Hancur

1.3K 127 56
                                    

"Asslamu'alaikum" ucap Harum.

Harum memasuki rumahnya yang sepi, apa mungkin Batar nggak dirumah ya. Biasanya jika Harum mengucap salam Batar selalu menjawabnya.

Akhirnya Harum melenggang masuk saat akan menuju kamar Sandy, Harum melihat Batar yang duduk termenung dimeja makan. Harum melihat Batar yang melamun, terlihat otot yang timbul ditelapak tangannya tanda bahwa Batar terlalu kuat mencengkram gelas ditangannya.

Ada apa dengan Batar?

Harum berjalan mendekat ke arah Batar. Wajahnya terlihat memerah, atau hanya perasaannya saja. Batar tidak menyadari keberadaan Harum dihadapannya.

"Batar, hai" Harum melambaikan telapak tangannya didepan Batar.

Batar kaget melihat keberadaan Harum dihadapannya. Tidak, dirinya belum siap menerima semuanya. Batar akhirnya memilih berdiri dari tempat duduknya dan berlalu meninggalkan Harum sendiri.

Harum menyadari perubahan sikap Batar yang aneh. Sebenarnya apa yang terjadi? Ah sudahlah. Harum akhirnya beranjak dari tempat duduknya dan melenggang masuk kedalam kamar Sandy. Tubuhnya sudah terasa remuk dan menuntut untuk diistirahatkan.

Setelah sampai dikamar Harum melepas pakaian yang melekat ditubuhnya dan menggantinya dengan kaos pendek serta celana kulot yang lumayan lebar. Jelas, agar tidurnya hari ini lebih nyaman. Tak butuh waktu lama setelah Harum merebahkan tubuhnya diatas kasur, kesadarannya mulai mengabur entah kemana.

Hari ini Harum pulang lumayan pagi, terhitung sejak kemarin ia tidak tidur karena bekerja. Jadi wajar jika hari ini ia meminta cuti untuk istirahat, baik ditoko waralaba maupun club madam Nia.

***

Batar menatap koper yang terletak dipojok kamar yang ia huni, meskipun matanya menatap kesana tetapi pikirannya berkelana kemana-mana. Ya, tentu saja memikirkan bagaimana kelanjutan semuanya.

Akankan dirinya berterima kasih kepada Harum atau sebaliknya, membenci Harum?

Selepas kepergian Baron dari hadapannya Batar terus saja memikirkan ucapannya. Terlepas benar atau tidaknya hal tersebut. Nalurinya seakan menolak namun pikirannya malah sebaliknya.

Harum itu hanyalah gadis polos dimata Batar. Cara bicara, sikap dan sifatnya sangat tidak mencerminkan seorang penjahat. Mana mungkin seorang Harum menjadi salah satu komplotan begal?

Batar mulai berfikir dengan mencocokan kejadian apa saja yang telah ia alami selama bersama Harum. Terkadang ia memikirkan pekerjaan Harum yang kelewat tengah malam, mungkinkah saat itu Harum melakukan aksi pembegalan?

Pemikiran macam apa ini? Batar merasa telah su'udzon terhadap Harum yang jelas-jelas telah menolongnya. Batar berusaha untuk tetap positive thinking.  Namun tidak bisa dipungkiri jika hatinya terus saja gelisah memikirkan kebenaran yang sesungguhnya.

"Harum...Harum...Harum, kenapa??" tanya Batar dalam batinnya.

Terdengar suara adzan menggema, menandakan telah memasuki waktu dhuhur. Batar segera bangkit dari duduknya, obat dari kebingungan nya kali ini adalah sholat. Batar berjalan keluar kamar dan melihat kamar Sandy yang tertutup rapat. Dirinya yakin jika Harum tengah tidur didalam kamar tersebut.

Batar melaksanakan sholat dhuhur diakhiri dengan doa panjang yang ia panjatkan untuk meminta petunjuk kepada Sang Khaliq. Karena tiada tempat yang lebih baik untuk dimintai pertolongan selain Allah Swt.

Karena Aku Bukan GusmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang