Titik-titik air yang turun berhasil membasahi sebagian rambut Harum. Perasaan gelisah melanda begitu saja. Hati bergetar seakan diri tak percaya dengan yang ia lakukan saat ini.
"Malah ngelamun"
"Buset_ngagetin aja lu bang" lanjut batin Harum.
Mata itu selalu mengawasi setiap kali tubuh hendak bertindak. Gemetar ditubuhnya belum selesai, sekarang harus ditambah lagi dengan kehadirannya. Pria sejuta pesona, ketampanan alami, dan satu lagi mungkin dia jomblo. Eh tapi kalau udah punya istri gimana ya?
"Assalamu'alaikum " Harum tersentak dari lamunannya.
"Eh, wa'alaikummusalam " Batar bersedekap dada, melihat kearah kran yang sudah mengucurkan air. Harum yang sadar akan tatapan Batar mengarah kemana, langsung menutup kran.
"Kenapa?" Batar menatap heran pada Harum
"Maaf, aku lupa cara berwudhu takut salah, nanti malah jadi dosa" Harum menunduk, memilin ujung kaos kerjanya.
"Dosa itu kalau lalai sholat"
Deg!
Kata sederhana namun memiliki efek yang luar biasa pada diri Harum. Ia menyadari betapa jauhnya dia pada Sang Pencipta. Seakan ada yang sedang berkabung di hatinya. Tak kuasa menahan hilir air dari matanya. Tumpahlah dan bersatu dengan titik-titik hujan.
Batar tak menyadari bahwa Harum telah larut sendiri dengan pikiran dan hatinya. Batar hanya merasa gadis itu malu. Kemudian ia mendekat sambil melipat lengan bajunya, mengambil posisi disamping Harum. Membuka salah satu kran.
"Sini lihat" Harum tersentak dengan keberadaan Batar disampingnya.
"Oh, iya iya" suara serak Harum, dengan sesekali menyeka air matanya.
"Pertama, basuh kedua telapak tangan" air kran telah membasahi telapak tangan Batar. Harum mengamati kelembutan yang ia tuangkan disetiap gerakan.
" Ikuti, kedua kumur-kumur tiga kali_" Batar dengan telaten mengajari Harum berwudhu. Memberi pengertian dan peringatan bila Harum melebihi batas basuhan. Sampai selesai.
"Basah semua aku" Harum sambil mengamati celana jins dan juga kaosnya.
"Yang penting nggak najis, cepet ambil mukena" titah Batar.
Harum bergegas masuk kedalam rumah mengikuti titah Batar. Masuk kedalam kamarnya mencari letak mukena lamanya beserta sajadah di dalam almari.
"Yes udah ketemu"
"Saya harap kamu nggak lupa gerakan sholat juga"
"Eh," Harum melihat Batar yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Yang sekarang ditempati oleh Batar. Peci yang sama dengan pertama kali Harum melihatnya sudah terpasang indah diatas kepalanya. Peci bersih yang di pasangkan agak ke belakang membuat poni atau rambut depannya menyembul keluar. Harum melongo sambil menelan ludah nya sendiri.
"Aku ingat kok, ini sholat dhuhur, empat rakaat dua kali takhiyat satu kali salam. Iya kan?" Tutur Harum penuh keyakinan
"Terus doanya masih ingat"
"Masih, nanti iftitah, al fatihah sama surat pendek, doa yang lain juga masih ingat sampe salam"
"Bagus kalau gitu, saya nggak harus susah-susah ngajarin" beo Batar, setelah itu meninggalkan Harum sendiri.
Sajadah bludru dengan gambar Ka'bah berwarna hitam digelar begitu saja. Menghadap kiblat para umat islam. Mukena putih usang dengan lipatan-lipatan tanda jarang di gunakan sudah terpasang indah menutupi sang mahkota kepala.
Bismillahirahmanirahim Usholi...
Allahu Akbar
Batar mengamati gerakan sholat Harum secara diam-diam, agar tidak mengganggu ke khusyukannya. Bukan karena Harum cantik, namun untuk memastikan setiap gerakan Harum dalam sholat benar atau tidak.
Assalamualaikum warahmatullah ...
Sebelum salam, Batar langsung pergi meninggalkan kamar Harum. Dan Harum yang sedari tadi merasa di awasi langsung menoleh kesana kemari, nihil tidak ada seorangpun selain dirinya.
"Mungkin hanya perasaanku aja"
_________________________________
"Kopi??"
Harum berjalan mendekati Batar yang duduk di teras rumah sambil mengamati derasnya hujan.
"Udah sholatnya?" Tersenyum sambil mengambil kopi yang sudah diletakkan Harum di meja.
"Udah, suka kopi?" Mengulas senyum sambil sesekali menyesap coklat panas ditangannya.
"Alhamdulillah, suka. Kamu ngopi juga?" Batar meletakkan cangkirnya kembali di meja.
"Nggak ini coklat, aku nggak suka kopi"
"Kenapa?" Ucap Batar dengan santai tanpa memandang Harum.
"Karena apa aku juga nggak tau, pokoknya nggak suka aja" Batar terkekeh mendengar penuturan Harum.
"Sesekali nikmatilah kopi ini, karena filosofi hidup dan kopi hampir itu sama"
"Sama? Sama apanya" Harum bertanya-tanya.
"Sama pahitnya" Batar mengeratkan tautan kedua jarinya. Sedangkan, Harum masih belum paham apa yang disampaikan oleh Batar.
"Masih belum paham?" Harum menganggukkan kepalanya.
"Kopi dan hidup itu sama-sama pahit, tergantung cara kita menikmatinya seperti apa. Kopi kalau ditambah gula jadi manis. Hidup ditambah mahabbah (cinta) juga akan sama seperti kopi, manis."
"Emang kopi yang aku buat nggak ada gulanya ya?" Batar tertawa renyah.
"Kuatkan hamba ya Allah, polos, polos, polos" Batin Batar.
"Apaan sih nggak paham?" Harum cengo melihat Batar yang tertawa lepas.
"Kopi nya udah manis kok, udah nggak usah dibahas lagi" Batar meredam tawanya. Harum hanya menggaruk kepala belakangnya sambil meringis melihat sudut mata Batar yang mengeluarkan setitik air mata karena l tertawa lepas.
"Kapan terakhir kali sholat? Sampai lupa wudhu" tanya Batar memecah keheningan.
" sejak bapak sama ibu meninggal" Harum yang menunduk, malu bukan karena ia tak berhijab, namun malu karena ia lalai dalam sholat. Dan sekarang apakah Tuhan mengirim Batar sebagai perantara agar ia mampu kembali kejalan-Nya? Mungkin
"Sejak?" Selidik Batar.
"Dua tahun yang lalu"
"Oh, baca Qur'an bisa?"
"Sedikit udah agak lupa sama hurufnya" jawab Harum sambil meringis.
" mau saya ajari?"
"Hah?" Harum melongo.
"Itung-itung buat balas budi saya, sudah diperbolehkan berteduh disini" Harum tampak berfikir.
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Kumandang Azan sudah mengalun merdu di menara masjid. Hujan deras itu kian mereda. Ashar sudah seperti Magrib karena langit berselimut mendung.
"Ayo sholat Ashar dulu" pinta Batar.
"Oh iya, ayo" Harum menyudahi pikirannya tentang tawaran Batar. Ia sudah tau jawabannya.
•••
Menurut kalian hari ini manis nggak?
Btw, disini pada suka baca puisi nggak? Komen ya...
kalau ada yang suka insya allah nanti saya upload di wattpad.Jum'ah, 21 Februari 2020
________________________
Ditulis: kamis, 16 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Aku Bukan Gusmu
RandomGus Batar "karena aku bukan gusmu" Harum "Aku hanyalah kupu-kupu malam" Balada cinta seorang Gus. (InsyaAllah update 2 minggu sekali)