chap.16

212 35 31
                                    

Hari ini gadis itu hanya bermalas-malas an dirumah. Usai festival latern rite selesai beberapa minggu lalu, kini saat nya ia menghadapi sang masalah utama.

Ya, lumine yg berubah. Lumine bagaikan matahari yg seolah-olah semakin kau dekat, maka semakin banyak pula luka yg kau dapatkan.

Dan selama beberapa minggu terakhir, nara berusaha mati-matian untuk membunuh perasaannya pada xiao.

"Huf, bosan" nara menenggelamkan kepalanya dibantal.

Sebuah ide muncul. Kenapa ia tak bermain-main saja dihalaman rumahnya? Karena kebetulan saat ini adalah musim dingin.

Nara akhirnya mengambil jaket miliknya dan berjalan kearah halaman rumahnya. Bermain-main dengan salju disana karena ketebalannya sudah mencapai 15cm.

Tangan dan mata gadis itu sedang bermain dengan salju, tapi tidak dengan pikirannya. 1 minggu yg lalu, nara mendapat kabar bahwa lumine mendapat misi khusus dan sempat bertemu dengan kakaknya.

Tentu saja, ketika ia sekarat, xiao lah yg datang menolongnya.

"Haahh"

Nara menghembuskan nafas panjang. Perkiraannya adalah, lumine akan mengikuti jejak aether. Tetapi tak terang-terang an.

Sulit baginya untuk mencegah hal tersebut terjadi. Karena ada rumor yg beredar setelahnya, bahwa tingkah lumine semakin hari semakin aneh.

Pikiran-pikiran negatif dikepala nara seketika berhenti ketika sebuah kaki yg amat terlihat familiar masuk dalam jangkauan penglihatannya.

Netra miliknya menangkap sosok berambut hijau yg selama ini sudah susah payah ia hilangkan jejaknya di pikirannya.

Untuk saat ini. Otak dan hati nara sedang bertengkar. Hati berkata bahwa ia merindukannya, tapi otak berkata bahwa ia harus mundur.

"Yah, ketika dipaksa mundur kenyataan dan menetap karena harapan" gumam nara pelan.

"Ada apa?" Ucapnya. Intonasi bicara nara seperti berbicara pada orang biasa. Tak seperti biasanya ditelinga xiao.

Xiao menyipitkan matanya, merasa aneh dengan intonasi bicara nara.

"Aku punya urusan yg jauh lebih penting darimu, jika kau tak berkepentingan disini maka pergilah" usir nara sembari menunjuk pagar rumahnya.

"Kau bertarung dengan lumine lagi?" Tanya xiao tanpa basa basi.

"Apa kacamata mempan pada adeptus? Karena kurasa kau butuh kacamata" jawab nara sedikit kesal karena sedaritadi ia bermain salju. Malah dituduh melakukan hal yg aneh.

"Ia pulang dengan banyak sayatan dan luka tusuk polearm" ucap xiao menjelaskan kedatangannya kesini.

"Wahai sang adeptus yg agung, banyak orang yg menggunakan polearm dan mengapa engkau dengan seenak hati menuduhku?" Diakhir kalimatnya nara mengangkat wajahnya, menatap wajah xiao meskipun ia sedang berjongkok diatas salju.

"Karena hanya kau yg membenci lumine" jawab sang adeptus.

Nara mendecih pelan sebelum akhirnya berdiri dan masuk kedalam rumahnya. Membanting pintu rumahnya sembari berteriak.

"Bukan aku, cari orang lain sana!"

Didalam rumah, nara menutup mulutnya dengan tangan. Bisa-bisanya ia dituduh padahal xiao melihat sendiri ia sedang bermain dengan salju.

"Lukai lumine atau kupastikan kau takkan dapat melihat matahari lagi" ucap xiao dibalik pintu rumah nara.

"Dan waktu itu akan segera datang!" Lanjut nara frustasi.

Star -XiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang