII SE-ATAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang