35. Apa yang terjadi?

1.7K 88 17
                                    

Sebelum dibaca jangan lupa vote, komen, dan share ya, guys!!

Maaf ya, akhir-akhir ini nggak konsisten nulisnya 😊

Happy reading!

***

Saat ini Samudra dan Kailova tengah menuruni anak tangga satu persatu. Mereka tak mengetahui bahwa Rani tengah berada di ruang tamu. Jarak antara ruang tamu dengan tangga penghubung lantai dua memang cukup jauh.

"Mau saya temenin nggak?" tanya Samudra pada Kailova.

Kailova melirik sekilas sebelum memperbaiki letak sling bag nya.

"Nggak usah, nanti malah ngerepotin lagi, kamu kan mau belajar buat persiapan olimpiade, kan?" tanya balik Kailova.

Kailova menatap Samudra ketika cowok itu memegang kedua bahunya dan menatapnya dengan tatapan akan makna.

"Jangan pernah ngomong kalau kamu itu ngerepotin saya, itu nggak benar. Kamu itu istri saya jadi kamu itu tanggungjawab saya." Samudra melepaskan cengkraman tangannya di bahu Kailova.

Kailova mematung, tubuhnya seakan tak dapat lagi untuk bergerak. Sel-sel dalam tubuhnya seakan tak berfungsi lagi setelah mendengar ucapan Samudra.

"Samudra benar, kamu itu istrinya bukan beban hidupnya," celetuk Rani berjalan menghampiri mereka.

Keduanya terkejut melihat kehadiran sang Mama. Samudra menundukkan kepalanya, dirinya sedikit malu karena ucapannya didengarkan oleh sang Mama. Ia mengira bahwa hanya mereka berdua berada di tempat ini dan hanya mereka berdua yang mendengarkan ucapannya.

"Mama sejak kapan ada di sini? Kok nggak ngabarin Samudra kalau mau datang ke sini?" tanya Samudra dengan dahi berkerut.

Rani terkekeh melihat raut wajah sang anak. Ia tahu bahwa Samudra tidak sedang kebingungan melainkan menahan malu.

"Kenapa, Ma?" tanya Kailova ketika melihat Rani tengah terkekeh. Ia merasa saat ini tidak ada yang lucu.

"Lova, kamu tahu nggak kalau Samudra itu lagi nahan malu?" tanya balik Rani pada Kailova.

Kailova menoleh menatap Samudra yang kini juga tengah menatapnya. Cowok itu menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya-tanya pada Kailova maksud dari tatapan tersebut.

"Samudra kamu itu berkulit putih, kalau kamu marah atau malu itu jelas banget, itu lihat muka sampai ke telinga kamu merah banget." Rani menggelengkan kepalanya keheranan melihat tingkah anak sulungnya.

Samudra menghela nafas. Dirinya melirik Kailova yang sedang menahan tawanya.

"Kamu malu ucapan kamu didengerin sama Mama?" bisik Kailova sambil menahan tawanya.

Bukannya menjawab Samudra malah berdehem.

Rani menatap penampilan Kailova lalu menatap keduanya secara bergantian.

"Kalian mau keluar? Emang pada mau kemana?"

Saat Kailova ingin menjawab, Samudra menyela dengan cepat dan berkata, "Kailova mau keluar bareng temannya soalnya dia bilang kalau tinggal di kamar terus yang ada malah bikin stress,  Samudra nggak ikut soalnya lagi persiapan olimpiade."

"Emangnya Kailova mau kemana? Kok nggak mau ditemenin sama Samudra?" Jantung Kailova mulai bertalu-talu ketika melihat raut wajah Rani yang mulai tak bersahabat.

"Tenang aja Ma, meskipun Kailova nggak bareng Samudra dia tetap aman. Lagipula Kailova kan bareng temannya."

"Nggak, Mama nggak setuju, kalau kamu keluar nggak bareng Samudra, Mama nggak izinin! Titik!" seru Rani penuh penekanan.

SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang