Sandy & Kehidupan

3.8K 151 3
                                    

Tok tok tok

" Sandy, buka pintunya" beberapa kali Harum mengetuk pintu rumahnya. Nihil sang pemilik nama yang dipanggil tak kunjung menampakkan wujudnya. 

Tangan yang sedari tadi terus saja merangkul pinggang sang pria, perlahan Harum lepaskan. Pria itu terus saja mengerang,  entah merasakan sakit atau yang lainnya. Harum mengambil kuda-kuda untuk meletakkan si pria di lantai, agar memudahkannya dalam membuka pintu.

Dan benar saja sang adik tidak ada dirumah. Dengan kunci rumah yang diletakkan dibawah keset, sebagai buktinya. Harum segera mengambil kunci tersebut dan membuka rumah nya.

Setelah bersusah payah membantu pria tersebut masuk kedalam rumahnya lebih tepatnya dalam kamarnya, akhirnya Harum dapat merenggangkan tangannya yang sedari tadi terasa kebas akibat menopang tubuh pria itu.

Beranjak dari kamarnya Harum segera mengambil air hangat dan handuk kecil di dapur untuk membersihkan luka sang pria. Saat berjalan menuju kamarnya Harum dikejutkan dengan kehadiran Sandy yang sudah berdiri didepan pintu kamarnya.

"Kakak" sambil mengamati Harum dari atas sampai bawah dan matanya berhenti di kedua tangan kakaknya tersebut." Itu apa kak?" Selidiknya sambil menunjuk baskom berisi air ditangan kakaknya.

" Sandy, kamu bikin kakak kaget aja. Em ini cuma air hangat " jawab Harum sedikit terbata.

"Buat apa kak?" Sambil menyelidik wajah kakaknya "kakak nggak sembunyi apa-apa dari aku kan kak?" Tanya sandy yang melihat kegugupan kakaknya.

"Nggak kok dek, cuma_sebenernya_anu_itu " Harum yang bingung bagaimana menjelaskan keberadaan pria asing dikamarnya. Sedangkan, Sandy adalah sosok adik yang over protektiv terhadapnya.

"Kakak! Aku jadi curiga" Sandy membelalakan matanya ketika ia menerobos masuk kedalam kamar kakaknya.

Terlihat seorang pria yang terbaring diranjang tua milik kakaknya, dalam keadaan setengah sadar. Dan jangan lupakan darahnya!. Sandy melihat Harum seakan meminta penjelasan kepada kakaknya yang berdiri di ambang pintu.

" Sandy, kakak bisa jelasin" Sandy syok melihat pemandangan di depannya. " Kakak nggak sengaja nemuin dia di jalan, terus kakak nggak tega. Jadi kakak bawa kesini" Terang Harum.

" Kakak dengerin Sandy,  kalau sampai ada apa-apa sama itu orang. Kita yang bakal kena kak. Kalau sampai dia mati? Nasib kita gimana kak? Bisa jadi kita yang di kira nyiksa dia" Sandy tidak habis pikir dengan kakaknya.

Harum dan Sandy terus saja berdebat. Sampai pada akhirnya Sandy mengalah pada kakaknya, namun tetap saja hatinya tidak menerima pernyataan kakaknya tersebut. Sandy dengan sedikit emosi akhirnya membantu Harum membersihkan tubuh pria tersebut.

" Kakak tidur aja dikamar Sandy, biar ni orang Sandy yang urus, nanti pagi kakak kerja kan?" Ucap Sandy, yang tidak tega melihat wajah lelah kakaknya.

"Yaudah, kakak istirahat dulu. Tapi kalau ada apa-apa panggil kakak langsung." Kemudian Harum bergegas ke kamar Sandy untuk merebahkan tubuhnya.

Sandy masih saja kesal dengan kakaknya. Tapi rasa kesalnya kepada Harum tidak mampu mengalahkan rasa sayangnya kepada kakak semata wayangnya tersebut.

Sebenarnya Sandy baru saja pulang dari tempat kerjanya. Ia terkejut melihat pintu rumahnya terbuka lebar, ia merasa takut terjadi sesuatu pada kakaknya yang notabene keluarga satu-satunya. Kemudian ia bergegas menuju kamar kakaknya, belum sampai membuka kamar kakaknya Sandy melihat Harum yang berjalan dari arah dapur.

" em kak, kak kamu itu jadi orang terlalu baik" gumam Sandy sendiri. Sambil menggelar karpet di samping bawah ranjang kakaknya.

Sandy adalah adik semata wayang Harum. Sejak kematian orang tuanya 2 tahun lalu, Sandy menjadi over protektiv terhadap Harum. Sikapnya yang dulu sangat pendiam kini berbanding terbalik. Harum selalu merasa bahwa Sandy lah yang menjadi kakak bukan dirinya.

Usia Harum dan Sandy hanya terpaut 2 tahun. Harum berusia 20 tahun sedangkan Sandy 18 tahun. Ketika mereka berjalan bersama terkadang orang mengira mereka adalah sepasang kekasih. Tapi kenyataannya status mereka hanyalah kakak dan adik, tidak lebih.

Harum yang merupakan tamatan SMA mampu bekerja di minimarket dengan ijazah yang ia miliki. Sedangkan, Sandy sejak kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan ia tidak melanjutkan lagi sekolahnya, hingga kini ia hanya mampu bekerja serabutan karena tidak mempunyai ijazah SMA.

Meskipun begitu kebutuhan menuntut mereka untuk bekerja lebih keras. Harum yang dari pagi sampai petang bekerja sebagai Karyawati di minimarket, kemudian malam harus bekerja sebagai pelayan antar disebuah club di ujung kota. Sedangkan, Sandy harus banting tulang bekerja serabutan mulai dari menjadi kuli panggul dipasar, tukang bangunan, juru parkir, dan lainnya. Mereka singgah di rumah hanya sekedar tidur dan bernaung.

Setelah selesai dibersihkan, Sandy mengganti pakaian pria itu dengan bajunya, yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Harum. Ia melihat jam yang melekat di tembok kamar kakaknya tersebut. Menunjukkan pukul 04:02, kumandang adzan sudah terdengar dimana-mana. Matanya terasa berat, karena seharian ini keringat nya terus saja diperas akibat pekerjaannya menjadi tenaga kuli borongan di salah satu PT, membuat rel kereta api. Akhirnya, Sandy memutuskan tidur diatas lantai kamar kakaknya yang dilapisi karpet usang peninggalan ibunya.

_________________________

"Cahaya apa itu?" Ucap pria itu melihat cahaya terang dalam tidurnya

Pria itu kini melangkah mendekat. Tiba-tiba tubuhnya seakan ditarik oleh cahaya tersebut. Ia berteriak namun tidak ada yang mendengar. Kemudian ia terjatuh.

Dilihatnya rumah yang bertahun-tahun ia tinggalkan. Sekarang ia berdiri tepat dihalaman depan rumah yang telah ia rindui tersebut. Pria itu berjalan mendekati rumah. Saat akan memasuki rumah, seakan tubuhnya menembus pintu kayu yang ada didepannya.

"Apa yang terjadi?" Sembari melihat kedua tangannya, tidak percaya.

Salah satu pintu di ruangan tersebut terbuka, dan muncul pria paruh baya dengan setelan baju koko berwarna putih, sarung yang telah usang, peci hitam dan sorban warna hijau yang melekat indah di pundaknya. Berjalan kearahnya.

"Abah" dipanggil lah nama sang empu. Akan tetapi seakan ia tidak mendengar. Pria itu terus saja memanggilnya. Namun hasilnya tetap sama. Menitihlah air dari kedua kelopak matanya. Pria itu menangis.

Seorang yang ia rindukan tidak mendengar suaranya dan acuh meninggalkannya sendiri. Seorang yang ia sebut sebagai Abah melaluinya begitu saja menuju pintu keluar. Kemudian, berpalinglah pria itu saat mendengar derap langkah kaki dari arah belakangnya.

" Batar" ucap wanita paruh baya, dengan mukena yang melekat indah ditubuhnya. Sang empu pemilik nama pun tersenyum melihatnya, wanita itu mengenalinya. Kemudian wanita itu mendekat, namun bukannya berjalan kearahnya, melainkan kearah samping ruang tamu dan berhenti tepat disalahsatu figura yang terdapat fotonya.

Ya pria itu adalah Batar! Sedangkan wanita itu adalah ibunya.

Setelah melihat kenyataan bahwa ibunya sendiri tidak melihat keberadaanya saat ini, kemudian senyum itu kian memudar. Seakan hatinya teriris, air mata yang tadinya sudah ia basuh kini sudah menggenang dipelupuk matanya. Dan siap ditumpahkan.

"Apa yang terjadi kepadaku?" Menegadah keatas, sambil meratapi nasibnya,Batar.

Jum'ah, 17 januari 2020

Karena Aku Bukan GusmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang