Chapter 22

13 4 0
                                    

"Kau bahkan tidak tau apa yang aku hadapi dan kau memberi nasehat seolah-olah kau mengetahui itu." [Ray R. R.]

______

Lutut Ray terasa sangat lemas dan saat itulah Ray jatuh terduduk. Ray berusaha mengatur napasnya yang memburu. Wajahnya semakin memucat. Keringat semakin banyak membanjiri wajahnya.

Seluruh tubuh Ray terasa sangat lemas. Ray tidak menyangka perkelahian hebat antara dirinya dan Rey terjadi.

Ray memperhatikan kepingan kaca satu persatu. Tidak ada sosok Rey lagi disana membuat Ray merasakan kehilangan.

Perlahan-lahan Ray merasakan dadanya sesak. Sesak karena Ray merasa akan kehilangan sosok Rey.

"Bagaimana ini." lirih Ray.

Air mata kembali keluar, mengalir dengan indah melewati pipi putih Ray. Ray menangis tersedu-sedu. Entah kenapa mendengar kalimat terakhir dari Rey membuat Ray semakin sakit.

Memang benar. Seorang pengecut seharusnya enyah saja dari dunia.

Ray mengangkat wajahnya, melihat creepy dollnya yang masih duduk manis di atas king size miliknya. Tapi ada sesuatu yang berbeda, mata creepy doll itu tertutup seperti benda hidup yang sedang tertidur.

Ray berusaha bangkit dengan kedua lututnya yang masih terasa lemas. Berjalan tertatih-tatih berusaha meraih creepy dollnya. Dipeluknya erat creepy dollnya tapi tetap saja Ray merasa hampa karena mata creepy dollnya tidak terbuka seperti biasanya.

"Maafkan aku Rey. Aku akan menyelesaikan masalahku sendiri jadi jangan pernah ikut campur." bisik Ray.

Setelah mengatakan itu, Ray memasukkan creepy dollnya di dalam lemari kosong dan menguncinya. Dengan tatapan sendu Ray memperhatikan lemarinya yang terkunci, di dalamnya terdapat creepy dollnya.

"Kau bahkan tidak tau apa yang aku hadapi dan kau memberi nasehat seolah-olah kau mengetahui itu."

Tiba-tiba rahang Ray mengeras. Tangannya kembali mengepal menahan amarahnya. "Kau ingin aku enyah dari dunia ini? Tch, kau saja yang enyah, keparat!"

*******

Seorang gadis berdiri dengan anggun di depan kelas. Sebuah kotak bekal bewarna biru dipegangnya sembari tersenyum manis. Dari gelagatnya, tentu saja orang tau kalau gadis itu sedang menunggu seseorang.

"Vara!"

Gadis itu adalah Vara. Menoleh ke arah suara yang meneriaki namanya. Vara melempar senyuman manisnya kepada Randa yang berlari kecil ke arahnya.

"Lagi nungguin siapa?" tanya Randa.

Bukannya menjawab, Vara malah tersenyum sendiri dan menunduk sehingga rambut panjangnya jatuh menutupi wajahnya yang cantik.

Seakan mengerti dengan hal itu, Randa tersenyum menggoda. "Pasti lagi nungguin pangeran berkuda putih kan?" tanya Randa.

Vara mendongakkan kepalanya dengan wajah penuh tanda tanya, "Pangeran berkuda putih? Siapa?" tanya Vara balik.

"Ya pakai tanya lagi. Siapa lagi kalau bukan abang tampan Ray eakkk." goda Randa berhasil membuat kedua pipi Vara memerah karenanya.

Vara memukul lengan Randa pelan membuat Randa semakin tertawa karena godaannya tepat sasaran. "Pasti bekalnya buat Ray juga kan? Kalau -"

"Ada yang mau menggantikan posisi Mariam nih."

Randa dan Vara sontak mengalihkan pandangan mereka ke arah anak remaja yang tak lepas dengan hodie hitamnya serta kacamata minus yang selalu setia bertengger di hidung mancungnya.

The Evil Soul's Twin - [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang