3

9.7K 738 46
                                    

Bosen banget", keluh Chika. Ia tengah berada di sofa lantai bawah, menemani Ara mengerjakan tugas. Dilantai bawah, tepatnya di sofa, tidak hanya ada mereka berdua, dari paling ujung kanan sofa ada Gita, Tasya, Fia, Indy, Gracia, lalu mereka berdua dengan Chika paling ujung. Mereka duduk dengan posisi yang sama, memangku laptop dan bersandar ke sandaran sofa dibelakang.

"Ngantuk banget", keluh Gita. Ia tim kelas pagi juga tim kelas sore.

"Ngantuk banget", beo Tasya. Ia sama seperti Gita, tim pagi lanjut sore. "Mana tadi ngeliatin ci Shani sama kak Anin tidur, jadi makin ngantuk", lanjutnya.

Keinginan Anin agar Shani tidur siang dikamar satu langsung berhasil tanpa menunggu hari lain. Sebenarnya terjadi secara tidak sengaja. Kamar satu memang membuat suasana 'siap tidur siang' tadi sebelum Shani dan Desy masuk, dan saat mereka asyik bercerita, walau pembahan mereka seru juga rame, tetap saja dinginnya hawa Ac bertemu hangatnya selimut berhasil membuat mata mereka terpejam lalu jatuh tertidur begitu saja.

Ara melirik ke Gracia yang duduk berjejer diatas sofa disampingnya, "oh pantesan ga ditemenin ci Shani kelas sore, ternyata ci Shani lagi bobo bareng kak Anin", nada suara Ara meledek.

Gracia tertawa, ia mencoba fokus ke dosen yang tengah menerangkan materi di zoom kelas.

"Tapi ChikaRa kayanya the next GreShan nih gue liat-liat", komentar Indy.

"Ga bisa, ci Shani rela bangun pagi, kak Chika belum sampe ditahap itu",

Chika tertawa mendengar ucapan Ara, "eh tapi tadi kalo bukan karena aku emang kamu bakal kelas?"

"Iya sih, tapi kan kita bandinginnya sama ci Shani yang nemenin ci Gre kelas pagi", Ara menjelaskan perbandingan yang sedang dibicarakan.

"Emang kamu mau aku temenin kelas pagi?",

"Emang kak Chika mau nemenin?", Ara balik bertanya.

Lima member disamping mereka memiringkan kepala kompak, berusaha menyimak pembicaraan keduanya. Tidak ada lagi yang fokus dengan materi kelas, seolah laptop dan zoom adalah sebuah formalitas.

"Kalo kamu mau bisa dipertimbangkan"

Tasya memajukan punggungnya, memecah pembicaraan uwu tersebut, "Tadi pagi gue udah disuguhin momen GreShan, sekarang gue disuguhin momen Chikara, ini masih hari pertama loh, jangan sampe gue bubarin ya kalian semua",

Semua member tertawa terbahak-bahak, "Jangan lupa momen ShaNin yang lagi tidur siang dikamar kita", tambah Gita.

Tasya mengangguk, "Oh iya itu juga"

"Disuguhin momen mulu, bikin momen dong sekali kali", ejek FIa, "canda momen", lanjutnya kemudian.

"Sama siapa dia kalo mau bikin momen?", Indy menatap serius ke Tasya.

Semua member tiba-tiba diam, sibuk berpikir siapa yang cocok untuk Tasya. "Ga ada", jawab Gita akhirnya.

"Gue sih maunya sama ci Shani ya, tapi kayanya susah, bakal banyak saingan", ujar Tasya.

Chika mengkerutkan dahi, "Kok banyak? Kan Cuma ci Gre"

"Kak Anin udah masuk itungan. Dia udah dengan jelas nunjukkin kalo bakal jadi saingan ci Gre, tapi gue yakin banyak yang bakal maju sebagai saingan ci Gre sih"

"Gue maju juga ah, mumpung lagi tinggal bareng, kapan lagi bisa bikin momen uwu sama ci Shani", Fia ikut mendaftarkan diri.

"Aku ga denger apa-apa kok guys, tenang aja", ucap Gracia datar. Keberadaannya seolah dianggap tidak ada disana.

"Nah, gimana kalo lo ama ci Gre aja kak?", Indy berseru excited.

Tasya mengangguk setuju, "ide yang bagus ga sih ci Gre? masa ci Shani doang yang bisa sama kak Anin, bales dong biar seru"

Chika tepuk tangan, "wah emang member KIII ga bisa kalo ga ngomporin", kepalanya menggeleng.

"Atau ci Gre mau sama aku? Tapi suit dulu sama kak Chika kalo mau", Ara menunjuk dirinya sendiri.

"Aku tinggal keatas ya Ara sekarang", Chika menatap sinis Ara.

"bener-bener buAra", teriak member yang lain secara kompak.

Ara tertawa, sebelah tangannya menahan pergelangan tangan Chika, takut takut kalo Chika benar-benar naik dan meninggalkannya keatas.

"Chika", panggil Gracia, langsung membuat Chika menoleh, "Cape ya? Sama kok aku juga", lanjut Gracia menirukan sound tiktok.

"Saingan Chikuy mah diluar KIII. Ada ce Fio, ada kak Mira juga", Gita menyebutkan member tim lain yang dekat dengan Ara.

"belum lagi member-member lain yang dideketin via twitter", sambung Fia.

Chika mengangguk dengan ekspresi sedih, "Cape banget jadi aku", ujarnya.

Ara tertawa, "eh jadi aku juga cape tau, saingannya sama kak Vivi".

Ucapan Ara berhasil membungkam Chika detik itu juga.

"Ara, Truth or dare?", tembak Indy tiba-tiba.

"Waduh apa nih tiba-tiba main games", Gracia terkejut padahal bukan ia yang ditanyai.

"Truth deh, kalo dare pasti ga bener"

Indy tertawa, dia tidak menyiapkan tantangan dare sama sekali padahal, "ce Fio, kak Mira, atau kak Chika?"

"kok ga ada pilihan no comment sih?"

"Tuh Chik, secara tersirat elo tuh bukan pilihan pertama Ara", Tasya memanasi dengan semangat.

Gita mengangguk setuju, "Kalo pilihan pertama pasti langsung jawab gaperlu pake basa-basi",

Ara menoleh ke Chika, "Jangan dengerin mereka kak Chika"

"Yaudah jawab buru", paksa Indy tidak sabaran.

"Aku pilih kak Chika sih", jawab Ara akhirnya.

"Alah paling karena ada Chikanya disini, coba ga ada pasti pilihannya lain", Fia menjatuhkan jawaban Ara.

Ara menggeleng, ia menutup layar laptopnya. Kelasnya sudah selesai tanpa ada satupun materi yang masuk didalam kepalanya, "Kalo sekarang aku mah emang deketnya sama kak Chika, karena kan kita se-tim jadi lebih deket, lebih sering ngabisin waktu bareng-bareng juga, kalo pertanyaannya ditanyain pas aku baru awal dimasukin ke KIII mungkin bisa beda jawabannya"

"Kalo tanpa ngeliat sekarang dan dulu, terlepas dari lo tim apa, kenapa lo pilih Chika?", Tasya ikut bertanya. "Eh lo tetep pilih Chika kan?".

Ara mengangguk, "Kenapa ya, bingung cara jelasinnya", ia tertawa sebentar, "Mungkin karena se-frekuensi kak, terus kak Chika tuh kayak luarnya kalem gitu kan, tapi ternyata oneng, jadi lucu-"

"Ga pernah gue liat Ara serius kayak gini", potong Tasya.

"Salah mulu", Ara protes tapi juga tertawa karena ia sendiri sadar ia terlalu serius menanggapi permainan ini.

"LANJUT!", teriak member lain yang sedang mendengarkan dengan serius. Tidak terima karena Tasya merusak momen sekali lagi.

"Terus menurut aku yah, kak Chika tuh kayak tau kapan menempatkan diri, ga melulu dewasa, ga melulu jadi anak kecil, kalo cerita sama dia juga kayak didengerin banget. Jadi ya gitu", terang Ara lebih lanjut. Walau tidak ada yang menuntut kejujurannya, walau tidak ada juga yang tau apakah ia berbohong, tapi kali ini ia merasa perlu mengungkapkan. Bukan demi menjawab pertanyaan, bukan demi memberitahu Chika bahwa ia menjadi pilihan pertama, tapi lebih kepada ia ingin mengatakan betapa ia berterimakasih akan sosok Chika yang kini berteman dekat dengannya. Ia hanya takut jika Chika tidak tau hal itu. Ia hanya takut tidak akan ada lagi kesempatan seperti ini nantinya. Maka jika bisa sekarang, kenapa tidak.

"Nyaman", Gita membuat kesimpulan.

"kak Chika mukanya jangan merah gitu dong", Indy menunjuk Chika yang sejak tadi hanya diam.

Semua menatap ke Chika, "Sumpah ga nyangka Ara malah jawab serius kayak gitu", aku Chika speechless sekaligus salah tingkah.

"Ara sekalinya serius damagenya sampe ke ulu hati", ucap Tasya. Tasya juga tidak menyangka seorang Ara yang hobi nempel sana-sini bisa mengatakan hal seperti itu.

"Chika ga perlu ngasih tanggepan apa gimana nih sistem permainannya?", tanya Gita kepada Indy yang memulai permainan ini lebih dulu.

Indy menggeleng, "Ga perlu, ntar kapan-kapan baru kita tanyai chikanya, biar kita ada kegiatan disini"

"Gue yakin ci Gre nih daritadi diem karena takut ditanyain Truth or Dare", Fia membelokkan sasaran. Sejak tadi, sejak awal permainan dadakan itu dimulai, hanya Gracia yang tidak berkomentar apa-apa. Gracia tetap menyimak, mendengarkan Ara, bahkan bereaksi lewat ekspresi saat mendengar ucapan Ara yang panjang lebar, tapi tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Gracia tertawa, "tau banget sih Fia".

"ci Gre, Truth or Dare?", tembak Ara, melempar permainan ke pemain baru.

Gracia menggeleng, "ga mau ah, pertanyaan kalian serem banget. Ga berani". Gracia tau apa yang akan ditanyakan ke dirinya, pasti tidak jauh-jauh tentang dirinya dan Shani.

"Ih curang, buruan ci, Truth or Dare?", Tasya memaksa.

"Dare kalo gitu", jawab Gracia. Ia lebih memilih mengerjakan segala tantangan ajaib daripada disuruh menjawab pertanyaan yang terlalu serius seperti Ara.

"Ga seru banget ci Gre", Chika protes, member lain di sofa itu juga protes. Mereka tidak menyiapkan tantangan Dare, didalam kepala mereka hanya ada pertanyaan untuk pilihan Truth.

Gracia sudah tau tabiat teman-temannya, "lah gimana dah, kan pilihannya Truth or Dare masa ga boleh milih Dare?"

"Kalo gitu ganti deh, Truth or Truth?", Gita mengubah permainan dengan cerdik.

Gracia tidak bisa tidak tertawa, "Gini deh, kalo aku pilih truth ga boleh ada yang nanya soal ci Shani, gimana?", ia memberi penawaran.

Cklek

Suara pintu terbuka terdengar dari atas. Tujuh member itu kompak mendongak melihat siapa yang keluar kamar.

"Sore ci Desy, gimana rasanya tidur dikamar satu? Nyenyak kan?", sapa Tasya.

Desy tertawa pelan sambil menuruni tangga, kakinya melangkah ke area dapur. "kalian ngapain?", tanyanya membuka kulkas dan mengeluarkan botol kaca berisi air putih dingin.

"lagi kelas online", jawab Gita. Desy menganggukkan kepala. Ia duduk dibangku panjang meja makan. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

"Emang kenapa sih kalo nanya soal itu?", Chika mengembalikan pembicaraan mereka. Mereka berhenti menoleh ke Desy dan kembali menatap ke Gracia.

"Kan orangnya lagi ga ada, ga boleh tau ngomongin orang dibelakang", Gracia memberi alasan.

"Tapi kan kita ga ngegosip. Pertanyaan buat Ara tadi juga ga mancing gossip kan?", Indy mencari celah dijawaban Gracia.

Alis Desy saling bertaut memperhatikan tujuh member yang duduk berjejer disofa itu, kalau tidak salah dengar tadi Gita mengatakan mereka tengah kelas online, tapi dari apa yang ia simak barusan pembicaraan mereka sangat jauh dari hal-hal yang berbau pelajaran, apalagi ia barusan mendengar kata gossip, "kalian ngapain sih?", tanyanya penasaran.

"Main truth or dare ci, tapi masa mereka pas aku milih dare pada ga terima", Gracia mengadu, berusaha mencari pembelaan.

Tasya tak mau kalah, ia juga melakukan pengaduan, "Masa ci Gre ga mau ditanyain soal ci Shani, padahal kita ga nanya macem-macem"

Desy tertawa, "eh Gre gue punya sesuatu buat elo", ia tiba-tiba berdiri sambil memainkan hape, lalu berjalan menghampiri Gracia.

Tujuh member itu penasaran, mereka menggeser duduk agar lebih rapat ke arah Gracia, padahal jarak duduk diantara mereka sudah tidak ada, jadi mereka hanya saling menghimpit, "Lucu ga sih?", ucap Desy menunjukkan layar hapenya ke hadapan Gracia.

Gracia mengambil hape Desy agar bisa memegangnya sendiri. Pada layar hape itu terpampang foto Shani dan Anin yang tengah tidur siang. Shani tidur dengan posisi lurus telentang, kedua tangan terlipat memeluk bantal didepan dada, sementara Anin, posisinya hampir sama dengan Shani tapi kepalanya tersandar ke lengan Shani.

"ci Shani kok tidur aja bisa anggun?", komentar Chika.

"Kak Anin gemes banget tidur disebelah ci Shani kayak gitu", komentar lain keluar dari mulut Fia.

"ShaNin sekalinya bikin momen bisa bikin adem", Gita ikut-ikutan.

Gracia menyerahkan hape kepada Desy, "biasa aja ah", ucapnya datar.

Desy tertawa, ia mencubit pipi Gracia, "iya yah biasa aja", ucapnya, tapi dengan nada seolah mengejek.

KIII SE-ATAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang