Part 11

23 5 0
                                        

Mohon untuk tidak copy paste cerita ini! Hargai sesama penulis!

Aku segera membuka pagar besi dengan menariknya, lantas melangkah perlahan memasuki dalam rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku segera membuka pagar besi dengan menariknya, lantas melangkah perlahan memasuki dalam rumah.

Langkahku terhenti, melirik Zea yang sudah pulang lebih dahulu dan sedang menonton televisi.

Zea menyadari kehadiranku dan melirik plastik yang ku pegang. Dengan cepat Zea menghampiri dan memberi kode kepadaku untuk berbagi.

"Tau aja nih anak kalau didalam plastik berisi makanan," batinku kesal menatap Zea.

"Bagi dong," ucapnya terkekeh menatapku. Aku memutar bola mataku, malas. Ingin sekali ku getok kepalanya biar sadar, biar tak mengusikku terus menerus.

Aku tak mempedulikan tatapan lapar Zea dan memilih mendudukkan bokong disofa. Zea melirikku tajam.

"Gak usah gitu! Pelit amat jadi orang!" Ujar Zea ikut duduk disampingku.

Aku membuka plastik pemberian Arfaaz, seketika aku terkejut karena Arfaaz membelikanku makanan yang begitu banyak. Ada nasi uduk, bronis, nasi padang dan pecel lele. Mengingatnya membuatku jadi merasa bersalah padanya, mengapa dia begitu baik dengan membelikanku makanan sebanyak ini hanya karena aku pingsan?

Tatapanku tanpa sengaja beralih pada kertas kecil yang berisi tulisan Arfaaz. Aku segera meraihnya dan membacanya.

Kamu bisa milih sendiri mana yang kamu suka. Selebihnya kasih aja sama keluargamu.

Tanpa sadar aku tersenyum, membaca tulisan tangan Arfaaz yang begitu rapi.

Zea memperhatikanku dengan seksama, adikku yang super menyebalkan itu meraih bungkusan nasi uduk.

"Nasi uduknya buat aku ya," ujarnya. Aku mengangguk. Zea segera berlalu dari hadapanku, membuatku berdecak kesal karena Zea langsung pergi begitu saja tanpa mematikan tayangan televisi. Dasar! Zea.

Aku meraih remote control di atas meja dan menekan tombol off. Mematikan Tv dan beranjak menuju dapur, aku segera menaruh plastik berisi makanan ke atas meja.

Lalu segera bergegas mengganti pakaian seragamku dengan pakaian santai ala anak rumahan.

Aku membuka pintu kamar, melangkahkan kaki menuju dapur lalu meraih plastik diatas meja.

Tanganku dengan gesit membuka plastik berisi bungkusan nasi padang. Dalam hati aku kasihan juga sama Arfaaz, bagaimanapun juga dia baik sama aku. Yah, meskipun kadang nyebelin sih.

Barisan Para MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang