Perkenalan

2.7K 141 7
                                    

"Muhammad Batar "

"Sandy Kurniawan "

Begitulah perkenalkan antara keduanya. Setelah perginya pak mantri dari hadapan mereka. Tahap perkenalan yang terkesan irit ini, hanya sekedar formalitas bukan yang terlalu banyak pertanyaan, mengingat keadaan Batar yang masih lemah.

Hingga beberapa hari kemudian keduanya mulai berbicara banyak. Saling bertanya mengenai beberapa hal. Walau pertemuan mereka hanya sekali dalam sehari atau terkesan singkat mereka sudah bisa dikatakan 'akrab' satu sama lain.

Pagi tadi tepat jam sembilan lebih seperempat Sandy berpamitan akan pergi keluar kota beberapa hari untuk menyambung hidup. Sandy menyerahkan kunci rumah kepada Batar. Sandy sudah mempercayakan semua pada Batar, mulai dari keamanan, kebutuhan, kebersihan rumahnya semua ia titipan kepada Batar.

Karena keakraban dan sikap Batar itulah yang membuat Sandy percaya. Sedangkan, Batar merasa tidak enak dengan Sandy selama ini dirinya beranggapan hanya menjadi beban saja.

_______________________________________

Tik tik tik

Suasana menjadi canggung. Dua orang insan duduk bersebrangan, tanpa ada yang membuka suara. Keadaan saat ini berbeda dari beberapa hari yang lalu. Dimana perkenalan antara dirinya dengan Sandy.

Rintik hujan menambah kaku pertemuan antara dua sejoli yang tak saling mengenal. Aroma segar tanah menguar karena meresapnya air hujan kedalam tanah. Meskipun begitu tidak dapat mengurangi kecanggungan antar keduanya.

Batar hanya duduk menunduk, kedua tangannya saling bertautan. Gadis yang ada di sebrangnya juga begitu. Mereka larut dengan pikiran masing-masing. Pertemuan tak terduga yang membawa mereka pada kondisi yang kaku sekedar untuk berbicara.

"Kau" Harum masih belum percaya dengan ciptaan Tuhan yang ada dihadapannya ini. Laki-laki yang hampir satu minggu selalu terngiang dalam otaknya, sekarang berdiri didepannya. Tampan sekali !

" Hm maaf" Batar berlalu dari hadapan Harum sambil menunduk. Otaknya ingin berbicara banyak tapi tubuhnya tidak sejalan dengan fikirannya.

"Bisa bicara sebentar" Batar kemudian menoleh. Salah satu alisnya terangkat. Manis sekali, batin Harum.

"Saya mau sholat dulu"

Deg!

Harum seolah terlempar dari pucuk menara Eiffel. Harum langsung tersadar dari lamunannya. Bibirnya berkata apa tadi? Mau bicara sebentar? Tunggu, emang mau bicara soal apa? Aduh, Harum! bodoh!!!

Harum hanya menanggapi dengan senyum kikuknya. Dengan memberi isyarat gerakan tangan mempersilahkan. Kemudian Batar berlalu begitu saja dari Harum.

Hati Harum terasa dicubit. Mendengar penuturan pria tersebut. Ia teringat dirinya sendiri. Kapan terakhir kali ia sholat? Harum merasa miris dengan hidupnya sendiri.

Keringat dingin mulai muncul dari celah tangannya. Harum bingung harus memulai bagaimana. Sudah hampir satu jam mereka duduk tanpa berbincang dan larut dalam fikirannya masing-masing.

Batar yang sudah selesai mengerjakan ibadah lima waktunya tadi memang langsung menemui gadis itu sesuai perintahnya, yang tak lain adalah Harum. Mereka duduk teras depan sambil mengamati titik-titik air yang turun ke bumi.

Harum beberapa kali menghembuskan nafas kasar. Ia sudah tak tahan lagi dengan keadaan seperti ini. Tapi di sisi lain ia malu, sekedar membuka pembicaraan dengan pria di sebrangnya itu.

"Anda siapa?" Harum mengangkat wajah melihat ke samping. Sedangkan, yang berbicara hanya menatap lurus ke depan tanpa melihat ke samping.

"Em, sa-ya Har-rum Sekar, kalau kamu?" Harum mencoba men-normalkan mimik wajah dan ucapannya. Sedangkan, Pria di hadapannya tampak tenang, berbeda dengan Harum yang sudah salah tingkah.

"Muhammad Batar" singkat, padat, dan jelas. Sang pemilik nama masih dengan posisi yang sama mengamati rintik hujan yang berjatuhan.

"Gimana Keadaanmu?" Batar tampak tenang membuat bagian dada terdalam Harum berdesir lembut.

"Saya baik" Hanya jawaban singkat yang diberikan oleh Batar, membuat Harum penasaran dengan sesuatu.

"Gigimu nggak sakit kan?" Tanya polos Harum, berhasil membuat Batar mengalihkan pandangannya. Ketika Batar melihatnya, Harum hanya bisa tersenyum kikuk sambil menggaruk kepala bagian belakang yang sebenarnya tidak gatal.

"kenapa?" Batar heran dengan alasan dari pertanyaan wanita didepannya itu.

" Kenapa? Ya karena kamu ngomongnya irit, tapi kalo beneran sakit nanti aku beliin puyer deh di warung mbak Siti yang ada di ujung kota dekat perempatan kalau mau ke pasar raya. Eh ngomong soal Mbak Siti dia itu janda kembang lho nikah baru dua hari udah cerai. Gimana?" Penyakit mulut wanita muncul dengan sendirinya, membuat Batar cengo.

"Hah?" Batar hanya melongo.

"Kenapa aku ngomongnya kecepeten ya?" Harum gelagapan melihat ekspresi Batar yang menurutnya konyol, tapi masih kelihatan tampan kok.

"Gimana? Apanya?" Batar kembali menormalkan ekspresi wajahnya. Dan kembali pada posisi semula.

"Jadi sakit gigi?" Batar menaikkan alisnya. "Eh, maksudnya beneran sakit gigi?" Harum mengalihkan pandangannya kedepan. Mengikuti arah tatapan Batar.

"Saya tidak sakit gigi, gigi saya masih sehat dan saya nggak tertarik sama mbk Siti" Tangan Harum menghitung jumlah kata yang dikeluarkan oleh Batar terhenti saat mendengar enam kata terakhir yang disebut, membuat Harum menyadari sesuatu.

"Dasar mulut nggak bisa di kontrol banget" cicit Harum sambil memukul pelan bibirnya sendiri berulang kali. Wajahnya terasa panas, semburat merah sudah menghiasi wajah putihnya. Harum malu!

"Kamu siapanya Sandy?" Pertanyaan Batar terlontar begitu saja. Membuat Harum menghentikan aktifitasnya.

"Kenalin, Harum Sekar kakak kandung Sandy Kurniawan " sambil menyodorkan tangan untuk melakukan jabat tangan. Namun, dengan cepat Harum menariknya kembali melihat reaksi Batar yang hanya menelangkupkan kedua tangan di depan dada.

"Oh, kamu udah sholat?" Pertanyaan tersebut sukses membuat Harum bergetar.

"Be-be-lum" Batar memperhatikan jam ditangannya.

"Ini masih jam dua kurang, cepet sholat"

"Tapi-" Batar melihat Harum penasaran.

"Eh enggak kok ini mau sholat" Harum berdiri dari duduknya, dan bergegas mengambil air wudhu.

•••

Hai para readers. ..
Apa kabar? Pada sehat kan? Jangan lupa tetap stay at home ya!
Yang sekolah, UN, Kuliah, dan kerja tetap bersabar dan semangat...

Author doain semoga kita semua bisa terhindar dari virus corona🙇

See you next time ...

Jum'ah, 14 Februari 2020

Karena Aku Bukan GusmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang