8. Makan malam

2.2K 119 0
                                    

Kailova menatap dirinya di pantulan cermin. Terlihat pandangannya yang kosong. Tersadar akan dirinya yang sedang menghayal, Kailova menggelengkan kepalanya beberapa kali agar pikirannya tak kosong.

Ia tersenyum simpul melihat wajahnya di pantulan cermin yang begitu cantik. Sedikit polesan make up dengan rambut tak di kuncir sepenuhnya, sedikit di beri juntaian.

Ia melangkahkan kakinya menghampiri Nana yang tengah beberes.

"Bunda," panggil Kailova.

Nana mengalihkan atensinya menatap Kailova yang berdiri seraya tersenyum manis.

Nana terpukau dengan penampilan Kailova yang berbeda dengan hari biasanya. Nana menghampirinya lalu menatapnya dari bawah hingga atas lalu tersenyum hangat.

"Ini anak bunda kan?" tanya Nana.

Kailova mengangguk lalu terkekeh.

Nana juga ikut terkekeh. "Yaudah yuk kita ke bawah, bentar lagi calon suami kamu datang."

Kailova mengangguk.

Saat menuruni anak tangga, Kailova melihat Ferdi, Fani dan Kenara ternyata sudah berada di meja makan.

Ia sedikit kesal saat melihat Fani yang duduk di sebelah kanan ayahnya. Padahal saat Fani tak ada, kursi itu akan selalu ditempati oleh Nana.

Suara high heels membuat ketiga orang tersebut menoleh, menatap Kailova yang berpenampilan begitu anggun dan elegan. Kenara sedikit terpukau melihat kecantikan kakak kandungnya yang umurnya terpaut satu tahun.

"Bunda di sini aja ya, soalnya tempat bunda yang dulu udah di ambil sama mama Fani," ucap Kailova menyinggung Fani. Ia melirik Fani yang seakan tak menerima ucapan Kailova.

"Nggak boleh kayak gitu," tegur Nana. Sudah berapa kali ia tegur Kailova agar gadis itu tak menyinggung Fani. Lagipula Fani itu adalah ibu kandungnya, terlahir dari rahimnya. Tak baik jika berprilaku seperti itu.

"Saya yang berhak duduk di sini, karena saya istri sah dari mas Ferdi, bukan kamu yang statusnya hanya istri siri," sentak Fani seraya menunjuk Nana.

"Saya memang istri siri dari mas Ferdi tapi saya yang selalu ada buat dia, bukan hanya selalu ada untuk mas Ferdi tetapi, saya juga selalu memberikan yang terbaik untuk Kailova." ucap Nana. Dirinya memang bukan wanita yang mudah menangis apalagi mudah dijatuhkan. Dirinya begitu tangguh.

Ferdi yang sedang sibuk mengotak-atik handphonenya lantas menatap kedua istrinya itu dengan tatapan bingung.

"Ada apa ini?" tanya Ferdi ke mereka semua.

"Nggak ada apa-apa," balas Kailova dengan cepat. Dirinya takut jika suasana semakin keruh.

Ferdi melirik arloji di pergelangan tangannya. Sebentar lagi keluarga dari Bagaskara akan datang. Dirinya harus menyiapkan semuanya sebaik mungkin. Takut mengecewakan calon besanannya.

"Sebentar lagi mereka akan datang, semuanya siap-siap." ujar Ferdi.

Nana yang melihat ada sesuatu yang kurang di atas meja lantas memanggil pekerja rumah untuk mengambilnya.

"Honey, kamu udah siap?" tanya Nana pada Kailova.

Kailova mengangguk.

Karena tak ada yang ia kerjakan dan merasa bosan menunggu keluarga dari laki-laki, Kailova mengambil handphonenya di dalam dompet lalu memainkannya.

Ia membuka grub chat. Kailova belum yakin untuk memberitahukan kepada kedua sahabatnya jika dirinya akan tunangan sebentar lagi. Namun, seberapa kuat dirinya menyembunyikannya, suatu saat mereka akan tahu kenyataannya. Jadi lebih baik dirinya yang memberi tahu daripada mereka mendengar dari gosip orang lain.

SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang