Hidup Baru

686 88 59
                                    

Selamat membaca kembali... :)
.

.

.

Pagi ini udara terasa lebih segar dari pagi-pagi sebelumnya. Harum mengamati bunga yang tampak bermekaran walau sudah diguyur hujan semalaman. Tak bisa dipungkiri hatinya saat ini juga sama dengan suasana pagi ini, yang begitu terasa sejuk.

"Kak, Sandy berangkat dulu ya." Sandy keluar dari rumah terburu-buru sembari memasang peci di kepalanya.

"Iya San. Nanti Kakak nyusul aja, masih ada yang harus diurus di butik."

"Salim dulu kalau gitu." Sandy menarik tangan Harum kemudian menyalaminya dan pergi meninggalkan rumah.

"Assalamualaikum," ucap Sandy dari kejauhan.

Harum menggelengkan kepalanya, "wa'alaikumussalam."

Setelahnya Harum masuk ke dalam rumah, rumah yang selama tiga tahun ini menjadi tempat berteduhnya yang baru. Setelah drama tiga tahun yang lalu, Harum dan Sandy akhirnya memilih pergi. Pindah dari lingkungan yang sudah tidak sehat lagi untuk kehidupan mereka.

Hingga kini mereka menetap di kota yang cukup jauh dari tempatnya dulu tinggal. Mereka pindah di kota ini atas permintaan Joko, masih ingat kan? mandor di tempat Sandy bekerja dulu. Dia yang membantu dan membiayai kebutuhan keduanya selama satu tahun kepindahan mereka.

Sampai sekarang keduannya bisa dikatakan sudah bisa hidup nyaman dan aman dari masalah lingkungan maupun perekonomian secara mandiri. Harum memutuskan membuka usaha jahit kecil-kecilan, dan berhasil berkembang berkat bantuan para pemuda maupun pemudi di daerah tempat tinggalnya saat ini.

Harum berhasil menciptakan lapangan pekerjaan dan membangun lingkungan sehat di daerah tersebut, hingga sikap dan sifat positif tersebut membuatnya mudah diterima.

Tiga tahun sudah kini dia mempunyai satu butik bersama, yang ia ketuai namun dikelola secara bersamaan dengan pemuda maupun pemudi di desanya dengan sistem bagi hasil. Bahkan rencananya ia akan membuka cabang lagi untuk ke depannya.

Sedangkan, Sandy adiknya itu sekarang bekerja sebagai karyawan di salah satu toko perlengkapan bangunan milik Joko sang mandor. Sandy saat ini berubah hampir 90% dari sebelumnya, dia tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang tampan dan agamis. Di tambah kulitnya yang dulu terlihat tidak terawat dan terkesan kusam kini lebih bersih bersinar, membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona.

Harum jadi membayangkan apa kata Selin sahabatnya itu kalau melihat Sandy yang sekarang. Baru membayangkannya saja sudah membuat Harum tertawa sendiri.

***

Aula desa tampak sudah ramai dengan orang-orang yang memakai baju batik yang sama dengan yang dikenakan oleh Harum saat ini. Lebih tepatnya hari ini adalah rapat keputusan untuk acara pengajian akbar yang akan di adakan satu minggu lagi.

Terlihat adiknya dan para pengurus lain sudah datang terlebih dahulu. Ya, Harum menjadi anggota terakhir yang datang pada rapat pengajian akbar ini.

"Nah, ini kandidat utamanya sudah hadir," celetuk Mas Mizan, salah satu pengurus masjid daerah tempat Harum tinggal sekarang.

Sontak semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut menatap Harum dengan seksama. Harum yang merasa jadi pusat perhatian malah jadi kikuk sendiri. Bingung dengan keadaan yang seketika hening karena kehadirannya.

"Ada apa ini? Kenapa jadi hening." Harum menggaruk hijabnya.

"Setuju Mas Mizan," sahut Riris, salah satu santri dari yayasan himpunan pemuda Muslim menatap Harum dengan senyuman aneh yang masih bisa dilihat oleh Harum. Kemudian disusul yang lain, yang juga menyerukan persetujuan yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karena Aku Bukan GusmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang