3. Kita yang beda

951 126 7
                                    

Hay kamu!

Sudah siap untuk membaca kisah Ayla yang penuh luka?

Jangan sampai ketinggalan ya!

Sebelum baca, bayar parkir dulu! Dilarang sider, hargai penulis.

Tutor bayar parkir = pencet bintang dipojok kiri bawah!

Makasih!

Ready? 

Selamat membaca...

Salam sayang dari Alya♡

_____________________________________

❛❛ Tidak mungkin bersama, namun terlalu indah jika bersama.❜❜

Matahari mulai terbenam, berganti senja yang naik keperaduan. Alan menggenggam tangan Ayla begitu erat, ia sama sekali tidak membiarkannya terlepas walau hanya sebentar saja.

"Maaf ya, aku belum ada waktu kalo harus menenin kamu jalan-jalan kepantai. Kapan-kapan aja gakpapa kan?" tanya Alan setelah melepaskan helm yang melekat dikepala Ayla.

Ayla tersenyum dan mencoba untuk mengerti keadaan, toh ia juga tidak bisa memaksa kan?

"Iya."

"Kamu beneran gak mau ikut kumpul nanti malem?" tanya Alan memastikan.

Ayla menggeleng sebagai jawaban.

"Yah...sepi deh nanti gak ada kamu." ujarnya memelas.

"Lebay!"

"Beneran tau...hatiku terasa hampa, bagai taman tanpa bunga."

"Ihhh...najis tau, Lan!"

"Jangan dilepas." larang Alan saat Ayla berusaha melepaskan pegangannya.

"Kenapa sih?"

"Biar gak ilang...hahhaahaa.."

"Kita makan dulu yah, itung-itung dinner."

"Dinner kok sore-sore? Ada-ada aja kamu!" ujar Ayla geleng-geleng.

"Silahkan duduk Princess..."

"Thank you Prince..."

"Ini buku menunya, Kak. Mau pesan apa?" tanya Pramusaji itu setelah menyerahkan buku menu kepada Alan.

"Kamu mau makan apa, Ay?"

"Samain aja kayak kamu."

"Oke. Mbak, saya pesan Spageti Bologne's nya 2 dan minumnya Jus Alpukat 2 ya."

"Baik. Ditunggu ya, Kak..." kata Pramusaji itu dan pergi menyiapkan pesanan.

"Ayla..." panggil Alan membuat Ayla mendongkak.

"Hm?"

"Aku perhatiin dari tadi, kamu lebih banyak diem. Ada apa?" tanya Alan membuat Ayla terdiam sesaat lalu menggeleng dengan senyuman.

DIARY LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang