41. Jangan Bersikap Berlebihan

651 38 6
                                    

Aloo gesss

Apa kabar??

Udah siap baca part ini belomm?

Seperti biasa, aku mau ngingetin buat vote, komen dan share ya gesss

Happy Reading!!

***

Sejak kejadian tadi siang, Samudra dan Kailova sama sekali belum berinteraksi. Mereka hanya sekadar menatap, memperhatikan dan menyaksikan kegiatan masing-masing. Tidak ada yang berinisiatif untuk memulai obralan. Mungkin sama-sama gengsi atau tidak ada topik?

Seulas kejadian siang tadi kembali berputar di memori kepala Samudra. Dirinya benar-benar merasa tidak enak kepada teman-temannya. Untuk kali pertama mereka menyaksikan semuanya, padahal sebelumnya teman-temannya hanya mengetahui watak orang tuanya dari cerita Samudra.

Tak ada yang menduga, kedatangan mereka ingin menyalurkan kerinduan pada temannya namun berakhir lenyap oleh kedatangan seseorang.

Duduk di atas kursi roda dengan pandangan tidak luput dari seseorang yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya. Ia memperhatikan aktivitas yang kini Kailova lakukan. Sibuk menyiapkan makan malam untuk dirinya. Namun secepat kilat pandangannya ia alihkan ketika perempuan itu menoleh kearahnya.

Melihat kondisinya yang sekarang yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya mampu berdiam diri di atas kursi roda membuat Samudra sangat kecewa pada dirinya sendiri. Untuk saat ini dan kedepannya ia harus menghabiskan waktunya untuk berlatih kemampuan berjalan. Jika hanya diam kondisi seperti ini akan lama ia rasakan.

"Gue habis masak dan sekarang lo harus makan."

Di depan mata, Samudra bisa melihat sepiring nasi dengan lauk seadanya dan segelas air putih. Ternyata Kailova masih mengingat selera makan Samudra yang cukup terbilang tidak neko-neko. Cowok itu lebih menyukai makan seadanya dibanding makanan yang terlalu banyak variasinya. Lidahnya tidak menerima semua makanan yang masuk pada mulutnya.

Tidak ada pergerakan Samudra hanya menatap makanan itu. Dirinya menguji kesabaran Kailova sampai mana. Dirinya sempat membaca beberapa artikel bahwa perempuan sangat tidak menyukai jika makanannya abaikan terlebih menguras energi ketika memasak.

"Kalau mau disuap bilang dong biar gue nggak kebingungan lo kenapa diam doang. Inget, yang sakit itu cuman kaki lo bukan mulut lo. Apa susahnya sih ngomong, nggak usah cosplay jadi ijat yang kesusahan ngomong. Yaudah, sini majuin dikit." Meski sedang mengoceh Kailova tetap perduli dengan Samudra. Lihat saja sekarang, perempuan itu tengah menyuapinya.

Sedikit rasa senang menghampiri Samudra. Ia memperhatikan pahatan wajah Kailova yang nyaris sempurna. Kemana saja dirinya yang baru menyadari bahwa Kailova jika dilihat secara dekat ternyata secantik ini.

"Lwo kwenapwa pwedulwi samwa gwe?" ucap Samudra yang terdengar tidak jelas karena sesuatu di dalam mulutnya.

Kailova melayangkan tatapan jengkel. "Kalau mau makan ya makan, kalau mau ngomong ya ngomong. Itu makanannya ditelen dulu baru ngomong."

Samudra mematuhinya dengan segera makanan itu ia telan. Sebelum kembali menatap Kailova.

"Nah gitu dong sekarang boleh ngomong."

"Lo kenapa peduli sama gue?" tanya Samudra.

Kailova menjitak kepala Samudra dengan tangannya yang bersih karena tangannya sebelah digunakan untuk menyuapinya. Dirinya tak habis pikir, apakah ini salah satu efek kecelakaan membuat otaknya bergeser sehingga pertanyaan yang tak perlu ditanyakan harus ditanyakan?

Serangan tiba-tiba dari Kailova membuat Samudra mengusap jidatnya.

"Menurut lo? Pake segala ditanya lagi, ya karena lo sakit lah, nggak bisa ngapa-ngapain. Makanya mulai sekarang lo harus dengerin semua ucapan gue, dan lo harus patuhi semua ucapan gue."

SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang