Pada masing-masing room kini sama-sama diisi oleh tiga karakter crewmate dan satu impostor. Crewmate yang bertahan sibuk mengerjakan task yang sisa sedikit, impostor yang cerdik tengah sibuk berpura-pura mengerjakan task, menghilangkan kecurigaan, sambil mencari celah untuk melanjutkan pembunuhan, sementara hantu crewmate, mereka terpecah menjadi dua kubu. Kubu pertama adalah mereka yang menerima kematian dan melanjutkan hidup dengan mengerjakan sisa task yang belum terselesaikan, dan kubu kedua adalah mereka yang belum menerima kematian apalagi setelah tahu siapa sang impostor, mereka sibuk bergentayangan mengelilingi dan mengikuti sang impostor, padahal hal itu tidak berguna karena dilayar hape para pemain yang bertahan hal itu tidak terlihat.
"Banyak begini setan yang ngikutin, kok impostornya ga kesurupan sih?, gumam Eli. Sudah jelas dia masuk kubu hantu crewmate yang mana.
"Impostornya kuat iman nih, ga gampang kesurupan", timpal Fia.
"Coba aja hantu-hantu bisa gabung ya, nyebrang ke room sebelah", ucap Ara sibuk mengerjakan task, mencoba menjadi hantu yang taat.
Anin mengalihkan pandangannya sebentar menatap Ara lalu kembali menatap layar hape, "Iya yah, kan aku mau nyebrang ke room dua, ngejagain ci Shani dalam diam"
"GA GITU KAK ANIN", teriak Ara.
Celotehan-celotehan para pemain yang karakternya sudah berubah menjadi hantu tidak ada yang didengarkan sama sekali oleh pemain yang bertahan. Mereka benar-benar terfokus dengan permainan karena babak ini adalah babak penentuan.Jika satu crewmate kembali mati, dan dua crewmate masih tidak memiliki petunjuk yang jelas tentang sosok impostor, bisa dipastikan mereka akan saling serang dan terhasut oleh sang impostor yang menyamar menjadi crewmate, namun jika dua crewmate bisa terbunuh dalam satu babak ini, kemenangan mutlak akan menjadi milik impostor. Crewmate yang bertahan juga harus rajin berkeliling ruangan, memastikan tidak ada kematian yang mereka tidak ketahui.
"MAYAT!", Gracia berteriak, "HA?! CHRISTY?!"
Kematian kembali terjadi di room dua.
"AKHIRNYA AKU DITEMUIN", teriak Christy.
"GUE YANG GEMES NUNGGUIN CREWMATE NEMUIN MAYAT CHRISTY", ucap Eli. Sejak tadi ia selalu mengikuti impostor, ketika impostor membunuh Christy di area yang sepi rasanya ia ingin berteriak dan memberi tahu crewmate yang bertahan bahwa karakter milik Chisrty sudah terbunuh. Sayangnya, peraturan dadakan tadi muncul, saat babak terakhir seperti ini, jika ada kematian, si pemain yang terbunuh dan hantu yang bergentayangan dilarang keras memberitahu kematian itu. Biar para pemain yang bertahan yang menemukan sendiri.
"MUTHE JUGA MATI!", teriak Tasya, mengumumkan kematian di room satu.
Kembali tombol report di dua room ditekan secara bersamaan. "Sesi keributan, mulai!", ucap Beby memberi aba-aba, dan membuat suasana benar-benar pecah.
"CI SHANI YA?!", Indy melempar tuduhan ke Shani, membuat Gracia menoleh ke arah Shani dengan tatapan tidak percaya.
"BUKAN!"
"CHIKA! GA MUNGKIN ELO KAN?!", seru Tasya panik.
"BUKAN GUE KAK TASYA!"
Tuduhan pertama tertuju untuk Shani dan Chika, dua orang itu langsung meletakkan hape dan berdiri dari duduk saat semua tatapan mengarah ke mereka.
"Aku padahal ngira Christy yang jadi impostor karena tadi salah nuduh Aya, taunya ternyata kamu?!" Gracia menganga, kepalanya menggeleng. Ia shock berat.
Shani tertawa, pun member lain, "Beneran bukan aku!"
