Jaehyun menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Rose sebelum dia menaiki mobil yang juga ditumpangi oleh Mingyu dan Eunwoo. Sudah menjadi tradisi mereka untuk pergi bersama.
"Aku bakal kangen banget sama kamu, Jae." Ucap Rose dengan wajah sendunya.
Jaehyun membelai rambut Rose untuk menenangkan istrinya itu tak lupa dia juga memberikan senyum tiga jari. "Cuma tiga hari, kalau kamu takut tidur sendirian kamu kan bisa ke rumah mama."
"Janji ya jaga diri kamu baik-baik?" Rose mengarahkan jari kelingkingnya kepada Jaehyun.
Jaehyun mengangguk dan ikut mengarahkan kelingkingnya ke depan dada. "Iya."
"Oh iya, jangan lupa aktifin alat pelacak yang aku pasang di tas kamu supaya aku bisa pantau posisi kamu." Ujar Jaehyun. Pasalnya demi memastikan keamanan Rose, Jaehyun harus bertindak ekstra.
"Emang ada sinyal di sana?"
"Aku usahain."
"Oke, nanti aku aktifin."
"Good girl, aku berangkat ya."
Rose melepaskan dekapannya dan membiarkan tubuh Jaehyun menjauh. Perasaannya sungguh gelisah ketika menatapi punggung Jaehyun, dia merasa seperti sedang diawasi oleh seseorang. Apapun itu Rose yakin dia hanya berkhayal karena kurang tidur.
***
Saerom berteriak kepanikan mengetahui Hyunbin sudah tergeletak tidak sadarkan diri. Kamarnya gelap dan banyak barang berjatuhan ke lantai. Saerom ingin membantu Hyunbin namun dari belakang mulutnya tiba-tiba disumpal kain bersamaan dengan kakinya yang ditekuk paksa hingga dirinya kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur. Saerom menjerit dalam keadaan dibekap, dia menyaksikan seseorang tengah menyuntikkan sesuatu ke tangan Hyunbin. Mereka semua memakai topeng berwarna hitam dan tidak memberikan sedikit celah pun agar wajah mereka tetap aman di balik topeng.
"Bawa dia ke mobil dan telepon bos, beritahu dia kita sudah berhasil menangkap Saerom."
Saerom menggeleng, dia tidak mau pergi meninggalkan Hyunbin dengan kondisi seperti ini. Berkali-kali Saerom mencoba berontak tetapi kedua tangannya dicekal lebih kencang oleh dua orang yang menahannya.
"Hati-hati dengan kehamilannya, calon bayi itu lebih berharga dibanding nyawanya."
Hyunbin masih tidak bergerak sedikit pun, Saerom semakin khawatir akan keadaan suaminya itu. Saerom berucap dalam hati. "Siapapun, ku mohon tolong selamatkan Hyunbin."
Tidak beberapa lama seluruh tubuhnya diangkut dan dibawa pergi keluar rumah. Sebuah mobil sudah siap menunggu dan terparkir di halaman rumah beserta dua mobil lain yang berjejer di belakang. "Pastikan semua penghuni rumah itu tetap tertidur, kita tidak boleh lengah dan membahayakan keamanan kita sendiri."
Saerom mencengkeram kerah baju laki-laki di sebelahnya yang berupaya mendorongnya masuk. "Kalau kau terus melawan maka suamimu akan mati."
Cengkeraman Saerom melemah, dia sangat membutuhkan Hyunbin dan jika suaminya mati maka jiwanya juga ikut mati. "Bagus, Saerom yang penurut tidak akan membuatku marah."
Dalam hitungan menit, mobil tersebut sudah melaju dengan kecepatan tinggi. Saerom tidak tau tujuan mereka dan mau dibawa kemana dirinya. Asalkan Hyunbin tidak terjerumus ke dalam kekacauan ini sudah cukup membuat Saerom merasa sedikit lega. Hyunbin harus tetap hidup.
***
"Berita siang ini, seorang petugas keamanan ditemukan tewas akibat tertembak di bagian dada. Hingga kini belum ada penjelasan resmi terkait peristiwa mengenaskan yang terjadi di perumahan..."
Rose mengecilkan volume suara TV ketika melintasi ruang tengah yang biasanya Jaehyun pakai untuk mengerjakan laporannya. Rose menonton sekilas berita yang ditayangkan di saluran TV tersebut sambil sesekali menengok ke arah dapur. Dia sedang menyiapkan cemilan untuk dirinya dan Lisa yang akan berkunjung sebentar lagi.
"Tunggu, bukannya itu daerah rumah Saerom ya?" Tanya Rose pada dirinya sendiri saat melihat gambaran letak lokasi kejadian yang baru saja diberitakan.
Rose segera memencet nomor telepon Saerom namun tidak ada jawaban, malah panggilan tersebut sama sekali tidak berdering. Rose tidak menyerah, dia menelepon rumah Saerom yang seharusnya diangkat oleh pelayan yang berkerja di rumah perempuan itu dan hasilnya sama, tidak ada yang menjawab walaupun panggilannya terhubung. Rose membuang napasnya lalu menghirup udara sebanyak mungkin agar rasa paniknya tidak mengosongkan pikirannya. Pintu utama terbanting keras dan membuat Rose berjengit dari tempatnya.
"Lisa?! Lo bikin gue kaget aja." Syukurlah, pelakunya adalah Lisa.
Rose kembali fokus menonton dan kali ini dia sudah ditemani oleh Lisa. "Gue mau ketemu Saerom."
"Gue juga, tadi pas gue lewat rumahnya sepi."
"Padahal Hyunbin ga gabung bareng Jaehyun."
"Coba kita cek sendiri ke rumah mereka." Ucap Lisa mengajak Rose untuk bergegas pergi memeriksa keadaan Saerom dan Hyunbin.
Ketika Rose mengambil tasnya, seorang pelayan menghidangkan minuman kepada Lisa. Tidak ada kecurigaan yang Lisa rasakan terhadap pelayan tersebut, dia langsung menyeruput minumannya tanpa menyadari rencana yang sudah sukses dilaksanakan oleh pelayan mencurigakan itu.
Perlahan-lahan mata Lisa menjadi berat dan mengantuk. Tubuhnya pun panas dingin karena efek obat yang tercampur di minumannya. Dia merasa tidak nyaman dan bergerak tidak karuan sebelum akhirnya kesadarannya menghilang. Rose yang baru balik ke ruang tengah seketika membeku menemukan segerombolan orang bertopeng hitam. "Siapa kalian?!"
"Ada dua pilihan yang bisa kau pikirkan secepatnya, kau pergi bersama kami atau temanmu yang menjadi korban selanjutnya." Ujar salah seorang dari mereka yang bertopeng.
"Apa-apaan ini? Siapa yang memerintahkan kalian?" Tanya Rose dengan nada emosionalnya.
"Tinggal jawab di antara dua pilihan itu dan semuanya akan lebih mudah."
Rose mengepalkan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya menggenggam tas yang telah ditempel alat pelacak oleh Jaehyun. "Baik, gue ikuti kemauan kalian tapi lepaskan Lisa."
"Gadis pintar, borgol dia."
Seperti perjanjian sebelumnya, Lisa dibebaskan dan diletakkan kembali ke sofa. Rose menunduk seiring dengan tangannya yang berusaha menyembunyikan alat pelacak tersebut ke sisi kantung celananya. Tarikan kasar dan bentakan yang menyuruhnya untuk berjalan lebih cepat membuatnya tidak berniat untuk kabur secara terang-terangan. Mereka sudah terlatih dan tentu tidak ada lelahnya.
"Pastikan Jaehyun tidak tau keberadaan istrinya, buang ponsel gadis ini dan hapus seluruh data lokasinya." Rose mendengar bisikan itu. Matanya melirik tas yang berisi ponsel dan alat make up yang dibawanya setiap hari.
"Jangan ganggu Jaehyun." Pinta Rose.
"Makanya bersikap baik lah agar kami tidak menyakiti orang-orang terdekatmu."
Rose melengos, dia tidak peduli dengan keselamatannya yang dipertaruhkan sekarang. Yang terpenting keluarganya terutama Jaehyun tidak diusik oleh mereka.
***
Jaehyun dan Mingyu beristirahat di dalam mobil sementara itu Eunwoo menjadi tumbal keduanya untuk membeli perlengkapan yang akan digunakan malam ini sebelum mereka sampai ke titik lokasi tujuan.
"Sinyal lo ada ga, Jae?" Celetuk Mingyu ketika sedang mengotak-atik ponselnya demi mendapatkan sinyal.
"Sinyalnya emang lagi buruk." Sahut Jaehyun.
"Aduh, Lisa bakal kesusahan nih hubungin gue."
"Gue juga mau ngecek lokasi Rose, manatau dia kesasar."
"Bukannya Lisa sama Rose ketemuan ya hari ini? Gue rasa istri lo aman-aman aja." Ujar Mingyu yang masih terus mencari letak sinyal yang hilang timbul.
"Tapi seharusnya dia telepon atau sekedar ngirim chat singkat ke gue, setiap gue pergi dia pasti ga kelupaan ngasih kabar."
"Yaudah tunggu aja lagian sinyalnya masih jelek, tenang Jae." Jaehyun mengusap wajahnya, meratapi ponsel yang tidak berhenti memanggil Rose walaupun hal itu tampaknya sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY US (AFTER WEDDING) | Jung Jaehyun + Park Rosseanne
Fiksi Penggemar|SEQUEL PUSH AND PULL| JAEROSE FANFICTION LUCKY US ©bbyrozey Dahulu, Rose pernah bermimpi untuk menikahi Jaehyun. Dan mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan, Jaehyun akhirnya menyandang gelar suami idamannya. Ikuti kehidupan sehari-hari Jaehyun dan...