17

5.1K 659 252
                                    

"Member biasa," desis Tasya membaca tulisan yang tertera di email sambil mengangkat pandangan dari layar ponsel Anin.

Anin mengambil ponselnya dari tangan Tasya, "Apa gue bilang! Pada ga percaya sih! Gue emang beneran kesel kalo pas pagi dibangunin! Apalagi sampe dicipratin air!"

Luapan kekesalan itu datang dari ingatan Anin akan pagi kemarin dimana dia dibangunkan Tasya dengan cara dicipratkan air, serta dari tuduhan member yang membuatnya tereliminasi.

"Oke Tasya sama Anin ga boleh ikut diskusi sama member lain ya buat nebak siapa Impostor," suara Putri membuat member kembali menoleh ke CCTV di belakang TV, "silahkan lanjutin aktivitas kalian, kalo mau berantem, silahkan berantem lagi, dah" tutup Putri.

Bersamaan dengan menghilangnya suara Putri, member kembali menaruh fokus pada Anin dan Tasya yang sekali lagi meluapkan kekesalan dalam diri masing-masing. Kali ini mereka lebih emosi daripada tadi, bahkan lebih emosi daripada saat bermain Among Us di ponsel.

Member lain tidak ada yang memotong omongan dua orang tersebut, mereka menutup rapat mulut dan memasang baik-baik telinga. Takut jika memotong ditengah luapan kekesalan akan dijadikan sasaran empuk untuk dimarahi.

"Udah?" tanya Beby saat ada keheningan beberapa detik.

Anin dan Tasya mengangguk, "Capek gue ngomong mulu, ga ada gunanya juga," tukas Tasya.

"Mungkin Impostor sengaja ngeluarin lo duluan karena ngerasa lo jago diskusi dan nuduh kali, Tet," Jinan mengeluarkan pendapat dengan harapan kekesalan Tasya karena dieliminasi pertama berkurang.

"Terus gue gimana?" Anin menunjuk dirinya.

"Kan kita ga tau kalo lo bener-bener kesel ternyata karena dibangunin Tety," jawab Desy. Dia memberanikan diri menjawab tanya itu walau ada kemungkinan Anin akan kembali mengomel.

"Sekarang udah tau kan?" Anin menatap Desy datar.

"Iya," jawab Desy pelan. Anin tidak mengomel, namun nada sinis Anin dan tatapan datarnya membuat Desy tidak berani mengatakan apa-apa lagi.

"Ci Shani," panggil Tasya dengan kepala menoleh ke area dapur, "Ci Shani ga mau nepatin janji Ci Shani buat jadi temen kamar aku nanti malem? Itung-itung biar aku semangat buat ikutan nyelesaiin misi walaupun udah ke-eliminasi."

"Ha?" Shani terkesiap dengan permintaan tiba-tiba Tasya. Dia tidak langsung menjawab, matanya menatap sekilas sosok yang duduk di samping Tasya, berusaha membaca ekspresi yang ada pada wajah tersebut.

"Balik lagi nih pembahasan ke masalah temen kamar," celetuk Eli.

Jinan di sisi lain Tasya memajukan tubuh, menolehkan kepala ke Gracia yang duduk di kanan Tasya, "Lo liat Ci Gre coba kalo masih mau minta ke Ci Shani."

"Iya, coba lo sambil liat Ci Gre, gue kira tadi lo udah mundur karena ga berani natap Ci Gre," sambung Indy.

Tasya memberanikan diri menoleh ke samping untuk menatap Gracia, "Ci Gre, ijin ya," pintanya pelan dan membuat beberapa member tertawa.

"Tanya orangnya sana, dia mau apa engga."

"Kalo Ci Shani mau, Ci Gre emang boleh?"
-----
Shani tidak melepas tatapannya dari Gracia, dia menunggu jawaban apa yang akan dikeluarkan Gracia untuk pertanyaan Tasya.

"Ya boleh lah,"

Satu ujung bibir Shani terangkat ke atas mendengar jawaban Gracia yang begitu spontan.

"kalo dia udah mau berarti dia lebih milih kamu," terang Gracia lebih lanjut. Nada suaranya datar, amat datar, saking datarnya tawa yang tadi keluar dari beberapa mulut member langsung hilang.

KIII SE-ATAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang