Fitnah dan Perasaan Kedua

1.3K 110 8
                                    

Harum termenung diteras rumahnya, melihat terik matahari dan beberapa daun yang berguguran karena diterpa angin. Harum merasa aneh dengan hari ini, karena tidak biasanya jalan depan rumahnya akan seramai ini.

Ada yang janggal.

Mata mata itupun tak luput dari pandangan Harum. Segerombol wanita berjalan dengan sesekali terdengar kasak-kusuk sambil memandangi rumah Harum. Harum yang sedang duduk diteras sedikit mendengar pembicaraan mereka tentang 'seorang perempuan yang tidak tau malu' entah tapi ia rasa pembicaraan itu merujuk pada dirinya.

"Rum ini titipan sandy" ucap laki-laki yang memecahkan lamunannya sambil menyodorkan kertas dan sejumlah uang ratusan ribu. Harum memandang pakaian yang dikenakannya, sebuah kaos bergambar mobil Mustang hadiah yang ia berikan kepada Sandy di ulang tahunnya tahun lalu sekarang dipakai oleh Batar.

Tampan.

"Bener buk itu ngasih uang lakinya" suara itu langsung menembus gendang telinga Harum dan Batar.

"Ih berarti dia beneran perempuan gak bener, dih amit-amit" seorang wanita bertubuh gempal, memandang jijik kepada Harum sambil mengusap dadanya berkali-kali.

"Ayo masuk aja" ajak Harum pada Batar, kemudian melenggang masuk kedalam rumahnya.

___________________________________

Sudah tiga hari kepalanya pusing memikirkan gunjingan orang-orang yang melintasi rumahnya. Rumor tentang kejelekan dirinya ditengah masyarakat sudah sampai ditelinganya.

Orang-orang menganggap Harum tinggal dengan seorang pemuda yang jelas bukan suaminya. Bahkan pekerjaan tambahan Harum di club yang ia rahasiakan sekarang menguap begitu saja dilingkungan masyarakat. Apalagi rumor tentang Batar adalah laki-laki kaya yang membayar tubuh Harum dengan uang. Membuat kepala Harum ingin pecah.

"Rum kayaknya lo perlu istirahat deh" ucap Selin mengembalikan kesadaran Harum.

"Aku nggak papa kak" Harum sambil menyeruput teh hangat ditangannya.

"Nggak papa, gimana?" Ucap Adi.

Harum lantas tak menjawab ucapan Adi. Ia melihat orang-orang melenggak-lenggokan tubuhnya mengikuti irama musik yang dibawakan. Suasana gaduh tersebut membuat kepala Harum tambah pusing.

" toh semua tuduhan itu benar kan, kecuali tuduhan terhadap Batar. Sebenernya aku nggak masalah dituduh apapun itu. Tapi... ada orang lain yang juga disebut didalamnya. Aku harus gimana?" ucap Harum sambil memegangi kepalanya.

Selin dan Adi menatap sendu gadis dihadapannya ini.

Sudah dua hari ini Selin dan Adi mendengarkan keluhan kesah temannya, yakni Harum. Gunjingan yang melebar luas yang ditujukan kepada Harum memaksaanya untuk menceritakan semua pada temannya yang tak lain Selin dan Adi untuk dijadikan sebagai sandaran penguat mentalnya saat ini.

Harum berkali-kali meminta masukan kepada keduanya dan jawabannya sama yaitu, mengusir Batar dari kediamannya agar tidak terlibat dalam permasalahan tersebut.

Harum tak mungkin melakukan hal tersebut, mengingat Batar sudah membuatnya berubah sejauh ini. Ia mengingat saat Batar membantunya membaca al-Qur'an, mengimaminya saat sholat, membantu dalam pekerjaan rumah, dll. Harum tak mungkin ujuk-ujuk langsung mengusir Batar dari rumahnya, karena laki-laki itulah yang membuatnya semakin dekat dengan Tuhan nya.

"Gimana kalo Batar tinggal di kontrakan aku aja sementara sambil nunggu adikmu pulang" ucap Adi.

"Ide bagus!" Imbuh Selin.

Saran yang bagus. Harum mengacungkan jempol tangannya sembari berkata "oke, nanti aku bakal bilang sama Batar".

Mereka akhirnya kembali pada pekerjaannya masing-masing.

Karena Aku Bukan GusmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang