14

20K 3.9K 1K
                                    

Cuma mau bilang, mungkin aku up berturut jika aku libur kerja. Selebihnya dimaklumi yaw:*

Jangan lupa spam koment gaes!

Jangan lupa juga vote dan follow akun ini!

'Satu dua tiga, Lala mau ngeharem~.'

****

Bara menatap Wanita yang merupakan Ibu tirinya itu dengan datar. Kedua tangannya bersidekap dada dengan tubuh yang ia senderkan pada dinding. Tetap menatap lurus Ibunya yang sibuk memasak dibantu oleh Maid.

Kemudian pemuda itu berjalan mendekat. Mengambil posisi disebelah Ibunya itu dengan tangan yang menuang air ke dalam gelas.

"Ngapain kamu pulang? Padahal saya sudah berharap kamu tidak kembali."

Bara meneguk tandas air minum yang ia ambil tadi. Maniknya menoleh sesaat pada Ibu tirinya yang menatapnya dengan sinis. "Darah Papa mengalir dalam tubuh Bara. Jadi-- apa miliknya tentu milik Bara juga."

Wanita itu tertawa sinis. "Suami saya mana mungkin mau berbagi dengan anak yang tidak dia harapkan. Jangan lupa bahwa kamu tidak pernah diinginkan oleh Papamu sendiri, Bara."

Bara mengangguk paham. Tatapannya tidak pernah berubah. "Bukan cuma Papa. Tapi Ibu-- Ibu juga gak pernah anggap Bara. Mama juga gak pernah anggap Bara kan? Bara tau itu."

"Tenang aja. Bara tau diri kok. Bara numpang disini dulu ya? Kalau udah waktunya, Bara buat Papa bangkrut sebagai balas budi, gimana? Udah jadi anak yang baik kan?"

Wanita itu menatap Bara dengan nyalang. Tangannya tanpa sadar menampar Pipi Bara dengan kencang.

Bara sendiri hanya terkekeh. Wajah sinis pemuda itu terlihat nyata membuat Wanita dihadapannya semakin marah.

"Segini doang?" katanya mengejek. "Mama--- Bara udah terbiasa. Luka yang kalian kasi udah jadi teman Bara. Jadi tamparan tadi itu sia-sia."

Lagi-lagi Bara tertawa mengejek. "Kasian banget. Tangannya udah gak suci lagi ya karna nampar Bara? Udah ada dosanya itu."

"Tapi gapapa. Kalau kata teman Bara sih, 'Welcome calon penghuni Neraka miskin.' lanjutnya dan berlalu pergi meninggalkan Mamanya yang darah tinggi dan berteriak memanggil namanya.

"Bang."

Bara menoleh. Alisnya terangkat menatap Nevan yang berdiri di depan pintu kamarnya. "Apaan?"

"Bang."

"Hm."

"Bang-- bakso satu."

"Wah gue jadiin tumbal juga lo!"

Nevan tertawa keras. Merasa senang melihat wajah kesal dari Abangnya itu.

"Lo kenapa pulang sih, Bang?"

Bara menatap Nevan sinis. "Emang  ngajak ribut banget lo ya!"

Nevan menatap Bara dengan serius. Tapi Bara yang melihatnya ingin sekali menabok wajah adiknya itu. Sangat tidak pantas. Wajahnya terlalu tengil.

LISTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang