TR 2A#26

19 7 0
                                    

Udah dek ga usah nangisin cowok brengsek itu, cowok kayak dia ga pentes buat ditangisin, air mata lo terlalu berharga.

Daren


Happy Reading.

Adit dan Nira sudah sampai di pantai, mereka menikmati pemandangan senja yang begitu indah.

Ting

Cantikku
Gue nyerah Dit, semoga lo bahagia sama pilihan lo, thanks buat selama ini.

Setelah membaca pesan dari Alvi, ia meremas ponselnya kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Dit kamu mau kemana?" tanya Nira mengernyitkan dahinya karena bingung.

"Pulang" jawab Adit singkat.

"Kita baru aja sampe, masa mau langsung pulang?" tanya Nira sedikit kesal.

"Gue mau pulang, kalo lo mau tetep disini gue tinggal" ucap Adit kemudian berlalu meninggalkan Nira.

"Ck untung gue sayang" batin Nira.

"Iya aku ikut" susul Nira.

•••

Setelah mengantar Nira pulang Adit langsung memasuki mansion, saat akan menaiki tangga ia berpapasan dengan Ayu.

"Gue ga nyangka sama lo, gue sebagai kakak lo kecewa, ga bisa bayangin gimana jadi Alvi selama ini pasti sakit banget, gue yakin abis ini pasti lo ga dibolehin ketemu Alvi lagi sama keluarganya, apalagi sama abangnya" ucap Ayu kecewa.

"Gue harus gimana kak? Gue sayang banget sama Alvi, gue tau gue salah" jawab Adit sambil meremas rambutnya frustasi.

"Jangan lo pikir selama ini kakak diem terus lo anggep kakak gatau tentang hubungan dan perlakuan lo ke Alvi ya, gue kalo jadi Alvi bakal ninggalin lo dari dulu, bahkan banyak cowok di luar sana yang suka sama Alvi tapi ga dia tanggepin. Lo salah udah sia-siain berlian seperti Alvi" ucap Ayu dengan penuh emosi, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran adiknya yang satu ini.

"Renungin kesalahan lo, awas karma masih berlaku" sambung Ayu kemudian berlalu begitu saja.

Arghhh

Teriak Adit frustasi, kemudian ia berjalan menuju kamarnya.

Brakk

Suara pintu yang ditutup kasar.

Selama ini memang Ayu tahu semua hubungan adiknya dengan Alvi , apalagi Ayu satu kampus dengan Alvi tentu saja ia mengetahui tentangnya.

Ia sangat heran kepada Alvi yang setia kepada adiknya, padahal di luar sana banyak laki-laki yang mengejarnya tetapi Alvi hanya menanggapinya biasa saja, hal itu dilakukan untuk menjaga perasaan Adit, tetapi sekarang menjadi sia-sia karena Alvi telah salah menaruh hatinya kepada orang yang tidak setia.

"Udah dek ga usah nangisin cowok brengsek itu, cowok kayak dia ga pentes buat ditangisin, air mata lo terlalu berharga" ucap Daren menenangkan Alvi.

"Hiks gue harus gimana bang, gue sayang banget sama dia" jawab Alvi menangis sesenggukan.

"Udah cukup lo kayak gini terus, jangan lo pikir selama ini gue gatau semua kelakuan cowok berengsek itu ke lo ya dek, abang selama ini diem karena abang gamau bikin lo lebih sakit lagi" ucap Daren serius.

"Maafin Alvi bang hiks" balas Alvi menyesal.

"Stop tangisin cowok kayak dia, buktiin ke dia kalo lo bisa hidup tanpa dia, bahkan lo bisa lebih bahagia" ucap Daren.

"Ga bisa bang" jawab Alvi.

"Bukannya ga bisa, tapi belum bisa, abang yakin kamu pasti bisa, abang akan selalu ada buat lo" ucap Daren seraya menghapus air mata Alvi.

"Makasih bang, Alvi sayang Abang" jawab Alvi seraya memeluk Daren.

"Abang juga sayang Alvi" jawab Daren serya membalas pelukan Alvi.

Kejadian itupun dilihat oleh kedua orang tua mereka dari balik pintu, Prila dan Hendra sangat menyesal merestui hubungan mereka, pasalnya jika di depan mereka Alvi selalu terlihat bahagia bersama Adit. Mereka tidak tahu kalau Adit sebrengsek itu.

"Udah mah jangan nangis" tenang Hendra.

"Kasian Alvi pah, ini semua juga salah kita hiks hiks" jawab Prila yang sedang menangis.

"Iya mah kita juga salah, yaudah yuk kita pergi dari sini, biar Daren yang nenangin Alvi" ajak Hendra kepada sang istri, kemudian berlalu dari kamar Alvi.

•••

Pagi harinya Alvi berangkat ke kampus, seperti biasa dia berangkat bersama abangnya.

"Hai Vi mata lo kenapa tuh, kok kayak abis nangis?" tanya Pita.

"Hehe gue abis nonton drakor sad ending tadi malem" jawab Alvi tersenyum paksa.

"Gue tau lo bohong Vi, kita tunggu lo sampe udah siap cerita" ucap Dila.

"Thanks ya guys" ucap Alvi tersenyum tulus.

"Santai aja Vi kayak sama siapa aja" jawab Nisa.

Alvi seperti tidak punya semangat untuk belajar, kelihatannya memang Alvi seperti mendengarkan penjelasan dosen di depan tetapi ia sedari tadi hanya melamun.

"Alvi"

"Alvi"

"ALVIANA CASSANDRA RANJANA"

"HADIR PAK" jawab Alvi yang mengangkat tangannya.

Pftt

"HAHAHA" tawa beberapa teman kelasnya.

"Kamu ini ya, saya menjelaskan dari tadi malah melamun, keluar kamu!" perintah sang dosen.

"Tapi pak... " jawab Alvi.

"Keluar atau kamu tidak boleh mengikuti kelas saya seterusnya" ancam sang dosen.

"Baik pak, permisi" pasrah Alvi.

Setelah keluar dari kelas Alvi memutuskan untuk pergi ketaman belakang gedung fakultas untuk menenangkan dirinya.

Saat Alvi sedang enak-enaknya tidur tiba-tiba ada yang melemparnya dengan kertas.

"Siapa sih iseng banget" ucap Alvi seraya membuka isi kertas tersebut.

Kamu pasti bisa! Semangat!

Begitulah tulisan yang ada didalam kertas.

"Hai" sapa seseorang.

"Ha?" jawab Alvi bingung, pasalnya ia tidak mengenal orang tersebut.

"Lo siapa?" tanya Alvi.

"Kenalin gue Rafael Remiro Naja, panggil aja Rafa" ucap Rafa mengulurkan tangannya.

"Oh gue Alvi" balas Alvi seraya membalas uluran tangan Rafa.

"Udah tau" jawab Rafa.

"Tau dariman?" tanya Alvi heran.

"Siapa sih yang gatau lo" jawab Rafa kemudian duduk disamping Alvi.

"Ngapain lo lempar kertas ini ke gue?" tanya Alvi sambil memperlihatkan kertas tersebut.

"Ya gapapa, gue liat-liat lo kek banyak masalah, makanya gue tulis itu" jawab

"Oh thanks El" jawab Alvi seraya tersenyum tulus.

TBC

Jangan lupa vote & komennya ya.

Toxic Relationship 2ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang