Entah sudah berapa kali Hakkai menghela napas gusar, duduk di meja belajar sembari mengusak surai sampai berantakan. Ucapan Akane beberapa hari lalu terus terngiang di kepalanya, bak kaset rusak yang berulang kali memutar kalimat sama, Hakkai begitu cemas dengan kepribadiannya kali ini.
Ia merogoh sakunya, menghidupkan ponsel lalu membuka kameranya, menyandarkan ponsel pada buku-buku agar berdiri tegak. Hakkai memandangi ponselnya gugup, untuk pertama kali ia melakukan hal ini.
"Aku harus mulai dari mana?" ujarnya sambil menyalakan video.
"Sebelum itu aku harus menulis ini" Hakkai membuat surat kecil di depan ponselnya. Itu adalah peringatan soal teror dan rencana Hakkai untuk bekerja sama dengan Kai, ia tau jika kepribadian kasar satu ini benci orang yang berusaha menyakiti kakaknya. Memanfaatkan di saat seperti ini bukanlah ide buruk menurutnya.
Hakkai menampar pelan pipinya, ia mencoba untuk membuat kepribadian liarnya keluar, tapi nyatanya tak ada hal yang terjadi.
"Bagaimana cara bertukar tempat dengan Kai?" tak lama berucap Hakkai berkedip lalu tertidur sebentar.
"Sialan, tidak bisa juga" umpatnya kesal.
Hakkai mengetuk-ngetuk ujung jari telunjuk ke meja, berpikir keras apa yang bisa ia lakukan untuk membuat Kai terpancing.
"Baiklah coba ingat apa yang memicu Kai keluar? Marah?" Hakkai menggeleng, usahanya sama sekali tak bekerja.
"Taka-chan yang berusaha mencari identitas Kai?"
"Jangan berkata sembarangan brengsek" tepat setelah berkedip kepribadiannya langsung berganti. Perkataannya barusan berhasil mengundang Kai, saat akan beranjak sepucuk surat menghentikan langkah Kai.
Matanya membelalak ketika tulisan yang memberitahu ada seseorang yang mengincar Yuzuha dan Mitsuya, Kai berdecak kesal, padahal baru diakui tapi Hakkai langsung memanfaatkan kemampuannya.
Kai mematikan videonya, ia menekan tombol merah berniat memulai video baru untuk disampaikan pada Hakkai nanti. Sebenarnya mengganti posisi adalah hal mudah bagi kepribadian lain tapi tidak dengan si pemilik tubuh, Hakkai itu bodoh menyadari jadi tidak tau harus berbuat apa.
"Oi Hakkai, aku benci ketika orang memerintahku tapi untuk kali ini aku juga akan berusaha, jadi apa yang harus kulakukan?" Kai mematikan videonya. Ia menggaruk kepalanya, agak bodoh rasanya bicara seperti ini karena biasanya yang menyampaikan perasannya selalu Hachi atau Haru. Kai terlalu ber ego tinggi dan sombong, tidak mau mengalah untuk sekedar bicara pada Hakkai.
Kai menutup matanya lalu kesadaran Hakkai kembali. Dengan cepat Hakkai langsung memeriksa galeri ponselnya dan mendapati bahwa Kai setuju untuk bekerja sama.
"Bagus"
"Kita kehilangan Haru dan Hachi, akan mudah mendapatkan Informasi jika Haru masih di sini, tapi sayangnya aku juga tidak merasakannya lagi. Mau tidak mau kita harus menunggu pergerakan si peneror, menurutku dia fansmu. Ketika kau mengupload foto pasti lebih banyak respon daripada kami" ujar Hakkai. Tidak salah ia berkata begitu, selalu saja Kai yang mencari masalah.
"Apa maksudmu sialan? Kau juga model jangan salahkan aku karena wajahmu. Aku tidak mahir soal mencari informasi, tapi kalau disuruh memukul aku siap kapan saja" Kai menyeringai puas, ia paling suka hal yang berbau aksi.
"Kalau begitu biar aku yang cari informasi dan kau menyergap mungkin itu akan menjadi kerja sama tim atau diri sendiri?" gumam Hakkai bimbang. Mau dibilang orang lain tapi dia juga sedang bicara dengan dirinya sendiri.
"Ah, aku juga penasaran dengan kepribadian baru itu, dia agak aneh menurutku" berulang kali mereka bertukar posisi, Hakkai merasa ini konyol tapi memang begitulah adanya. Tidak ada lagi orang yang bisa diajak bicara selain kepribadiannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me! [Hakkai X Mitsuya]✔
Fanfiction[Tamat] Setelah sekian lama akhirnya Mitsuya Takashi bertemu dengan tetangga yang sudah di anggap seperti adiknya sendiri. Namun ada beberapa kejanggalan saat mereka bertemu, Mitsuya berpikir harus membantu Hakkai untuk keluar dari masalahnya. Hakk...