Part 1 Tragedi konyol

734 27 2
                                    

#BRONIES

#BROpart1

Langit mendung. Awan hitam menggantung siap menumpahkan butir-butir air. Aku memacu laju motor maticku secepat mungkin. Tetes hujan mulai turun. Ah...sial mana nggak bawa jas hujan pula. Rumah Santi masih jauh. Dari gang di depan itu masih ada 2 belokan yang harus ku lalui.

Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Hadeehh...kenapa deras banget hujannya, mana angin pula, runtukku dalam hati.

Aku menghentikan motorku disebuah warung kosong berdinding ayaman bambu. Sudah reyot dan hampir rubuh. Tapi jika diteruskan nanti malah bahaya. Anginnya kenceng banget. Aku memarkir motorku di teras warung kosong itu. Sekilas nampak seram. Apalagi tak ada siapapun yang lewat hujan deras begini. Berteduh dulu lah cari yang aman daripada nanti malah kenapa-napa, pikirku.

Tiba-tiba ada motor sport yang melaju menuju ke arahku. Tepatnya ke arah emperan warung tempatku berteduh. Di memarkir motornya tepat di sebelahku. Seorang lelaki turun dari motor itu dan membuka helmnya. Nampak bajunya basah kuyub. Dia mengibaskan rambut ikalnya yang sedikit basah. Dilihat dari wajahnya dia masih muda. Pasti umurnya masih di bawahku.

Dia melempar senyum. Dua lesung pipit muncul di pipinya begitu dia tersenyum. Manisnya. Aku terpesona. Kulirik dia yang berdiri satu meter di sebelah kiriku. Rambut ikal sebahu, alis tebal, hidung mancung, bibir tipis merona, mata kecoklatan, perawakannya ideal, badan ideal. Khas gaya anak muda jaman sekarang.

Tiba-tiba petir menyambar dan suara geledek yang memekakan telinga. Ngeri juga lihatnya.

"Masuk mbak takutnya malah kesambar geledek disini," ujarnya seraya berlari masuk ke dalam warung.

Di dalam warung hanya ada satu meja dan satu bangku saja. Sepertinya sudah lama tempat ini tidak digunakan. Kalo bukan karena Santi nggak masuk kantor, aku nggak akan mau berbasah-basah demi mengambil proposal ke rumahnya. Apalagi harus berteduh di tempat se seram ini. Gimana nggak seram. Sarang laba-laba dimana-mana. Sebagian tiang ditumbuhi lumut yang mulai menghitam. Tak kalah seram dengan bagian terasnya. Ditambah lagi suasana yang sunyi. Hanya terdengar petir menyambar, hujan deras dan angin yang bertiup kencang. Aku bergidik ngeri.

Lelaki itu melepas sweaternya yang basah. Dan memerasnya. Terlihat dia hanya mengenakan celana panjangnya yang juga basah oleh hujan. Lalu dia duduk di bangku panjang yang terbuat dari belahan bambu itu sambil mengibas-ngibaskan sweaternya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku ketika melihatnya hendak melepas celana panjangnya. Aku tak suka dengan pikiranku. Jangan-jangan... Aku mundur dan bersender pada pintu depan.

"Apa?" Dahinya berkerut. "Aku hanya melepas celanaku yang basah. Tenang saja. Aku tidak akan telanjang di depanmu. Aku masih pake celana pendek. Bisa masuk angin aku pakai pakaian basah kayak gini."

Konyol banget nih bocah. Untung ganteng kalo nggak pengen rasanya ku tampol mulutnya. Gimana nggak curiga coba dia melepas baju dan celananya. Benar sih dia masih pake celana pendek selutut tapi kan aneh menurutku, apalagi kami hanya berdua disini. Tak ada siapapun. Hujan masih belum reda juga.

Peti menyambar kembali. Suaranya menggelegar membuatku berteriak dan terlonjak kaget. Jantungku rasanya mau copot. Kapan hujan ini berhenti ??

Bronies (Berondong Manies)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang