Terima kasih yang sudah mampir ke ceritaku ya....jangan lupa Vote dan comment
Mohon untuk tidak copy paste!!! Hargai sesama penulis!!!!
Arfaaz selesai makan, pemuda itu tak langsung pulang. Ia malah dengan santainya duduk selonjor diteras lantai rumah Inara. Jujur saja Arfaaz merasa kenyang karena tadi diambilkan porsi yang banyak oleh gadis itu.
"Kalau udah kenyang gini, bawaannya ngantuk dan mau tidur aja. Gara-gara Inara aku kekenyangan gini," gerutu Arfaaz membelai perutnya.
Inara tentu saja mendengar gerutuan mantan pacarnya itu, kesal tentunya.
"Jadi nyalahin aku nih," Inara menatap Arfaaz yang malah makin tidak tahu diri dengan tidur-tiduran diteras rumahnya.
"Kapan mau pulang?" Inara bersedekap dan menatap Arfaaz dengan jengah. Pemuda yang masih dicintainya itu bersikap sangat menyebalkan sekarang. Sering membuat Inara kesal dan marah dengan perilakunya.
"Gak boleh ngusir tamu, gak baik," nasehat pria itu hendak menutup mata.
"Mau ngapain kamu? Jangan tidur disitu!" Hardik Inara. Ingin saja Inara menyeret lelaki itu keluar, namun tubuh pria itu lebih besar darinya. Mana kuat ia.
Arfaaz bangkit, ia duduk bersila seraya menatap Inara.
"Sini duduk, temenin aku," ujar cowok itu. Inara dengan cepat menggeleng.
"Minta temenin sama Axel, tuh," sungut Inara. Arfaaz terkekeh.
"Makin galak ya kamu, dulu aja lembut banget sama aku. Sekarang mencak-mencak dan kasar," ujar Arfaaz serius, Inara terdiam. Tatapan Inara tampak merasa bersalah.
"Cepet banget ilangnya rasa cinta kamu ke aku, padahal aku aja gak bisa lupain kamu Inara," kini ekspresi Arfaaz terlihat serius. Inara tak berani menyela perkataan Arfaaz, terlihat kesedihan dimanik mata pemuda itu.
"Kamu kek terganggu dengan kehadiran aku, ya?" Arfaaz memalingkan wajah sedihnya.
Inara duduk disamping Arfaaz dan melirik pria itu.
"Aku gak merasa terganggu kok, Ar," ujar Inara kemudian, reflek Inara membelai bahu Arfaaz. Arfaaz menoleh karena melihat Inara mendekatinya. Senyum Arfaaz langsung terbit.
Inara mendadak kaku, dengan jarak dekat dan melihat wajah ganteng Arfaaz membuat dada Inara berdebar tak karuan.
Arfaaz semakin mendekat dan mengelus-ngelus kepala Inara. Tentu saja Inara baper dengan aksi spontan Arfaaz kepadanya.
Arfaaz berdiri dari duduknya. Ia melirik Inara sebentar lalu perlahan keluar gerbang.
"Aku pamit pulang ya, sampein ke ibuk kamu terima kasih karena sudah dibolehin mampir ke sini, bye Inara," cowok itu tersenyum dan melenggang pergi.
Inara memperhatikan punggung Arfaaz yang berjalan keluar rumahnya, tatapan Inara menatap lekat tubuh jangkung laki-laki itu sampai bayangan Arfaaz menghilang dari pandangan matanya.
Inara masuk ke dalam rumah dan mendapati Zea yang tengah mengiptipnya dibalik jendela.
"Heh, ngapain disitu?" Tegur Inara. Zea yang kadung tertangkap basah karena mengintip Inara dan Arfaaz hanya bisa nyengir kuda dan menampilkan tatapan sok innocentnya.
"Masih kecil, udah kepo aja sama urusan orang," sindir Inara.
"Siapa yang kepo? Asal tuduh orang aja," balas Zea tak mau kalah.
"Kalau gak kepo, ngapain berdiri disitu," tunjuk Inara. Zea yang lagi males berdebat dengan kakaknya malah memilih beranjak pergi dan masuk ke dalam kamarnya sambil ngedumel pelan.
Menjelang malam, Inara mengetuk-ngetuk pulpen, dari tadi ia tidak fokus belajar karena memikirkan perkataan Arfaaz tadi sore.
"Kenapa aku mikirin dia terus sih!" Inara menutup bukunya, lantas melangkah perlahan ke kasur. Merebahkan diri.
Tring!
Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Inara meraih benda pipih itu dan melihat sebuah pesan disana.
Chandra
Lagi ngapain?Me
Lagi santai nihChandra
Gak belajar?Me
Enggak, lagi gak fokus🤯Chandra
Kok bisa gak fokus, mikirin aku ya?✌Me
Gr😬Chandra
🤭Me
Kamu sendiri ngapain?Chandra
Lagi mikirin kamu nih.Me
Gombal😭Chandra
Aku serius loh🤦♂Me
Kirain bercanda🙉Chandra
Aku serius Inara, kamu mau gak jadi pacar aku?🌹Me
Hah? Duh! Maaf ya Chandra. Untuk saat ini aku belum siap pacaran🙏Inara mematikan handphonenya, Inara menghela nafas kasar. Belum juga bisa melupakan Arfaaz. Tapi Chandra sudah berani menyatakan perasaan padanya. Membuat Inara jadi tambah pusing.
_
_
_Pagi ini semua siswa Bakti Mulya dari berbagai kelas tengah berkumpul dihalaman sekolah untuk melakukan senam pagi yang biasa dilakukan pada hari sabtu.
Inara meregangkan kaki, tatapan matanya tanpa sengaja melihat Arfaaz yang tersenyum riang bersama teman perempuannya. Dada Inara terasa sesak, namun ia mencoba menahan diri. Meskipun hubungan dengan Arfaaz kandas, namun perasaan Inara masih sama kepada cowok itu.
"Cemburu ya?" ledek Kania melirik Inara karena manik mata Inara tak bisa lepas memperhatikan gerak-gerik Arfaaz.
"Enggak, siapa yang cemburu sih?!" Inara memalingkan muka, mencoba mengelak dengan apa yang dikatakan Kania.
"Gila ya Arfaaz, gampang banget dapetin cewek. Baru aja putus dari kamu, malah Ca_per ke cewek lain," ujar Kania manas-manasin Inara.
"Aku kira Arfaaz gak kek gitu loh, aku pikir Arfaaz baik ternyata sama aja kek yang lain," Kania terus terusan ngomporin.
"Biarin aja sih, urusin dia mau deket sama siapa aja. Bukan urusan aku," timpal Inara dengan nada kesal setengah mati.
"Ya ampun Inara, gak bisa dibiarin loh kek gitu. Belum apa-apa Arfaaz udah jilalatan sama cewek lain," Kania tak berhenti memprovokasi Inara.
"Bukan urusan gue! Dia bukan siapa-siapa gue lagi! Kita udah putus, ngerti gak sih?!" sungut Inara. Kania yang mendengarnya sontak bersorak riang dalam hati, pikirnya Inara sudah tidak ada perasaan lagi dengan Arfaaz. Jadi, mulai saat ini Kania bisa bebas mendekati laki-laki itu. Kania bertekat, dia tidak akan menahan perasaan sukanya lagi. Kania ingin mengungkapkan rasa cintanya dan membuat Arfaaz menjadi miliknya.
Tbc
Dipublikasikan pada tanggal 7 Januari 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Barisan Para Mantan
RomantizmBagi siapapun yang mengcopy paste isi seluruhnya atau sebagian dari cerita ini. Demi Allah aku gak ikhlas dunia akhirat, jadilah penulis yang hebat dengan mengarang sendiri, bukan dari hasil mencuri! Inara, gadis cantik idaman semua pria. Tak pelak...