Gara-Gara Batar Sih!

2.2K 130 10
                                    

Sayup-sayup suara pengeras masjid terdengar menandakan waktu sholat Magrib pun tiba. Batar yang sedang menikmati kopi buatan Harum langsung menghambur ke dalam rumah. Disaat yang bersamaan Harum baru selesai dengan peralatan dapurnya.

"Sholat" Harum menganggukkan kepalanya.

Lantunan al-Qur'an yang dibacakan oleh Batar membuat Harum tidak khusyuk dalam sholatnya. Hatinya selalu menggumamkan nama sang imam sampai kedua salam terucap.

"Gimana dengan tawaran saya" Batar dengan jari-jarinya yang terus bergerak seakan memegang tasbih.

"Bisa nggak, bahasanya jangan formal" Batar sedikit terkekeh, kemudian melanjutkan dzikirnya.

"Aku mau diajarin ngaji, tapi dengan satu syarat" Batar menaikkan alisnya. Dan terus mengingat jumlah dzikir yang ia lantunkan.

"Apa?"

"Nanti aja syaratnya aku sebutin, sekarang belajar dulu. Yang pentingkan aku udah mau belajar nih" Harum dengan antusias.

Kedua telapak tangan Batar naik kedepan dada membentuk cekungan untuk meminta pada Sang Pencipta. Membuat Harum terpesona walau hanya melihat dari belakang saja. Pesona sang pujangga masih tetap terpancar.

"Ambil Qur'an" titah Batar setelah selesai dari munajatnya, sambil membalikkan badannya menghadap Harum yang duduk bersimpuh diatas sajadah.

"Oh, ia sebentar " Harum berdiri dari duduknya dan mengambil al-Qur'an beserta rekal (meja lipat untuk al-Qur'an ).

"Buka halaman pertama" dibukalah al-Qur'an tersebut.

"Bukan begitu, kalau al-Qur'an itu bukanya begini, nah ini baru bener" Batar yang melihat Harum salah membuka halaman, dan membenarkan tata letak al-Qur'an. Harum hanya terkekeh kecil, mengingat kesalahannya memang di sengaja.

"Sekarang baca" titah Batar.

"Alif lam_ stop!" Potong Batar ditengah kalimat.

" Kalau mau baca kitab suci ta'awudz dulu sama bismillah" Batar yang menyandarkan punggungnya pada dipan tua milik harum.

"Oh iya, lupa. Audzubillah Himinas Syaiton Nirokhim, Bis_"

"Hus. Stop!" Harum cengo menatap Batar yang berulang kali membenarkan pecinya.

" Bukan Nirokhim tapi Nirojim. Audzubillah Himinas Syaiton Nirojim" ulang Batar dengan suara merdunya membuat harum meleleh.

"Oh iya, ini di ulang" harum sedikit meringis mengingat sudah ada beberapa kesalahan, ia meruntuki kebodohannya sendiri.

Waktu berlalu begitu saja Harum terus saja salah dalam bacaannya, begitu juga Batar harus membenarkan bacaan Harum entah makhrajul hurufnya, panjang pendek, atau tajwid. Sampai suara adzan isya' menggema.

" Udah adzan" Harum sedikit was-was melihat ekspresi Batar seperti orang frustasi.

"Hmmm, ya sudah besok dilanjut lagi mulai dari ayat empat" setelah menghela nafas panjang, Batar.

"Ayat empat???" Harum kembali membuka Qur'an-nya untuk memastikan ucapan Batar. Dan ternyata benar dari tadi ia baru belajar lima ayat beserta ta'awudz dan bismillah. Astagaaaaa!!!!!

"Hey" Harum mendongak melihat sumber suara, Batar sudah berdiri dengan rapi di posisi imam menatap tembok didepannya.

"Oh iya" Harum merapikan tempat sholatnya, al-Qur'an sudah di pindahkan ke tempat yang lebih tinggi. Sholat isya' berjalan dengan semestinya.

____________________________________

Sayur sawi, tempe goreng dan sambal menjadi pemandangan yang menggiurkan di atas meja. Sajian sederhana yang menjadi makanan sehari-hari.

Karena Aku Bukan GusmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang