Sepasang iris biru indigo tak henti-hentinya menatap pantai di depannya, suara deburan ombak, terpaan angin dingin, belum lagi suhu yang cukup rendah menenangkan sejenak segala keriuhan isi kepalanya. Kakinya enggan beranjak, matanya terfokus pada laut lepas, butiran pasir menggelitik kulit kala ia duduk di sana.
Tangannya ia tumpu ke belakang, Hakkai mendongak, langit biru jadi pemandangan pertama setelah ia merubah arah pandang.
"Haahh" ia menghela napas panjang.
Penat. Begitu melelahkan melewati hari yang tak pernah ia tebak, tugas sekolah yang menumpuk, tuntutan perkerjaan dan banyak hal lagi.
Di hati kecilnya ia masih menanti jawaban Mitsuya, pemuda itu sangat sulit di dekati. Mengenal seseorang yang ramah ke orang lain cukup merepotkan, bahkan kau tidak tahu sebenarnya ia memang peduli, atau itu kebiasaan saja.
Matanya terpejam, menikmati hembusan angin dingin.
"Aku baru tau ada orang yang datang ke pantai disaat suhu dingin seperti ini" begitu maniknya terbuka, sepasang iris lavender berada tepat di atasnya.
"Sudah selesai urusannya ?" pemuda yang lebih kecil mengambil tempat di sebelah Hakkai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.
"Taiju menyuruhku mengawasimu"
Pernyataan itu dibalas senyum kecut. Apa Mitsuya pernah merasa muak berada di sampingnya ? Terlebih lagi dari beberapa masalah yang ia perbuat, pasti Mitsuya menyimpan dendam padanya.
Tak ada yang membuka suara setelahnya, angin dan ombak jadi saksi kedua hati yang tak dapat jujur. Bukannya tak menyukai Hakkai, Mitsuya merasa harus memantapkan hatinya sebelum mengambil resiko besar.
"Kapan kita bermain di pantai lagi ya"
Mitsuya menoleh. Perkataan Hakkai membuatnya sedikit bernostalgia, ia ingat dulu pernah mengajak Luna, Mana, dan Hakkai bermain di pantai kala musim panas tiba.
Hakkai bangkit, ia beranjak mendekati ombak. Tangannya ia bentangkan ke atas, kemudian merenggangkan tubuh, tak lama dia berteriak.
"AKU AKAN TERUS MENCOBA SAMPAI TAKA-CHAN MENERIMAKU !"
Mitsuya tersentak, perkataan itu mengundang semburat kemerahan di pipinya. Tak menduga jikalau Hakkai akan berkata begitu. Untung saja pantai tengah sepi, kalau tidak model muda itu akan menyebabkan konflik besar pada karirnya.
Mitsuya bangkit menghampiri pemuda jangkung itu, ia mengepal tangannya kemudian mendaratkannya ke kepala Hakkai.
"Dasar bodoh bagaimana kalau orang lain dengar" rutuk Mitsuya.
Yang di pukul mengusap kepalanya sambil memanyunkan bibir, sikap itu sama sekali tak menggambarkan mantan wakil kapten divisi dua. Terkadang Mitsuya bertanya-tanya mengapa orang ini bisa ditakuti orang lain. Dari tubuh tegap, tinggi dan tenaga mungkin memang sangat cocok tapi sikap manja kalau bersama Mitsuya tak pernah luntur.
"Aku sudah lega"
"Baguslah"
Mereka tertawa, langit telah berubah jingga, menandakan keduanya harus kembali ke mobil. Saat ini mereka sedang menemani Taiju menemui rekan bisnisnya, Taiju mengajak mereka lantaran waspada kalau Hakkai atau kepribadian lainnya berbuat ulah lagi.
Sampai mereka di restoran yang jadi tempat pertemuan. Baru saja akan melangkah masuk, tiba-tiba lengan Hakkai di tahan oleh seorang gadis.
"Eeehh kau model muda itu kan ? Shiba Hakkai" ucapnya kegirangan.
Mitsuya memperhatikan tiga gadis itu, tampaknya mereka adalah penggemar Hakkai.
Wajah yang semula penuh senyuman hangat kini berubah dingin. Mitsuya tertawa kikuk, sekarang ia mengerti kenapa para penggemar Hakkai mengatakan Hakkai adalah model dengan ekspresi dingin yang keren. Hakkai bodoh dalam berinteraksi dengan wanita, tapi Mitsuya tidak menyangka kelemahan bocah tinggi itu bisa jadi daya tarik tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me! [Hakkai X Mitsuya]✔
Fanfiction[Tamat] Setelah sekian lama akhirnya Mitsuya Takashi bertemu dengan tetangga yang sudah di anggap seperti adiknya sendiri. Namun ada beberapa kejanggalan saat mereka bertemu, Mitsuya berpikir harus membantu Hakkai untuk keluar dari masalahnya. Hakk...