15

20.2K 4K 1.4K
                                    

'Setidaknya, Lala adalah rumah yang terbaik untuk mereka.'

*****

Andra mengendarai motornya dengan kecepatan penuh. Sorot matanya penuh dengan kemarahan dan rasa kecewa, sangat berbeda dengan kepribadiannya yang hangat.

Malam masih belum terlalu larut. Pemuda itu berhenti dan duduk dipinggir jalan tanpa peduli pandangan orang-orang yang menatapnya.

Andra menunduk. Terkekeh miris yang membuat hatinya terasa sesak. Tangannya terkepal kuat. Baru saja ia tertawa bersama dengan Lala dan teman-temannya tadi, tapi begitu sampai di rumah hatinya dihancurkan begitu saja oleh perkataan kedua Orang Tua angkatnya,

"Andra, bisa kan jangan keluyuran terus. Jaga adik kamu di Rumah. Jangan bisanya main aja."

Andra mengangguk. Ia duduk di salah satu sofa disana dan mengambil satu cookies buatan mamanya itu.

"Jangan cuma iya-iya aja. Penuhi tanggung jawab kamu di rumah ini. Jangan cuma jadi beban."

Gerakan Andra terhenti. Ia menatap Ayahnya dengan tatapan tak percaya. "Papa lupa? Beban ini Papa yang bawa loh."

"Andra." tegur wanita disebelahnya yang tengah memangku adiknya-- Raka.

"Ma, Andra sakit hati dikatain beban." katanya dengan tertawa hambar. "Andra juga gak minta macem-macem, Ma. Andra cuma minta makan sama numpang tempat tinggal. Motor? Itu hasil dari Andra kerja tanpa kalian tau. Andra tau diri kok, Ma."

"Tau diri tapi masih minta uang ke Papa kan?"

Astaga!

Andra mengusap wajahnya frustasi. Ia menatap sang Ayah dengan kecewa. "Pa-- itu kan tanggung jawab Papa. Papa mau Andra ngemis di luar sana?"

"Sudah-sudah." lerai Wanita yang menyaksikan perdebatan antara suami dan anaknya. "Andra, jangan membantah setiap ucapan Papa. Kamu harus sopan disini."

"Iya sopan karna Andra bukan siapa-siapa kan?" sarkasnya. "Orang tua licik!"

"ANDRA!"

"APA LAGI?!" Andra bangkit. Menatap Papanya dengan berang. "Sebentar lagi. Sebentar lagi kalian bakalan buang Andra kan?!" teriaknya dengan marah.

"Sialan mau-maunya gue ikut sama orang tua yang gak bertanggung jawab kayak kalian!"

"ANDRA JAGA UCAPAN KAMU!" Pria dewasa itu ikut berdiri. Menatap Andra dengan tak kalah tajamnya. Sedangkan Raka sudah dibawa ke atas agar tidak mendengar pertengakaran anak dan ayah itu.

"INGAT! KAMU TIDAK ADA HAK APAPUN DISINI! SEKARANG JUGA PAPA BISA USIR KAMU DARI RUMAH INI, ANDRA!"

BANGSAT!

Kalau bisa ia tidak akan pernah mau ikut bersama keluarga itu. Setelah dulu ia diberikan cinta begitu besar. Mengatakan bahwa mereka akan selalu mecintai dan menyayanginya, tapi sekarang? Mereka seakan lupa bahwa merekalah yang dulu mengulurkan tangan kepadanya.

"Orang-orang pada punya Orang Tua-- Orang Tua gue sendiri kemana dah?" gumamnya lesu.

"Enak bener abis uh ah tapi gak mau tanggung jawab." lanjutnya berdecak malas. Tapi tidak ada yang tau bahwa hatinya merasa kecewa akan hidup yang ia jalani ini.

LISTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang