Part 2 Pernikahan dadakan

371 19 0
                                    

Dilanjut lagi cerbung Broniesnya

#BRONIES

#BROpart2

  Pagi itu semua sudah kumpul di ruang tamu yang didekor secara dadakan oleh Kak Doni dan 2 adik kembarku Deva dan Devi semalam. Semua terkejut mendengar aku akan menikah besok pagi. Tapi setelah Papa menjelaskan alasannya mereka semua malah tertawa. Papa memerintahkan semua anak-anaknya untuk mendekor ruang tamu secantik mungkin. Meskipun sederhana tapi tetap berkesan seperti ruangan untuk acara ijab qobul. Mama juga memberitahu keluarga tante Dian adik dari Mama yang tinggal tak jauh dari rumah kami. Semua serba mendadak. Mama semalaman sibuk menyiapkan semuanya dari mulai pesan catering Tante Nina teman Mama yang kebetulan pemilik catering. Pesan aneka snack untuk menjamu tamu esok paginya. Disini sepertinya Mama lah orang paling bahagia melihatku menikah.

  Sedangkan aku yang sudah di rias oleh Kak Desi duduk bersama Mama dan si kembar di ruang tengah. Sebelum acara dimulai aku memanggil Abi untuk bicara empat mata dengannya. Dia menurut dan aku mengajaknya ke samping rumah.

  "Kamu yakin akan melaksanakan pernikahan ini ?" Tanyaku.

  "Iya. Kenapa memangnya."

  "Kita baru kenal dan setelah insiden itu kita terpaksa menikah. Kita tidak saling mencintai satu sama lain. Mana bisa kita menikah,"ujarku 

 "Seharusnya kemarin kamu keukeuh meyakinkan mereka bahwa kita tidak melakukan perbuatan tercela itu. Harusnya kamu buat mereka percaya, "sambungku lagi.

  "Aku sudah berusaha. Dan aku tidak mau merusak reputasi kedua orang tuaku. Aku melakukan semua ini demi mereka. Kamu lihat sendiri kan kemarin bagaimana orang-orang menghakimi mereka."

  Aku mendengus kesal. Dia terlihat santai sama sekali dan tak terbebani dengan pernikahan ini.

  "Kamu tahu sendiri kan mereka nggak percaya dengan apa yang kita jelaskan. Kalau pernikahan ini nggak dilaksanakan bisa-bisa mereka mengusir keluargaku dari rumah," imbuhnya lagi.

  Aku benar-benar sudah tak tahu lagi mesti gimana. Benar juga kata Abi kalau menolak pernikahan ini pasti warga mengusir mereka dari kompleks rumah dimana mereka tinggal. Bahkan mungkin dampak buruknya orang tuaku pun bisa jadi diiusir kalo berita sampai menyebar kemana-mana. Ya rumah kami memang satu kabupaten hanya beda kecamatan saja. Tapi untuk menerimanya aku masih berat.

  Papa memanggil Abi, beliau bilang Pak modin sudah datang. Ada petugas dari KUA juga yang mencatat pernikahan kami. Nanti dokumen lainnya tinggal menyusul saja kata mereka. 

  Aku duduk di sofa ruang tengah diapit oleh Mama dan Kak Desi. Sedangkan Papa dan Kak Doni di ruang tamu bersama keluarga Abi dan beberapa tetangga mereka yang menggiring kami kemarin. 

  Aku meremas tangan. Dadaku berdebar tidak karuan. Bukan karena bahagia akan menikah tapi aku cemas karena sebentar lagi statusku berubah menjadi istri orang. Orang yang baru beberapa jam aku kenal. Aku belum tahu bagaimana sifatnya dan kepribadiannya. Entahlah. Aku tak tahu mau dibawa kemana pernikahan tanpa cinta ini.

  "Saya terima nikahnya Sabrina Maharani binti Zaenal Abidin dengan mas kawin cincin emas seberat 2 gram dan uang tunai 2 juta rupiah dibayar tunai." Suara Abi terdengar menggema diseluruh ruangan. Dalam satu tarikan napas dia membaca ijab qobul dengan lancar.

Bronies (Berondong Manies)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang