Epilog

631 60 9
                                    

Hari kembali berlalu dengan cepat. Namun kepedihan didalam hati yang sangat membekas tidak akan bisa dengan mudah untuk menghilangkannya.

Setelah kepergian Kiesha, keadaan awalnya memang benar-benar sangat kacau. Namun hari ini, tepat satu bulan kepergian pria itu, Saskia duduk di samping makam sembari mengusap nisan yang bertuliskan Kiesha Alvaro Putra Sigit. Rentetan nama indah yang sampai kapanpun tidak akan pernah dilupakannya.

Dengan ditemani oleh Karel, Ratu, dan Clay, Saskia menaburi bunga harum di atas makam Kiesha. Wajah pucat yang setelah sekian lama dia bawa kini akhirnya mulai terlihat cerah, karena ada setitik senyuman dari sudut bibirnya. Walau bagaimana pun, Saskia tetap bahagia walau hanya bisa bertemu Kiesha dengan cara seperti ini. Meski tidak bisa menatap wajahnya lagi.

Bahkan mulai sekarang, tempat yang menjadi favorit Saskia adalah makam Kiesha. Dimana hanya di tempat itulah hatinya bisa merasa tenang dan senyum di wajah cantiknya terpancar kembali. Saskia yakin bahwa Kiesha selalu bersamanya walau sosok pria itu kini sudah tidak ada lagi di dunia.

"Sas, ayo kita pulang" ucap Ratu sembari menyentuh bahu Saskia. Namun gadis itu menggeleng pada sahabatnya.

"Kalian semua duluan aja, ya. Gue masih ingin disini sama Ica" ujar Saskia dengan senyumnya. Tangannya bahkan tidak berhenti untuk mengusap nisan Kiesha.

Ratu yang mendengar ucapan Saskia rasanya ingin menangis kembali dan Clay sang kekasih yang mengerti dengan perasaannya mencoba untuk memeluk tubuh gadis itu yang kembali terisak.

Sedangkan Karel yang sejak tadi hanya diam dengan pandangan mata kosong melihat ke arah langit biru yang cerah. Tepat di atas makam adiknya.

'Aditya, sahabat kecil gue. Dan Kiesha, adik kesayangan gue. Semoga kalian berdua tenang disana. Jangan lupa tunggu kehadiran gue juga nanti, lalu kita akan kembali bersama. Datanglah dalam mimpi gue nanti malam, ya? Gue mohon. Terutama lo Ca. Sampai kapanpun kakak akan tetap sayang sama lo, walaupun sekarang lo udah gak bisa temani kakak lo ini lagi. Selamat tinggal'

Semuanya pun meninggalkan Saskia sendirian di makam, karena memang seperti inilah gadis itu sekarang. Dia tidak akan mau pergi begitu saja walaupun orang-orang sudah memintanya. Saskia akan pergi dari makam Kiesha jika itu adalah keinginannya. Bahkan dia juga bisa menghabiskan seluruh harinya dengan duduk di samping nisan sampai matahari tenggelam.

Tetesan hujan tiba-tiba terjatuh mengenai ujung hidung Saskia dan membuat kepalanya mendongak ke arah langit yang terlihat mendung. Gadis itu kembali mengusap nisan Kiesha sembari tersenyum. Baiklah, mungkin sekarang dia harus kembali, karena ini sudah berjam-jam lamanya.

"Kiesha, aku pulang dulu ya? Kamu jaga diri baik-baik disana. Aku pasti akan segera kembali lagi dan selalu mengunjungi rumah baru kamu disini. Dan oh iya, jangan pernah lupain semua tentang kita, karena aku akan selalu mencintai kamu"

Setelah berpamitan pada makam Kiesha, Saskia pun memilih untuk segera pulang karena langit sudah semakin mendung. Beruntung gadis itu sudah sampai di rumah ketika hujan deras mulai membasahi seluruh dunia.

Ketika Saskia masuk ke dalam, gadis itu melihat Sandy dan Aqeela tengah berdiri di depan pintu kamar Rey dengan wajah murung. Saskia pun mendekati kedua adiknya itu.

"Ada apa? Kenapa diam di depan kamar kak Rey?" tanya Saskia dengan suara pelan. Sandy dan Aqeela tampak saling beradu pandang dengan senyum kecut.

"Aku gak tahan lagi lihat keadaan kak Rey sekarang, kak. Sampai kapan dia terus bersedih dan mengurung diri di kamarnya?" lirih Sandy begitu juga Aqeela tampak menganggukkan kepala lemah.

"Iya kak. Aku gak tega. Kasihan kak Rey. Semenjak kak Ica udah gak ada, kak Rey seperti gak ada semangat hidup lagi"

Saskia terdiam dan memandang kedua adiknya yang sedih. Namun gadis itu masih tetap berusaha menunjukkan senyumannya sebisa mungkin.

TANPAMU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang