Perpisahan

620 75 73
                                    

-

Pukul sembilan pagi, Harum dan Sandy sudah rapi. Dengan hijab navy milik mendiang ibunya ditambah gamis mustard miliknya membuat Harum tampak bersinar pagi ini.

"Kak, apa gak sebaiknya kita ketemuannya di luar aja?" ujar Sandy dari ambang pintu kamar Harum.

"Emang kenapa Sand? Kakak acaranya sekalian pamit sama yang lain." Harum membenamkan peniti dibahunya sembari menatap wajahnya dicermin.

"Kamu khawatir sama kakak?" celetuk Harum, menatap wajah sang adik yang terlihat kentara sedang menghawatirkan dirinya.

Sandy menghela napas berat, "di dunia ini aku cuma punya kak Harum, kakak gak kasihan sama Sandy, gitu?"

Ucapan Sandy membuat Harum tersenyum, "ya ampun Sand, kamu gak usah takut. Kakak pengen perpisahannya baik-baik, biar gak ada dendam, kalau yang kamu permasalahin hijab kakak masuk club, biar Allah aja nanti yang nilai," terang Harum panjang lebar.

"Kak." Sandy menghambur memeluk kakaknya. "Sandy sayang sama kakak."

Harum membalas memeluk Sandy, "Kakak juga sayang Sandy kok. Udah ya, kalau kayak teletubis gini kapan berangkatnya?"

Sandy melerai pelukannya dan menghapus setitik air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

•••

"Udah kamu kunci kan Sand? Kakak lupa beneran," tanya Harum sesaat setelah keluar dari kediamannya.

"Astagfirullah kak, Sandy tadi udah bilang berapa kali sama kakak." Sandy jadi gemas sendiri dengan kakaknya yang pelupa.

"Iya-iya, kakakmu ini udah pikun," jawab Harum dengan kekehan.

Mereka berjalan beriringan menuju ujung kota, melewati rimbunnya pepohonan dan kebun warga.

"Itu bukannya Harum ya?" terdengar suara seseorang dari arah kebun.

"Sekarang gayanya pake kerudung,"

"Iya ih, gak malu apa ya?"

"Bikin kotor agama aja,"

Sandy melihat kakaknya yang terus berjalan tanpa menghiraukan ucapan warga itu membuatnya khawatir. Sandy bisa merasakan sakit hati  yang tidak diperlihatkan kakaknya.

"Kak Harum nggak capek? Kita cari ojek aja ya," tanya Sandy yang sedari tadi melihat kakaknya diam.

"Kita jalan aja ya, nanti uangnya ditabung aja. Kakak gapapa, lagian kakak kan udah nggak kerja lagi setelah ini. Di minimarket kakak juga udah dipecat," Harum tersenyum menatap Sandy.

"Iya kak," jawab Sandy lirih.

Melihat teriknya matahari pagi mereka tetap tak gentar untuk sampai di tempat Harum bekerja. Bulir keringat nampak menghiasi wajah keduanya. Baik Sandy atau Harum sama sekali tak mengeluh.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan mereka. Sebelum masuk ke dalam, keduanya memilih mampir dulu ke warung dekat club itu berada sekedar membeli minuman dan melihat situasi.

 Sebelum masuk ke dalam, keduanya memilih mampir dulu ke warung dekat club itu berada sekedar membeli minuman dan melihat situasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Karena Aku Bukan GusmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang