Haaiii.... semua kita lanjut lagi ya ceritanya. Nulis satu part ini bisa butuh waktu berjam-jam, bahkan kalo lagi ngeblank atau nggak mood bisa butuh waktu berhari-hari. Bacanya mungkin nggak sampai 10 menit 😁🤭.
Semoga bisa nyelesain sampai akhir cerita alias tamat.Happy reading semua 😊.
*************
Mama menyerahkan beberapa kartu undangan untuk resepsi pernikahanku minggu depan. Bukan pesta besar, hanya mengundang keluarga besarku juga Abi, beberapa teman Papa dan Mama, kerabat dekat juga beberapa temanku juga Abi. Mama sudah menyiapkan semuanya bersama kedua orang tua Abi. Dokumen untuk pendaftaran pernikahan secara sah negara juga sudah di proses. Ya, seiring berjalannya waktu meski aku tak ingin, aku pelan-pelan memantapkan hati untuk menerima Abi sepenuhnya menjadi suamiku.
Abi memasuki kamar saat aku masih sibuk menuliskan nama dibeberapa undangan itu.
"Apa itu?" Tanya Abi saat menutup pintu kamar.
"Undangan pesta pernikahan kita Bi," jawabku yang masih sibuk menulis.
"Jadi pesta nih?" Abi mengambil satu undangan dan mengamatinya.
Aku mengangguk. "Kan orang tua kita yang nyiapin semuanya Bi, udah beres malah."
Abi hanya manggut-manggut. Dia meletakkan kembali salah satu undangan yang diambilnya. Lalu melepas sweaternya. "Boleh aku tanya sesuatu?"
"Boleh, mau tanya apa?" Aku mendongakkan kepalaku.
"Janji harus jawab jujur," Abi memberi syarat.
Aku menggangguk. "Serius banget sih. Emang mau tanya apa Bi?"
"Lelaki yang ngobrol sama kamu sore tadi di parkiran itu siapa?"
Aku tersentak mendengar pertanyaan Abi. Kenapa tiba-tiba menanyakan soal Bima. Aku tak langsung menjawab. Bingung apa aku harus ungkapkan siapa Bima sebenarnya?
"Kok diam?" Abi menyelidik. Kini dia duduk dihadapanku.
Aku menarik napas dalam. Mungkin ini saatnya, nggak ada yang mesti ditutupi dari Abi karena dia suamiku sekarang. Dia berhak tahu siapa Bima.
"Dia orang yang beberapa tahun ini menemani hari-hariku Bi," jawabku akhirnya.
"Berarti dia pacar kamu?" Abi menatapku lebih dalam.
"Entahlah, kami menjalani hari-hari bersama tanpa ada kata pacaran," aku mengangkat bahu. "Semuanya mengalir begitu saja selama beberapa tahun ini. Bahkan kami sudah merencanakan akan melanjutkan hubungan ini ke jenjang pernikahan yang entah sampai kapan bisa terwujud. Sampai akhirnya takdir mempertemukanku denganmu."
"Apa kamu mencintainya ?"
Aku menatap netra Abi. Tak ada kemarahan disana. Dia menanyakan hal pribadi itu dengan sangat tenang.
Aku mengangguk.
Abi tersenyum kecut. "Lalu sekarang bagaimana? Kita sudah menikah walau secara tiba-tiba dan tak sengaja. Apa sebaiknya kita berpisah saja?"
![](https://img.wattpad.com/cover/287337155-288-k402544.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bronies (Berondong Manies)
RomanceSabrina wanita dewasa yang sudah cukup umur untuk membina rumah tangga tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan jodohnya secara tiba-tiba dalam sebuah tragedi konyol. Diapun terpaksa menikah dengan seorang pemuda yang seumuran dengan adik kem...