Segelas teh hangat disajikan di meja, ekor matanya terus saja memperhatikan si pemilik apartemen yang tengah sibuk menulis sesuatu, Kai mengangkat kaki kanan, kemudian menumpukan di atas lutut kirinya. Ketukan jari di sofa terus ia lakukan berulang kali, Kai tidak tau apa yang Mitsuya tulis saat ini. Rasa bosan melanda setelah Mitsuya mulai sibuk dengan pekerjaannya.
"Aku bosan" akhirnya Kai membuka suara. Mitsuya melirik si tamu sebentar, lalu kembali menulis.
Setelah bicara pada Haru dan berganti kepribadian, Kai belum menaruh minat untuk pulang ke rumah sekarang.
"Oh Takashi, tadi siang kau bercinta dengan Hakkai kan?"
Gerakan tangan Mitsuya langsung terhenti, alisnya terangkat naik dan menatap kaget Kai. Kali ini Kai berhasil menghilangkan fokus Mitsuya, seringai tipis tercipta kala iris lavender itu menatap horor.
"Kenapa? Kau marah?" ujar Kai sambil terkekeh.
"Diam. Tak perlu membahasnya" ucap Mitsuya menahan malu. Padahal sudah dirahasiakan tapi tampaknya mulut Kai tidak dijamin untuk menutupi fakta.
"Kau malu?" tanya Kai saat menyadari semburat kemerahan tercipta di pipi Mitsuya.
Kai tertawa kecil, ia bangkit dan menuju dapur. Apartemen milik Mitsuya sudah bukan tempat asing baginya, kepribadian lain suka sekali datang dan bermanja pada Mitsuya, tapi Kai tidak melakukan itu, mau ditaruh mana mukanya nanti.
"Tidak ada makanan?" tanya Kai saat membuka kulkas tanpa izin. Cuma ada minuman dan beberapa bumbu masak, Mitsuya tinggal sendirian jadi ia tak perlu repot memikirkan bahan makanan, toh terkadang Mitsuya tidak pulang ke apartemen.
"Aku belum membeli persediaan" Kai mendegus pasrah, ia mengambil ponsel disaku lalu menekan nomor.
Mitsuya menyeritkan alisnya, mau apalagi Kai. Entah sudah berapa banyak masalah yang Kai timbulkan, Mitsuya harus selalu waspada walaupun belakangan ini Kai lebih tenang dari biasanya.
Setelah selesai menulis jadwalnya, Mitsuya menghampiri Kai yang masih setia di dapur. Tanpa rasa berdosa ingin mengambil sekaleng bir yang tersimpan di kulkasnya, tentu Mitsuya langsung mengambilnya dari tangan si pemuda jangkung.
"Jangan Kai" ujar Mitsuya memperingati.
"Kenapa? Usiaku legal" balas Kai. Mitsuya mendorong pelan tubuh Kai agar menjauh dari kulkasnya, meletakkan kembali minuman lalu memberi Kai sekotak minuman sari buah.
"Tidak untuk Hakkai"
Kai merampas minuman yang Mitsuya berikan, ia berdecak tak senang mendapat peringatan dari Mitsuya. Selalu saja membela Hakkai, tapi kenapa Mitsuya tidak pernah jujur dengan perasaannya? Kalau dipikir-pikir lagi, mengapa Mitsuya begitu gigih bertahan di samping Hakkai hingga saat ini, padahal perlakuannya terhadap Mitsuya sudah sangat kasar dan sulit dimaafkan. Tetangga? Atau sebatas hubungan kakak adik? Tidak mungkin, Kai juga tau mereka sering melewati batas dan pernah bercinta. Kakak adik tidak melakukan hal segila itu, pasti semua ini memang berlandaskan rasa suka.
Mitsuya beranjak menuju meja makan, ia mengambil gelas lalu menuangkan air ke dalamnya.
"Takashi, kau menyukai Hakkai?" pertanyaan tiba-tiba Kai menghentikan pergerakan Mitsuya, pupil matanya melirik Kai dengan memberi tatapan menilik ucapan Kai barusan.
"Kenapa tiba-tiba bertanya?" tanya Mitsuya balik.
Lebih baik mengabaikan Kai dari pada tersulut emosi, mencari masalah adalah hobi Kai saat datang ke apartemennya. Mitsuya meneguk minumannya, ia tengah berpikir apakah Kai juga sadar selama ini dirinya menyukai Hakkai? Bukannya ragu dengan perasaan sendiri, Mitsuya cuma khawatir tentang kesehatan mental Hakkai, sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengurusi perasannya.
"Aku cuma penasaran kenapa Hakkai sangat terobsesi denganmu, wallpaper ponsel, fotomu dan lebih anehnya lagi terkadang dia onani dengan fotomu" Mitsuya menyemburkan minumannya tepat setelah Kai selesai berbicara.
"Hah?" raut terkejut yang tak dapat disembunyikan lagi.
"K-kau bilang apa?"
"Hakkai onani. Kau tau? Terkadang aku bangun dengan fotomu di atas tubuhku dan yah kau bisa menebaknya sendiri" Mitsuya mengusap wajah gusar. Ia kira cuma dirinya yang melakukan hal memalukan seperti itu, pantas saja Hakkai tidak tertawa saat Mitsuya mengaku, nyatanya Hakkai sudah melakukannya duluan.
"Aku benar-benar akan membunuhnya setelah ini" gumam Mitsuya frustasi.
Kai tertawa mendengar tuturan kesal Mitsuya, ia duduk di depan Mitsuya sembari mengeluarkan seringai tipis.
"Jangan sungkan untuk memukul" saran bodoh Kai cukup Mitsuya terima kali ini. Tanpa aba-aba kepalan tangannya menghantam pipi Kai sampai sang empu terjerembab ke lantai.
"Kenapa memukulku?!" ujar Kai tidak terima.
"Karena kau juga Hakkai" ucap Mitsuya tanpa merasa berdosa.
"Bangsat" Kai mengelus pipinya yang memerah, menyesal ia memberi saran pada Mitsuya. Mau disangkal perkataan Mitsuya memang benar, tapi ia tidak pernah menjadikan Mitsuya sebagai bahan fantasi kotornya.
Saat akan mengeluh tiba-tiba saja Kai langsung mengurungkan niatnya setelah melihat Mitsuya memegang pisau dengan wajah yang menyeramkan.
"T-tunggu, apa yang mau kau lakukan dengan pisau itu?" tanya Kai yang mulai khawatir karena tingkah aneh Mitsuya.
"Membunuh Hakkai" jawab Mitsuya sambil tersenyum manis.
"Takashi aku ini Kai!" setelah mengatakan itu Kai berlari menjauh, Mitsuya mengejarnya dengan tawa menyeramkan. "Kemarilah" kata Mitsuya.
Panggilan tenang itu lebih menyeramkan dari apapun, Kai tidak mau mencari gara-gara kali ini. Ia masih mau mendekati gadis-gadis dan keluyuran bebas. Ketika mencoba keluar dari apartemen pesanan yang ia tunggu akhirnya tiba.
"Kau datang disaat yang tidak tepat" ujar Kai pada si kurir makanan. Mereka berdua tersentak kala pisau dapur yang Mitsuya pegang menancap di pintu.
"J-jangan bunuh aku" Kai bersembunyi dibalik tubuh sang kurir, baru saja tiba malah disambut dengan pertengkaran dua orang aneh, malang sekali nasib si kurir.
"Siapa yang pesan makanan?" akhirnya pria bersurai lilac terang itu sadar. Ia mendekat ke arah pintu sambil tersenyum canggung.
"I-ini pesanannya" ujar sang kurir seraya memberi makanan pesanan Kai dengan tangan yang bergetar ketakutan.
"Maaf menakutimu, anak ini membuat masalah tadi" Mitsuya menerima makanannya dengan senyuman ramah.
"Bukan aku! Itu Hakkai!" teriak Kai tidak terima, semua itu memang bukan ulahnya tapi kenapa malah Kai yang mendapat getah dari perbuatan Hakkai.
"Kalau begitu saya permisi" si kurir langsung pergi dari sana, meninggalkan Kai yang menatap ragu.
"Kenapa dia lari? Padahal belum dibayar"
"Sudah kubayar tadi" Mitsuya cuma mengangguk dan mencabut pisau yang menancap tadi, berjalan masuk seperti tak ada masalah yang terjadi.
"Gila" rutuk Kai kesal. Ia langsung menulis peringatan pada Hakkai di ponsel, tak lupa menuangkan emosinya pada tulisannya, jika mereka bertukar tempat nanti Hakkai harus menerima ganjaran yang sesuai dengannya saat ini.
"Apalagi yang kau tunggu? Masuk" Kai langsung menurut, ia sedang tidak mau bunuh diri hanya karena terlalu jujur berucap. Mungkin ini juga karma karena membocorkan rahasia seseorang.
Malam itu Kai yang selalu ditakuti menjadi ciut lantaran perkataannya sendiri. Mitsuya sangat menyeramkan jika sedang marah seperti itu, tidak pernah terbayangkan, dengan kemampuan seperti itu Kai yakin dulu Mitsuya bisa dengan mudah melawannya. Pria lembut itu memang terlalu baik dan suka mengalah.
.
.
Bersambung...
28/12/2021Hakkai ga ada Kai pun jadilah -Mitsuya
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Thanks for vote and Comment!
Stay safe! Selamat liburan!
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me! [Hakkai X Mitsuya]✔
Fanfic[Tamat] Setelah sekian lama akhirnya Mitsuya Takashi bertemu dengan tetangga yang sudah di anggap seperti adiknya sendiri. Namun ada beberapa kejanggalan saat mereka bertemu, Mitsuya berpikir harus membantu Hakkai untuk keluar dari masalahnya. Hakk...