Bagian 10

16 3 0
                                    

Mohon untuk tidak copy paste! Hargai sesama penulis!

Assalamualaikum semua, lanjut lagi nih cerita. Terima kasih buat yang tetep stay sama cerita ini.

Tanpa terasa jam pulang sekolah telah tiba, aku bergegas keluar kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa terasa jam pulang sekolah telah tiba, aku bergegas keluar kelas. Dengan melangkah perlahan aku berjalan melewati koridor. Aku mengedarkan pandangan ke penjuru lingkungan sekolah. Tanpa sengaja aku melihat pemandangan menyakitkan di depan mataku. Aku terpaku, tubuhku mendadak terasa lemas. Dadaku sesak, bahkan air mataku merembes dengan begitu derasnya.

Jadi ini alasanmu mengakhiri hubungan kita?

Dengan gerakan kasar aku menghapus air mataku lalu berjalan seakan tidak ada apa-apa. Tak kuhiraukan tatapan penuh tanda tanya mereka semua. Aku memilih menulikan telinga, pura-pura tak mendengar suara-suara berbisik-bisik yang sempat ku dengar tentangku. Mungkin aku memang cengeng, dan lemah.

Tapi, sekuat apapun dirimu. Kau bisa saja hancur akan cinta. Cinta bisa membahagiankanmu tapi juga bisa menghancurkanmu.

Potongam demi potongan yang kulihat di depan mataku seakan terus menghampiri. Di mana aku melihat seorang perempuan tengah bergelayut manja dibahu Arfaaz, dan laki-laki itu kulihat tak risih dengan apa yang dilakukan teman perempuannya.

Kini aku berhenti, mengatur nafas karena berjalan dipanas terik seperti i ini. Mataku mengedar ke penjuru arah, tatapanku mulai buram. Sekali lagi aku melihat ada seorang cowok menghampiriku. Tiba-tiba aku hilang kesadaran, dan semuanya jadi gelap.

-
-
-

Aku memegang kepalaku yang begitu pusing, dengan lemah aku bangkit terduduk bersandar di badan atas ranjang lusuh dengan sprei gambar sepak bola. Mataku mengamati pemandangan yang terlihat, kalau aku bisa asumsikan kamar ini seperti kamar cowok. Karena terlihat begitu banyaknya koleksi robot, serta PS dan poster-poster pemain sepakbola.

Pintu perlahan terbuka, tatapanku langsung beralih ke arah pintu dimana laki-laki tampan tengah tersenyum padaku. Dia menghampiriku, aku reflek perlahan mundur.

"Jangan mendekat!" Suaraku bergetar menahan isak tangis. Dia semakin menampilkan senyum smirknya.

Aku menatapnya tajam, melihat Arfaaz tersenyum misterius kepadaku. Rumah ini cukup sepi, dan hanya ada kita berdua. Jujur aku takut.

"Gak usah takut, aku gak akan apa-apain kamu kok," ucap Arfaaz dengan santai, laki-laki yang berstatus  mantan pacarku itu duduk dikursi dan menyalakan rokok. 

"Kamu ngerokok, Ar?" tanyaku kemudian, aku menunduk karena masih agak takut. Harus waspada dengan Arfaaz, karena jujur aku baru mengetahui sisi lain Arfaaz hari ini. Ternyata dia perokok.

Barisan Para MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang