CHAPTER XII

56 18 60
                                    

Beberapa hari setelah mendaratkan kaki di atas tanah sebuah negara berpemandangan indah, tepat di hari ini ada sebuah jadwal dari sang dewi untuk melakukan reality show yang beberapa hari lalu di setujui kontraknya oleh sang manager atas titah sang model yang asik berkirim pesan bersama seorang idol hingga tidak sadar jika keputusannya menjadi malapekata baru.

"Kan sudah ku bilang, kalo mau acc sesuatu yang berhubung denganku, tanya dulu Park!" Sebuah ocehan pedas sedari tadi Jimin terima. Dengan nada tinggi wanita itu membentak sang manager berulang kali dengan kalimat yang tak seharusnya ia lontarkan.

"Kan aku sudah bilang Ji hari itu, kau bilang 'iya' ketika ku tanya." Jawab Jimin lembut mencoba menarik hati sang lawan bicara.

"Reality show di Korea loh Jim!" Suara Jiwoo kembali mengalun dengan keras di dalam kamar sebuah hotel mewah yang terletak tepat di tengah kota Seoul.

"Aish!" Gumam Jiwoo kesal.

Dengan hati yang memanas wanita dengan nama panggung Janne itu melangkahkan kakinya menuju sisi ujung kasur dan mendudukkan raganya di sana.

Sudah beberapa hari ini mood wanita itu menjadi buruk ketika tahu ia memiliki jadwal di sebuah reality show, tak ingin menghadiri tapi tak ingin juga membatalkan. Sebuah motto bagi Jiwoo jika sudah menaruh kata "iya" tidak ada lagi penarikan kata, apapun alasannya harus tetap di laksanakan. Itu adalah bukti professional seorang Jiwoo selaku public figure yang patut di acungi jempol.

Tapi siapa sangka, kali ini hatinya ingin sekali mengatakan "cancel" pada jadwalnya yang baru saja terbit. Menghadiri reality show dan menjadi bintang tamu bukanlah ide yang bagus. Bukan wanita itu tak ingin menghadiri reality show, tapi lihatlah dimana ia akan shooting dan tayangan itu akan di siarkan. Ini Korea, bukan Amerika! Ku tekankan sekali lagi, ini Korea!

"Kenapa sensitif sekali dengan Korea?" Tanya Jimin pelan, dari tadi pria itu berusaha membujuk sang model untuk kembali menjadi Jiwoo yang seperti biasa, yang lembut dan manis seperti permen kapas.

"DIAM!!" Bentak wanita itu. "Angkat kakimu dari kamarku, aku muak melihatmu!"

Jimin terdiam, raganya memberi reaksi yang tak biasa. "Ji!" Panggilnya, mencoba untuk berbicara pada sang dewi sekali lagi.

"KU BILANG PERGI, PERGI PARK!" Raung sang dewi bertubuh seksi.

Dengan lesu Jimin mengikuti perintah sang dewi, melangkahkan kaki menuju kamarnya dan membiarkan Jiwoo sendiri di dalam biliknya. Jika boleh jujur Jimin merasa hancur mendapat sebuah bentakan dari sang wanita, tak pernah terjadi hal seperti ini selama jalinan kerjasama terjalin, bahkan kesalahan lebih parah dari ini sekalipun. Tapi kali ini wanita itu memberi reaksi yang tak biasanya hingga membuat Jimin harus memutar otak apa gerangan yang terjadi dengan sang dewi dan Korea hingga membuatnya menjadi monster dalam sekejap mata.

"Aish!!" Pekik Jiwoo lagi, wanita itu frustasi ketika melihat sebuah email yang masuk dari manager tampannya itu. Menghadiri reality show di Korea? Yang benar saja! Menjadi brand ambassador dari V-fashion saja membutuhkan waktu yang panjang baginya dalam mengambil keputusan.

"Ahn Jiwoo tenanglah!" Monolognya sembari mengatur nafas yang mulai terlihat kacau.

Dengan langkah yang sedikit kurang seimbang, wanita itu mulai menyusuri biliknya, mencari sebuah tabung berukuran kecil yang menampung beberapa tablet obat berwarna putih. Di sebuah laci pada nakas di samping kasur, tangannya mulai membuka satu persatu benda di dalam sana. Mencari benda kecil yang ia butuhkan saat ini dengan deraian nafas yang terlihat jauh dari kata baik-baik saja.

Hot Woman🔞 [On Going]Where stories live. Discover now