"Jangan hiraukan mereka yang pergi karna aku akan selalu ada untukmu, kazutora hanemiya."
"Kazutora kamu harus memilih hidup dengan mama atau papa?!"
"Kamu gak bisa terus-terusan diem kazutora! Cepat putuskan papa atau mamamu itu!"
"Cepat kazutora jangan buat kami semakin geram dengan kebungkamanmu itu! Mama atau papa!"
"Mama atau papa!"
"Papa atau mama cepat putuskan sialan!!"
"Ayo cepat kazutora putuskan atau kami akan meninggalkamu disini?!"
"Diam!!" teriakku dengan frustasi nafasku terengah-engah mimpi itu lagi padahal kejadihannya sudah lama kenapa, kenapa mereka masih menghantuiku?
"Baji gua butuh lo." aku menyembunyikan wajahku dilutut, tangan dan kakiku diikat. Sialan kepalaku pusing karna dipukul dengan keras, ini hari apa dan berapa lama aku sudah pingsan?
"Gua kangen lo baji hiks kenapa mereka misahin gua dari lo? Baji mereka jahat." lirihku. Tangisku semakin pecah membela keheningan ruangan sembab ini. Dingin, karna tubuhku menyentuh lantai tanpa ada alas apapun.
"Sial gua laper sampe kapan gua disini?"
"Hey bangsat! Keluarin gua! Sialan! Anjing! Cepetan gua mau ketemu baji babi! Gua tau kalian masih diluar jadi cepetan bebasin gua gak ada gunanya jadiin gua sandra tolol! Toman gak mungkin ceroboh cuma karna kalian nyandra gua disini! Keparat sialan bebasin gua!" teriakku sekeras mungkin tidak peduli jika tenggorokan putus setelah ini.
"Diem lo disana teman lo baji udah otw kesini!" sahut seseorang dari luar.
"Baji? Gak gak gak mungkin, disini bahaya baji gak boleh kesini, gua harus lepas harus, iya harus lepas." aku mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk memotong tali yang digunakan untuk mengikat tangan dan kakiku.
Aku berusaha bergerak sebisa mungkin untuk mencari sesuatu yang cukup tajam, hingga mataku menemukan pisau didekat jendela kecil diujung sana aku harus mengambilnya bagiamana pun caranya. Aku mendekat dengan menyeret tubuhku karna ikatan yang kuat dikaki membuat pergerakanku dibatasi.
"Huh!" aku menghela nafas ketika berhasil mendekati jendela itu sekarang tinggal berusaha berdiri, aku menyandarkan punggungku ditembok mencoba berdiri dengan menahan tanganku ditembok.
Cukup susah karna posisi ikatan tanganku yang berada dibelakang punggung, jika salah sedikit pisau itu akan jatuh keluar jendela.
Hap!
Dapat! Aku menggenggam pisau itu dan mengarahkannya pada tali pengikat tanganku, sialnya berkali-kali pisau itu salah sasaran dan malah melukai tanganku.
"Tidak harus lepas, lepas jika toman kesini pasti nyawa mereka dalam bahaya. Ayo kazutora sekali lagi!" aku terus bermonolog sendiri, menyemangati diriku agar segera bebas dari cengkram geng yang aku belum tau ada dendam apa dengan toman.
Srak!
"Akhh! Lagi-lagi pergelangan tanganku kembali tergores cukup dalam darah terus merembes keluar, tapi tali itu juga ikut tergores.