"Chika lo udah dibela Muthe di sesi sebelumnya, dan lo ngebunuh dia?! Plot twist banget nih room", ujar Tasya. Ia memegang kepalanya, pusing.
"Gue malah ngira si Muthe impostornya karena tadi ngelindungin Chika, berusaha nutupin peran jahatnya dia", Jinan melipat tangannya didepan dada.
"BUKAN AKU! BENERAN DEH!", Chika berteriak, tidak terima tertuduh dua kali.
"Oke satu-satu. Waktu vote masih panjang, jadi kita denger debat antar room satu-satu", Aya menengahi, suasana panas ini akan seru jika tidak saling timpa pembicaraan, "Dari room satu dulu", ia mempersilahkan.
Chika mengangkat tangan, minta diberi waktu untuk menjelaskan lebih dulu, "Kalo aku, ga mungkin aku bakal sampe bela-belain naik ke atas sofa pas kak Anin nuduh tadi, gak mungkin juga aku bakal bunuh Muthe kalo misal emang aku yang impostor, kan tadi aku di bela"
"Mungkin aja", potong Jinan langsung. "Lo sengaja ngebunuh Muthe karena udah dibela sama-"
"Loh buat apa?!"
"Permainan perasaan dan pikiran, kayak tadi lo bilang, lo ga bakal bunuh Muthe karna udah ditolongin sebelumnya, dan lo berharap orang-orang bakal percaya sama apa yang lo pikirin itu", tandas Taysa.
Chika bungkam, matanya mengerjap mendenger tuduhan dengan alasan yang cerdas itu. Sesi ini ternyata berbeda dengan sesi sebelumnya yang asal tuduh tanpa penjelasan masuk akal.
"Gue malah nuduh elo kak", Chika melempar tuduhan kepada Tasya.
"LOH KOK GUE?!"
"DIEM! Chika jelasin!", Jinan menyuruh Tasya untuk diam dan membiarkan Chika ganti berbicara.
"Serem banget Jinan"
"gue yang kaget"
"Udah kayak debat calon presiden", sautan-sautan itu membuat Jinan tertawa.
"Kenapa kak Taysa? Inget tadi siapa yang nuduh kak Anin impostor dan bikin orang-orang percaya? Kak Tasya!"
"KAK JINAN YANG PERTAMA NUDUH KAK ANIN!", balas Tasya membelalakan mata dan menunjuk ke arah Jinan.
"LAH KENAPA JADI GUE DEH?!"
"DIEM KALIAN BERDUA!", Chika makin pusing. Sadar bahwa ucapan Tasya soal Jinan benar setelah ia ingat baik-baik.
"KAK JINAN JANGAN PERCAYA SAMA CHIKA!", Tasya kembali ke pendiriannya, "INGET TADI KATA KAK ANIN DIA NGEKORIN KAK ANIN MULU?! INGET KAN?! DIA BENERAN LOLOS KARENA DISELAMETIN MUTHE DOANG!"
Chika menggeleng frustasi, "WAAAAH FIX KAK TASYA SIH INI, NUDUHNYA SEGITU BANGET!"
"ELO CHIKA! ELO PANIK KAN KARENA RENCANA LO KEBACA?!"
"Udah deh ngaku deh lo berdua buruan, cape gue lama-lama tereak kayak gini", ujar Jinan membuat semua orang tertawa.
"JADI SIAPE NIH?!", tanya Eli, ia tidak sabar mendengar perdebatan dari room dua.
"KAK TASYA"
"CHIKA!"
"INGET GA TADI GUE DITANYA CI DESY PAS BARU MULAI MAIN, DIA NANYA GUE IMPOSTOR ATAU CREWMATE, GUE JAWAB CREWMATE!"
Tawa Chika pecah, ia sampai terjongkok karena lemas mendengar ucapan Tasya, "KALO GITU GUE JUGA BISA KAK TASYA!", pembelaan itu tidak masuk akal.
"TEGA LO BUNUH MUTHE PADAHAL DIA NGEBELAIN ELO TADI!"
"BUKAN GUE!!!!",
"Gila gue lama-lama kalo gini", keluh Jinan lelah.
"Room satu selesai. Lo pikir deh tu siapa yang impostor sampe sakit kepala.", Desy menyudahi sesi room satu dan beralih ke room dua, "Silahkan Indy dan GreShan saling tarik urat".
"Ini antara ci Shani sama Indy doang, buruan kasih pembelaan!", ucap Gracia.
"kok gitu?", tanya Beby heran.
Fia menoleh, "Soalnya kalo kita bisa scan karakter kita di medbey, kita fix crewmate, ga bisa dibantah lagi. Tadi kak Aya bilang dia liat ci Gre lagi nge-scan dirinya di medbey, jadi otomatis ci Gre di coret dari tuduhan", terangnya.
Shani berjalan ke arah sofa, "Bukan aku, ngapain coba aku ngelaporin mayat kalo aku yang impostor"
"IH BISA AJA! MENGHILANGKAN JEJAK", Indy setengah berlari ke arah sofa, ikut maju menghampiri Shani.
"LAH NGAPAIN? GA ADA KERJAAN BANGET"
"KENAPA KALIAN BERDUA GA NGELAPORIN MAYAT ELI?!", Gracia ingat, dua orang ini dan Ara yang membiarkan mayat Eli tergeletak begitu saja di ruang security.
Dua orang itu diam, bingung harus menjawab apa, "Ga tau, tadi buru-buru ngerjain tugas".
"Males aja, kirain bakal ada yang ngelaporin"
Tawa semua orang pecah, "PADA GILA EMANG!", Eli berdiri dari duduknya dengan dua tangan dipinggang saat mendengar jawaban tidak terduga dari Shani dan Indy.
"Gre, lo curiga sama siapa?", tanya Desy.
Gracia menggeser pandangannya dan menatap Desy yang duduk dianak tangga, "Dua-duanya muka-muka impostor", ucapnya sinis lalu mendongak menatap Shani dan Indy bergantian.
"Kalo aku yah, kalo aku emang impostor, ngapain aku kadang ngekorin kamu dan ga ngebunuh?"
"Ya karena belum ada kesempatan", tandas Indy menjatuhkan pembelaan diri Shani.
"JANGAN PERCAYA!"
Gracia menatap Shani, "Tapi aku emang paling curiga ke kamu sih", terangnya.
"SERU NIH!"
"LETS GO GRESHAN TUDUH-TUDUHAN"
"Kenapa?", tanya Shani. Dua tangannya terlipat didepan dada.
"Pertama kamu kadang suka tiba-tiba muncul, terus ngekor, kayak emang lagi berusaha nyari waktu yang pas buat ngebunuh kan?!"
"ENGGA ASTAGA!"
"Kedua, kamu sengaja ngebunuh Chisrty karena tadi dia di storage dan ga ngeliat mayat Gita, tapi pas kamu kesana ada mayat, jadi demi ga dituduh Christy di babak ini kamu ngebunuh dia"
Desy berdiri, ia bertepuk tangan kencang, "Gracia emang kalo soal game otaknya lancar. Nuduhnya berkelas"
"Iya iya, ini tuduhan paling berkelas dari awal main", Gita mengangguk setuju.
"Ketiga-"
"BANYAK BANGET!", potong Shani langsung.
"GreShan sekalinya saling curiga kayak gini ya ternyata, panjang lebar, ga saling percaya", saut Tasya.
Gracia tertawa, "Ketiga, kamu tuh dua kali ada di lokasi mayat. Kejadian pertama ga jelas kenapa ga dilaporin, kejadian kedua kamu sengaja ngelaporin supaya ga ketahuan banget kalo kamu yang impostor karena dua kali ngebunuh dan selalu berapapasan sama mayat yang ternyata belum di report"
"Kita kok nuduhnya ga kayak gitu sih tadi?", tanya Chika ke Tasya dan Jinan. Pedebatan ini jauh dari tarik urat tapi tetap mencekam karena semua tuduhan yang dilontarkan sangat-sangat masuk akal.
"Kita emosian pake urat, GreShan emosi masih pake perasaan", terang Tasya.
"Indy juga ada di lokasi pertama, dia juga ga ngelaporin mayat Eli",
"Mayat kak Eli meresahkan banget", Muthe menggelengkan kepala.
Beby tertawa, "Tau nih! Bukan Shani yang salah, mayat Eli yang salah kenapa ada disana"
"Kenapa aku ngikutin kamu-"
"SEMUA SALAH ELI!"
"KAK ELI MERESAHKAN, CI SHANI GA SALAH!",
"DIEM! CI SHANI MAU NGOMONG!", teriak Aya ketika ucapan pembelaan Shani terpotong. "Oke bagus, silahkan ci Shani ngomong lagi", lanjut Aya ketika semua sudah kembali diam.
Shani tertawa, terkejut karena Aya membungkam semua orang, "Kenapa aku ngikutin kamu, karena gapapa pengen ngecekin kamu aja-"
"Ngecekin aku lagi sendiri apa engga kan supaya bisa ngebunuh?", potong Gracia membuat Shani tertawa dan menggelengkan kepala.
"Atau emang sengaja mau dibunuh terakhir aja biar ga ketahuan banget", saut Indy kembali memanasi.
"Kedua", Shani kembali memberikan penjelasan atas semua tuduhan dari Gracia, abai dengan sautan panas Indy, "Aku kira juga Christy yang impostor setelah nuduh kak Aya dan salah, tapi ternyata bukan, terus kenapa aku ngelaporin mayatnya karena kan ini babak terakhir, jangan sampe pas ga dilaporin ternyata Indy berhasil bunuh salah satu dari kita, jadi dalam satu babak ini dia langsung menang, lagian kalo aku emang impostor, ngapain ngelaporin mayat Christy, mending lolos lagi aja kayak pas mayat Eli, toh ga ada yang liat juga kan? Ketiga, inget ga kata Indy, Crewmate itu sering bareng-bareng, aku sering ngikutin kamu, di lokasi mayat Eli juga aku ga sendiri, di lokasi mayat Christy doang yang sendiri karena tinggal kita doang, jadi ga bisa rame", tutup Shani. Ia benar-benar menjawab satu persatu tuduhan atas dirinya.
"Aku kalo jadi ci Gre bakal bingung banget sih, penjelasan ci Shani meyakinkan banget", gumam Ara.
"Kok Indy diem aja sih?", tanya Anin menatap ke sisi ujung lain dari sofa. Ia baru menyadari yang berdebat hanya GreShan, padahal Indy juga masih belum jelas statusnya apa karena belum mengatakan pembelaan apa-apa dan malah ikut menuduh Shani.
Indy menoleh, "Karena semua tuduhan ke ci Shani udah nunjukkin kalo ci Shani emang impostor, lagian orang kalo salah dia bakal ngomong panjang lebar, berusaha ngejelasin semua hal berharap semua yang dibilang bisa nutupin kesalahan",
"Bukannya ga ngomong karena bingung mau ngebela diri gimana, jadi pasrah?", balas Shani.
"Takut banget pada gelut ntar dikamar habis main ini", ucap Eli khawatir saat menyadari tiga orang itu adalah teman kamar.
"Ci Gre mesti mikir baik-baik nih biar crewmate ga kalah", tutur Aya.
Gracia menatap Indy dan Shani bergantian, "Ucapan ci Shani emang kayak ngeyakinin banget, tapi banyak bagian yang ga masuk akal, dan janggal, contohnya bagian yang dia ngekor karena pengen ngikutin doang. Itu aneh"
Shani langsung tertawa, ia jongkok didepan Gracia, "Beneran kamu ya ci?!", tembak Gracia langsung karena sikap Shani yang tiba-tiba itu.
"Aku jelasin panjang lebar pun kamu ga percaya", balas Shani.
"fix aku vote ci Shani", ucap Gracia yakin. Ia mengambil kembali hapenya dan benar-benar memilih Shani sebagai impostor, "Ga nyangka ternyata diikutin buat dibunuh", gumamnya
"Ga nyangka ngejelasin panjang lebar ternyata ga didenger", balas Shani.

KAMU SEDANG MEMBACA
KIII SE-ATAP
Fiksi PenggemarApa jadinya jika enam belas member tim K3 dipaksa tinggal bersama? Apa jadinya jika enam belas kepribadian, sikap, sifat, pemikiran dan perasaan harus dijadikan satu? Apakah enam belas member ini mempunyai sisi lain diri mereka yang tidak mereka tun...