"Tak apa. Aku selalu menerima kesalahanku sendiri." - Jevan
****
Sebuah tamparan menggema begitu saja. Ibu dan Anak itu saling menatap dengan tatapan yang berbeda-beda. Satunya dengan tajam dan penuh amarah, dan satunya lagi menatap dengan sesal.
"Tamparan ini-- sebanding dengan tamparan yang Lala dapatkan."
"Kamu gak bisa jaga adik kamu sendiri, Jevan? Mama udah percayain kamu tapi-- kamu lalai?"
Jevan menunduk. Membenarkan perkataan Ibunya bahwa ia memang lalai menjaga Lala. Ia lalai dan membuat gadis yang begitu ia sayangi itu merasakan tamparan dari orang lain.
"Maaf, Ma."
Bulan-- wanita itu hanya mendengus kasar. Semenjak putranya ini membawa Lala kala itu ke rumahnya, ia merasakan perasaan yang berbeda. Ia tau bahwa putrinya yang telah tiada tidak seumuran dengan Lala, tapi melihat watak gadis itu membuatnya begitu nyaman.
Ia seperti merasakan-- putrinya ada bersamanya kembali. Si gadis ceria tanpa kenal lelah. Itu yang ia dapatkan dari Lala.
"Ingat sekali lagi, Jevan." Bulan menatap putranya penuh peringatan, "Lala adalah prioritas. Dan sebagai seorang Kakak-- kamu bertanggung jawab untuk jaga adik kamu. Jangan gagal 'lagi."
Jevan mengangguk. Ia menatap sang Ibu dengan mantap. "Jevan gak akan lalai lagi, Ma. Jevan gak akan ngulangi kesalahan yang sama."
Kesalahan yang membuat dirinya kehilangan permata berharga dalam keluarga ini. Dan karna hal itu pula-- ia juga kehilangan kepercayaan dari wanita yang melahirkannya.
"Ma," Jevan memanggil sang Ibu yang sudah berbalik dan hendak menemui Lala di ruang keluarga bersama Papanya. Wanita itu diam dan tak berbalik sedikitpun untuk menatap putranya.
"Jevan udah dapat tamparan seperti yang Lala dapatkan. Sekarang--"
"Apa Jevan bisa dapat pengobatan juga dari Mama seperti yang Lala dapatkan? Pipi Jevan perih, Ma."
Bulan tak bergeming. Dan Jevan menunduk semakin dalam. Ia tersenyum kecut saat Mamanya pergi begitu saja tanpa merespon keinginan kecilnya.
Dan tanpa ia sadari-- Lala melihat segalanya.
Melihat bagaimana seseorang yang begitu berharga untuknya-- mendapatkan luka dari Ibunya sendiri.
Ia yang awalnya ingin menyusul Bulan dan Jevan yang begitu lama di kamar Jevan sendiri-- justru dikejutkan akan setiap ucapan yang keluar dari mulut Mama Bulan. Ikut merasakan perasaan sesak yang begitu hadir secara tiba-tiba. Serta perasaan bersalah yang belum dapat ia pahami.
Hingga saat Bulan berbalik dan hendak pergi-- Lala bersembunyi dibalik tembok yang sebenarnya sia-sia. Tapi untungnya, Bulan pergi begitu saja tanpa menoleh sekitarnya.
Wanita itu-- apakah wanita itu tidak menyayangi Jevannya? Tapi kenapa ia begitu menyayangi dirinya yang bukan siapa-siapa selain teman Jevan? Lala benar-benar tak paham. Otak kecilnya seperti dipaksa untuk memecahkan teka teki yang rumit.
Tidak bolehkah hanya Matematika saja yang rumit?
"Jevan."
KAMU SEDANG MEMBACA
LISTEN
Teen Fiction[SQUEL OF LALA WITH PRINCE SCHOOL] MURNI KARANGAN SENDIRI! Lala sadar bahwa saat ini dirinya telah memasuki kehidupan tersembunyi dari para Teman-temannya. Gadis itu tau bahwa dirinya akan ikut melangkah menyaksikan setiap kisah dari orang-orang ter...