Aku Menunggu

320 64 12
                                    

Kelopak matanya terangkat, ia mengerjap perlahan kala cahaya matahari mengusik waktu tidurnya. Matahari mulai menampakan diri, kehangatan mulai menyinari bumi. Paras eloknya ia usap gusar, duduk di kasur sembari melihat jam yang terus berdering.

"Ini jam berapa?" gumamnya. Iris biru itu melirik jam dan kalender kecil yang tertera di sana. Maniknya melebar setelah menyadari hal yang tidak pernah ia duga.

"Hah?!"

Kakinya berlari tergesa-gesa menuju dapur, ia menatap kaget sang kakak yang masih sibuk membuat sarapan pagi mereka.

"Kenapa Kai?" tanya Taiju yang duduk bersantai di sofa ruang tengah.

"Sudah membereskan pakaianmu?" yang bertanya barusan adalah Yuzuha.

"Mau ke mana?"

Taiju dan Yuzuha menoleh secara bersamaan, si adik bungsu menatap horor, ia meneguk ludahnya berat.

"Jangan bilang ..."

.
.
.

Mitsuya melangkah malas masuk ke ruang kerjanya. Monoton dan tak ada yang berarti belakangan ini, para pelanggan datang dan pergi tanpa memberi kesan yang mendebarkan seperti dulu. Ia mulai kehilangan minat untuk melakukan apapun, Mitsuya memungut beberapa kain perca yang berserakan, tiba-tiba terputar ingatan lalu tentang Hakkai yang mengunjunginya setiap pulang sekolah.

"Ayolah Takashi, jangan seperti ini" gusar Mitsuya sembari menepuk keras kedua pipinya.

Mitsuya menghela napas kasar, matanya menatap kosong ke arah jendela.

"Tidak mau mengantar mereka?" Mitsuya menoleh ke asal suara, itu Inupi yang baru saja masuk ke ruangannya.

Si surai pirang membawa dua gelas kopi hangat, satu kopi disodorkan pada Mitsuya, ia tersenyum tipis lalu meminum kopi miliknya.

"Aku tidak tau" dipandanginya cairan kental hitam yang berada di dalam gelas. Pahit, mirip cerita kehidupannya belakangan ini.

"Kalau tidak diantar nanti kau melewatkan hal penting"

"Aku sudah banyak melewatkan hal penting" Mitsuya tertawa remeh. Banyak sekali hal yang ia sia-siakan. Kalau saja mengaku dari dulu pasti Mitsuya tidak perlu repot gundah tentang perasaannya sendiri.

"Makanya yang satu ini jangan dilewatkan" usul Inupi.

Tangannya terangkat untuk menepuk bahu Mitsuya, Inupi juga merasa tidak nyaman terus-terusan memandangi wajah kecewa dan putus asa sang teman.

"Kapan mereka berangkat?"

"Kau tidak tau?" Mitsuya menggeleng sebagai jawaban.

"Aku takut menghadapi semuanya"

"Oh ayolah, ini bukan seperti dirimu." Mitsuya hanya tersenyum ragu, bahkan ia lupa dirinya yang biasanya seperti apa.

"Hari ini, setelah pulang kerja pergilah kebandara, kurasa mereka belum pergi"

Sudut bibir Inupi terangkat, walaupun sebenarnya Inupi tidak tau Mitsuya berpihak pada siapa, tapi setidaknya salam perpisahan sebelum pergi itu sangat penting.

"Terima kasih"

"Tak masalah, kita itu teman"

Kedua tertawa dan menikmati kopi yang Inupi buatkan. Mitsuya sedang memantapkan dirinya untuk menghadapi semuanya, biarlah berpisah dahulu, jika takdir berkata lain pasti mereka akan dipertemukan kembali suatu saat. Yang penting sekarang Mitsuya tidak boleh melewatkan kesempatan kedua untuk mengungkapkan semua rasa gelisahnya pada Hakkai.

It's Me! [Hakkai X Mitsuya]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang