Part 3 Menginap di rumah mertua.

312 18 6
                                    

 #BRONIES

 #BROpart3

  Aku mencoba membuka mata. Terasa berat. Menguap dan mengucek mata Memandangnya yang sudah duduk di sampingku. Sedetik aku terlonjak kaget dan mengelus dada. Sejenak aku lupa kalo pemuda itu telah menikahiku. Aku harus terbiasa dengan kehadirannya di kamar ini dan berbagi ranjang.

 "Bisa nggak tidurnya anteng," protesnya. "Ada ya wanita macam mbak tidurnya udah kayak kuda."

  "Apa maksudmu?" Sungutku kesal. Enak saja ngatain aku kayak kuda.

  "Mbak tendang aku sampai jatuh lho." Dia terlihat kesal dan memegang kakiku. "Nih pake kakimu itu. Masa' nggak nyadar sih."

  Aku menggaruk-garuk kepala, kemudian tertawa. "Maaf ."

  "Iya aku maafin. Lain kali nyadar dong kalo ada orang disampingmu, main tendang aja." Dia beranjak dari tempat tidur dan berdiri.

  "Mau kemana?" Tanyaku khawatir dia marah dan melanjutkan tidur di sofa depan tivi.

  "Mandi, jawabnya pendek. "Tengok jam tuh, cepetan mandi terus siap-siap ke rumah bapak. Mbak harus ke kantor juga kan."

  "Iya ... iya. Bawel," gumamku .

  Aku menatap layar ponsel. Jam 4 kurang 15 menit. Segera aku beranjak dari tempat tidur menuju lemari. Aku mengeluarkan tas agak besar yang kemudian ku isi dengan beberapa baju dan juga perlengkapanku ke kantor. Jarak rumah orang tuaku dan orang tua Abi tak terlalu jauh. Kurang dari satu jam naik motor sudah sampai.

  Sebenarnya aku enggan ke rumah orang tuanya sepagi ini. Kupikir agak sorean sepulang dari kantor saja biar nggak bolak-balik karena jarak kantor dan rumahku cukup dekat. 15 menit juga sampai. Tapi, bapak sudah mewanti-wanti kemarin agar kami datang pagi-pagi sekali. 

  Abi keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambut dengan handuk. Aku memperhatikannya. Rambut ikalnya yang basah, mata yang kecoklatan, hidung bangir, lesung pipit di pipi dia nampak mempesona mataku. Dia begitu manis. Jika diperhatikan tak akan bosan memandangnya selalu. Aku tersenyum. Meski belum merasakan apa-apa padanya, dia selalu mempesona mata ini.

  Namun senyumku sirna tatkala dia melempar handuk yang sedikit basah ke arahku. "Sudah cepetan mandi sana. Ngapain senyum-senyum segala."

  Rasanya pengen nampol wajah tampannya itu.  Membuyarkan lamunanku saja. Bikin bete aja. 

  "Iya ... iya. Bawel banget. Kamu itu suami atau mamaku sih," dengusku sedikit kesal.

  Dia terkekeh. Aku segera masuk kamar mandi dan menyelesaikan ritual pagi itu. 

  "Nanti pake motormu dulu, kan kemaren aku kesininya dianter," ujarnya ketika aku leluar dari kamar mandi. Dia nampak sudah rapi. 

  "Iya," jawabku pendek. Aku segera bersiap dan mematut diri di depan cermin. Entahlah pagi ini terasa aneh. Duniaku seketika berubah 180 derajat. Semua tak akan sama seperti sebelumnya. 

  Aku menenteng tas berisi pakaian. Tapi segera diambil alih oleh Abi. "Biar aku yang bawa."

 Aku dan Abi keluar kamar. Papa dan Mama sudah bangun dan ada di ruang makan tak jauh dari kamarku. Mereka menikmati secangkir kopi di pagi hari. Kami menyapa mereka dan bergabung di meja makan.

Bronies (Berondong Manies)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang