16. Bolos berjamaah

2.8K 126 0
                                    

Sebuah asal suara yang begitu mengganggu pendengaran, suara yang begitu berisik yang berasal dari sebuah bangunan kecil yang berada di pojok sekolah. Tempat yang dijadikan anak Alpha sebagai tongkrongan. Nama tempat itu ialah warti. Warung Tuti.

"Ngomong-ngomong mbak Tuti hari ini kok cantik banget sih? Spill peletnya dong mbak, saya juga mau pake." ucap Amerta menghasilkan gelak tawa dari yang lain.

Regan menoyor kepala Amerta lalu berkata, "Itu bukan pake pelet Amer! Tapi udah cantik dari lahir, udah dari zigot itu mah!"

"Paling mau minta gratisan nih anak, gue tebak pasti benar." sahut Bintang menghisap rokoknya hingga menghasilkan kepulan asap.

"Mbak Tuti, pake skincare apa sih? Kok mukanya cerah banget, secerah masa depan gue bareng Jisoo," ucap Regan pada mbak Tuti.

"Mbak Tuti mau nggak jadi pacar Abang Amerta? Nanti gorengannya gratis ya?" ucap Amerta sambil tersenyum menggoda tak lupa dengan alis yang naik turun.

"Itu mah di elu yang enak!" sembur Regan.

"Lah, mbak Tuti juga enak kali dapat pacar ganteng kek gue mana jago berantem lagi, idaman kan?"

"Jago berantem? Idaman mertua preman!"

"Anjing lo!"

"Bapak saya mah preman atuh kang," celatuk mbak Tuti sambil tersenyum ramah. Ia menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol mereka. Tiap hari ia selalu di gombal oleh anak Brigazer. Umur mereka hanya selisih dua tahun saja.

"Nah loh, mampus nggak tuh." ucap Regan lalu menyeruput secangkir susu nya.

"Udah gede minumnya susu, minum kopi dong biar LAKIKK!" seru Amerta lalu meminum kopinya.

"Masih mending susu kaleng daripada susu badan? Kan berabe."

"Eh ngomong-ngomong, Samudra udah ngerasain susu badan nggak sih? Gue penasaran anjir rasanya tuh kayak gimana," ucap Amerta dengan mimik wajah yang serius.

"Lo mau rasa susu badan? Noh, susu sapi langsung dari badannya lo coba. Kalau lo ketagihan nikahin aja, biar halal!" semprot Regan, ngawur.

"Ide lo itu nggak ada yang benar anjir! Apa otak lo udah gesrek?! Sebenarnya lo itu pasien rumah sakit jiwa yang lepas dari kandangnya!"

"Samudra nggak ada, siap-siap kita diciduk sama dia," sahut Rafael. Ia mengingat bahwa sekarang satu temannya itu adalah seorang ketua OSIS yang berarti ia harus bersikap disiplin.

"Males banget sih, semoga aja kita nggak diciduk. Mana Samsul kalau nge-ciduk selalu ngasih hukuman lagi, gue kan males." sahut Regan lalu menyandarkan punggungnya.

"Mending Samsul kayak dulu lagi nggak sih? Jadi anak yang bandel, sering berantem, bolos, balapan liar, tawuran. Lah, sekarang anak yang rajin, teladan, berbakat dan anak kesayangan para guru-guru lagi." ucap Bintang kembali mengingat karakter masa lalu dari seorang Samudra Bagaskara.

"Susah bro, saingan lo nyokap nya. Kalau bukan karena nyokap nya, gue yakin Samudra nggak bakalan kayak gini. Kayak nggak tahu Samudra aja lo," sahut Antlantik yang di tangannya terdapat sebuah satu batang rokok yang diselipkan di jari telunjuk dan tengah.

"Nah setuju. Kalau bukan karena kematian dari Sagar adek dari Samudra, boro-boro Samudra mau jadi kayak sekarang." timpal Rafael menyetujui ucapan dari Antlantik.

"Gue sampai sekarang masih penasaran siapa yang bunuh si Sagar. Bahkan pihak kepolisian sampai sekarang sama sekali belum dapat pelakunya. Dan kayaknya bentar lagi, masalah ini bakalan ditutup." ucap Amerta.

"Kematian si Sagar dua tahun yang lalu ya?" tanya Bintang bercelatuk.

"Kok lo tahu? Waktu itu kan lo belum gabung di Brigazer," tanya balik Amerta.

SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang