Mohon untuk tidak copy paste cerita ini! Hargai sesama penulis!
Author Pov
Pagi menjelang, Inara beringsut turun dari kasurnya. Kaki jenjangnya melangkah ke kamar mandi, semua orang sibuk dipagi hari ini. Dimana ibuk sibuk menyiapkan sarapan, bapak yang akan berangkat kerja, Zea dan Inara yang juga akan berangkat sekolah. Sementara kak Faris berangkat lebih dulu tadi pagi karena ada urusan mendadak ditokonya.
Setelah memakai seragam, Inara bergegas menuju meja makan. Ia segera menempatkan bokongnya dikursi seraya memperhatikan masakan ibuk yang terasa nikmat dilihat. Ada sayur lodeh, tempe mendoan, sambal terasi, dan ikan tongkol pedas buatan ibu yang membuat Inara ngiler ingin segera menyantapnya.
"Dimakan Inara, jangan diliatin mulu!" tegur ibu menghampiri meja makan. Inara lantas mengangguk lalu meraih piring dan menyendok beberapa nasi dan lauk pauk.
Zea menarik kursi dan duduk disamping kakaknya. Tangan Zea juga mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk. Mereka berdua makan dalam diam setelah mengucapkan doa makan.
-
-
-Inara perlahan melangkahkan kakinya dengan melewati beberapa rumah demi rumah untuk sampai dijalan raya. Meskipun hubungannya dengan Arfaaz kandas, tak membuatnya sedih sampai berlarut-larut.
Ia sampai didepan gang, dan melangkahkan kaki menuju halte yang jaraknya 1 meter. Inara segera duduk dan melirik jam dipergelangan tangannya.
"Inara!" Inara tersentak kaget melihat Arfaaz yang tengah berada dihadapannya. Dengan senyuman manisnya pemuda itu turun dari sepeda motornya dan melangkah mendekati gadis imut itu. Inara memperhatikan penampilan Arfaaz dengan seksama, hari ini Arfaaz memakai jaket kulit berwarna coklat sebagai pembungkus seragam sekolahnya.
"Aku anterin, daripada kamu nunggu bis kelamaan," ujar Arfaaz seraya duduk disamping Inara.
Arfaaz berdiri dari duduknya dan segera menyambar helm yang tergantung distang sepeda motornya.
"Ayo naik!" pemuda tampan itu telah menaiki sepeda motornya lebih dulu dan memandang Inara yang masih duduk. Dengan cepat Inara mengangguk, walaupun sedikit ragu. Gadis itu bangkit lalu melangkah mendekati dimana sepeda motor Arfaaz terparkir.
"Jalan kamu lambat banget Inara! Kayak siput aja!" sindirnya. Inara akhirnya membonceng. Dan dengan gerakan cepat Arfaaz menghidupkan sepeda motornya. Inara sampai dibuat was-was dan takut karena Arfaaz menyetir sepeda motornya dengan ngebut, inara takut terjatuh karena nyetirnya Arfaaz kayak dikejar hantu.
"Kamu mau bikin aku mati jantungan!" omel Inara mencubit pinggang Arfaaz. Bagaimana ia tidak kesal coba, sepagi ini Arfaaz sudah membuatnya merasakan senam jantung dipagi hari. Arfaaz hanya terkekeh seraya menatap Inara dibalik kaca spion.
"Santai nyonya, gitu doang udah takut," sahutnya santai. Akhirnya mereka sampai didepan gerbang sekolah. Inara perlahan turun dari sepeda motor, ia melirik jam dipergelangan tangannya yang masih menunjukkan jam enam pagi. Tatapannya mengedar ke berbagai arah, sekolah masih tampak sepi. Jadi ia putuskan untuk duduk didepan, manik mata Inara melirik ke arah Arfaaz. Pemuda itu belum beranjak pergi.
"kamu gak mau masuk kelas?" ujar Inara menatap Arfaaz. Arfaaz menggeleng dan menatap Inara.
"Aku mau nemenin kamu disini," sahutnya menunduk. Inara segera memperhatikn wajah Arfaaz dengan seksama, ia lihat kesedihan diraut wajahnya.
"Kamu kenapa?" Tanya Inara memandang Arfaaz.
Arfaaz tak menjawab ia malah menunduk, tampak terlihat sedih dan menahan air mata yang akan keluar dari sudut matanya.
"Kamu gak perlu tahu apa yang aku rasain Inara, aku gak ingin dikasihani," balas Arfaaz lirih namun penuh penekanan.
"Kamu kayak ada masalah berat, kamu bisa cerita sama aku. Aku siap dengerin kok," Inara melirik Arfaaz. Arfaaz menggeleng cepat, tidak ingin Inara tahu masalahnya.
-
-
-Inara duduk dikantin dengan perasaan campur aduk, dari tadi tangannya hanya sibuk mengaduk teh dan memandangnya tanpa berniat meminumnya. Candra yang duduk berhadapan dengannya pun sampai dibuat terheran.
"Kenapa gak diminum?" Candra memandang Inara.
"Lagi gak mood," balas Inara mengerucutkan bibir. Kini ia sangat lengket dengan Candra.
"Kalau ada masalah cerita sama aku, siapa tahu aku bisa memberi solusi," ujar Candra tersenyum ke arah Inara.
"Aku gak ada masalah apapun kok," balas Inara memandang Candra, namun pikirannya malah jadi ingat Arfaaz.
"Kamu gak bisa bohong Inara, tatapan mata kamu gak bisa nipu aku," ucap Candra memperhatikan bola mata Inara.
"Emang keliatan ya?" Inara bertanya.
Candra mengangguk."Iya lah, jangankan aku..orang lain aja pasti bisa bedain kalau ngeliat gayamu kayak gitu. Kamu tuh gak bakat jadi tukang bohong," kekeh Candra yang sukses membuat Inara cemberut.
"Kan bener, aku aja bisa lihat kok!" lanjut Candra.
"Aku pengen cerita sih, tapi percuma juga aku cerita kayaknya sama kamu deh, Dra. Karena kamu juga gak bakal tahu sosok yang aku ceritain ini," ujar Inara seraya menyedot tehnya.
"Ini tentang temen kamu, kan?" tanya Candra yang langsung diangguki Inara.
"Cewek apa cowok?" Tanya Candra.
"Cowok," singkat Inara yang membuat Candra jadi gak nyaman.
"Masalahnya apa emang?"
"Sebenarnya sih gak ada masalah apapun sih Dra, cuma...aku heran sama apa yang dia sembunyiin ke aku. Kayak ada sesuatu gitu," balas Inara
"Mending, kamu tanyain aja kenapa dia kayak gitu," usul Candra.
"Udah sih Dra, tapi dia gak mau ngomong sama aku," sahut Inara.
Tbc
Dipublikasikan oleh TansahElingdd diwattpad pada tanggal 15 september 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Barisan Para Mantan
RomantikBagi siapapun yang mengcopy paste isi seluruhnya atau sebagian dari cerita ini. Demi Allah aku gak ikhlas dunia akhirat, jadilah penulis yang hebat dengan mengarang sendiri, bukan dari hasil mencuri! Inara, gadis cantik idaman semua pria. Tak pelak...