"Jadi apakah kau menyesal pernah memukulku dengan batako haitani-san?"
Sebenarnya aku sedikit kesal karna diserang tiba-tiba oleh geng yang tidak ku kenal apalagi mereka berani menembakku, tapi juga senang karna bertemu mitsuya. Rindou sekarang sedang fokus mencari cara untuk menghancurkan musuh bebuyutannya sejak sekolah dulu haruchiyo sanzu. Entah apa masalah yang terjadi diantara mereka hingga berbuntut panjang seperti ini, dan jangan lupakan mata-mata yang selalu mengikuti sanzu atas perintah rin namun setiap kali ditanya alasannya dia pasti menjawab "aku hanya ingin tau kelemahannya dan membunuhnya diwaktu yang tepat."
Takdir mereka sepertinya memang harus ditempat pertempuran, kita masuk tenjiku itu karna tau izana membenci mikey dan sedang merencanakan penyerangan terhadap toman. Seperti yang kita tau rin selalu mengawasi sanzu jadi dia tau bahwa musuhnya ada dipihak lawan membuat rin senang dan menyetujui begitu saja tawaran izana. Dia bahkan tidak peduli tentang hasil akhir yang penting baginya adalah membunuh sanzu, tapi aku tidak yakin sih.
"Masih hidup lo kak? Gua kira udah mati karna ketembak." seru rin yang baru saat melihatku pulang keapart. Bolehkan aku menghianati wasiat orang tua kami dengan membunuh adik tidak tau diri ini?
"Iya dan gua masih ada kekuatan buat ngebunuh lo!" ketusku sembari berjalan keruang tengah.
"Berani lo ngebunuh gua? Tau gua jatuh aja udah panik kalang kabut." jawabnya dengan nada mengejek dan berlalu kedapur. Aku pun menghampirinya kedapur dan duduk dengan tenang dimeja makan, tiba-tiba wajah mitsuya menghampiri ingatanku membuatku tersenyum dan merasa panas dikedua pipiku.
'Oh ayolah aku tertarik pada pemuda cantik dan manis itu pada pandangan pertama, dari rambut ubur-ubur lilacnya, tatapan mata sayu yang menyiratkan ketulusan, senyum manis dan semua yang ada padanya membuatku tertarik. Mitsuya benar-benar sempurna untuk dijadikan pasangan ku, seorang ran haitani.'
"Kak jangan gila dulu gua masih butuh lo buat jadi babu sama atm berjalan gua." ucapan rindou menarikku paksa dari lamunan dan membuatku mendengus kesal akibat ulah adikku satu-satunya ini..
"Adik bangsat!" umpatku kesal dan dia hanya terkekeh kecil.
"Nih makan dulu udah gua masakin terus minum obatnya biar cepet sembuh." dia memberikan sepaket makan malam dihadapanku. Walaupun menyebalkan rindou sebenarnya adik yang baik dan satu-satunya keluarga yang kumiliki.
"Makasih." ucapku lalu memakan hidangan dalam diam rin sudah duduk dihadapanku dengan bertopang dagu, sesekali tersenyum membuatku memicing apa yang ada dalam otaknya saat ini.
"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" tanyaku saat sudah menghabiskan makan malam dan kini menatap rin.
"Gak sabar aja ketemu chiyo minggu depan." Aku tidak heran mendengar jawabannya karna memang inilah waktu yang sudah ditunggu-tunggu oleh rin sejak lama, tapi aku tidak menyangkah bahwa dia akan seperti ini.
"Kau itu sebenarnya menyukainya kan?" tanyaku, membuatnya langsung menatapku dengan tajam.
"Enggak lah! Chiyo itu musuh gua lagian gak ada alasan buat gua suka sama orang gila itu. Malahan gau benci banget sama chiyo." jawabnya lalu berlalu pergi kekamar.
"Benci sama cinta beda tipis rin! Siapa tau musuh lo masa depan lo!" teriakku.
"Berisik bangsat!" balasnya tak kalah keras.
Blam!
Pintu kamarnya dibanting terlalu keras menimbulkan suara yang cukup memekakkan telinga. Aku ikut bangkit untuk kembali kekamar dan beristirahat.
![](https://img.wattpad.com/cover/286520341-288-k4808.jpg)