"Aku akan mengantarmu pulang. Kalau kau pulang sendiri itu tidak baik karena kau anak gadis, nanti kau diculik. Ini sudah malam." [Ray R. R.]
______
Wahana bianglala memutar menampilkan pemandangan kota malam dari atas membuat Ray semakin kagum.
Melihat hal itu membuat Vara menahan senyumnya, melihat ekspresi Ray sangat menggemaskan.
"Ray." panggil Vara.
"Hm."
Ray saat ini masih fokus melihat ke arah luar jendela tak memperhatikan Vara yang sedari tadi melihatnya.
"Leher kamu engak sakit kalau -"
"Apa?" tanya Ray.
Ray membalikkan tubuhnya menghadap tubuh Vara sehingga lagi dan lagi keduanya berhadapan. Ray merasa suara Vara terlalu kecil, karena itu dia berbalik.
Sedangkan Vara merasa meleleh sebentar lagi. Suasana romantis seperti dinovel yang sering dia baca. Berduaan di bianglala, diposisi tertinggi, saling bertatapan dengan wajah yang semakin mendekat dan...
Vara perlahan memejamkan kedua bola matanya menanti ciuman dari Ray yang membuatnya berdebar tiada henti. Bibir tipis yang polos itu, Vara ingin memberikan ciuman pertamanya kepada Ray.
"Kenapa kau memejamkan mata?"
Sontak kedua mata Vara terbuka lebar melihat Ray yang menatapnya dengan tatapan heran.
'Sialan! Aku kira dia akan menciumku. Memalukan sekali.' batin Vara menangis.
Vara menutup wajahnya dengan kedua tangannya sembari menggelengkan kepalanya menghindar dari pertanyaan Ray.
Setelah momen memalukan terjadi, Vara masih terdiam. Dirinya merutuki kebodohannya saat itu. Bisa-bisanya dirinya berharap Ray menciumnya, sungguh sangat memalukan. Sampai kapan pun.
Syukurnya Ray terlalu polos dan tidak mengerti kenapa Vara memejamkan matanya.
'Bahkan aku rasa aku ingin mati sekarang juga.' rengek Vara.
Keduanya sudah turun dari bianglala. Semenjak itulah Vara sudah tidak bersemangat lagi tapi Vara harus menemani Ray berkeliling sebentar.
"Vara, kenapa wajahmu memerah?" tanya Ray sembari memegangi pipi kanan Vara.
Vara terkesiap dan semakin salah tingkah. Wajahnya pun juga semakin merona.
"Apa kau sakit?" tanya Ray dengan nada khawatir.
Tangan Ray tak berhenti menyentuh pipi dan dahi Vara memeriksa suhu panas di wajah Vara. Oh ayolah, Vara hanya merona bukan sakit. Semakin disentuh, maka Vara semakin merona.
"Ah tidak-tidak, aku tidak sakit." balas Vara sambil menjauhkan tangan Ray dari pipinya.
Kali ini Vara sangat trauma. Vara takut termakan jebakan yang dibuat Ray. Ya bisa jadi. Vara berpikir mungkin Ray termasuk salah satu spesies playboy akut yang senang membuat jebakan untuk mangsanya. Berpura-pura polos dan memberikan perhatian manis, setelah mangsa termakan jebakan maka akan ditinggalkan begitu saja. Ya itu pasti.
"Tapi sungguh wajahmu memerah. Kau yakin baik-baik saja?" tanya Ray.
"Sudah aku bilang aku baik-baik saja!"
Mendengar Vara yang berbicara dengan nada sedikit tinggi membuat Ray terkejut, "Kau marah? Aku salah apa? Kenapa kau memarahiku seperti itu?" tanya Ray tak senang.
Merasakan perubahan di raut wajah Ray, dengan cepat Vara menenangkannya, "Tidak aku tidak marah, aku hanya...hanya ingin pulang saja." ujar Vara.
Ray menganggukkan kepalanya, meraih tangan Vara dan membawanya. Melihat hal itu, Vara semakin bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Evil Soul's Twin - [On Going]
ParanormalRay adalah anak remaja yang pemalu, cenderung pasif dan sangat ramah. Tapi, Ray memiliki jiwa jahat dalam dirinya yang bernama Rey. Rey memiliki sifat bertolak belakang dengan Ray, sifatnya yang selalu ingin menjadi nomor satu dan mudah emosional se...