Chapter 23

10 2 0
                                    

"Tinggalkan saja dia disini. Biarkan dia merenungi kebodohannya."  [Kay]

______

Pelajaran di sekolah telah usai. Saatnya untuk pulang tapi entah kenapa Ray rasanya malas untuk pulang ke mansion yang bagaikan neraka baginya.

Ray tidak sanggup bertemu dengan orang yang memiliki darah yang sama dengannya. Hati Ray kembali panas setiap kali mengingat akan hal itu. Ray sangat tidak menyukainya.

Hari ini juga tidak ada sopir pribadinya, jadi mau tak mau Ray menggunakan taksi lagi. Tapi belum saja Ray keluar dari gerbang, tiba-tiba tangannya sudah ditarik seseorang membuat Ray terpaksa mengikutinya tanpa protes apa pun.

Di belakang gedung laboratorium, tangan Ray dihempaskan dengan kasar. Ray melihat pelakunya yakni adalah Randa, Kay dan Key. Ray bahkan sudah menebak ini akan terjadi. Drama yang tak terduga.

Tatapan tajam serta hasrat untuk saling membunuh terpancar jelas di kedua mata mereka, terutama Ray. Ray paling tidak suka waktu tenangnya diganggu oleh orang lain bahkan kalau itu Mariam sekali pun.

"Maksudmu apa?"

Ray mengalihkan pandangannya ke arah Randa. Ray tau kalau Randa saat ini sedang menahan emosinya, terlihat dari wajahnya yang memerah serta kedua tangannya yang mengepal kuat. Bukan hanya Randa saja, si kembar Kay dan Key juga seperti itu.

Ray tersenyum membuat rahang Randa semakin mengeras. "Apa maksudmu? Aku tidak menerti." Balas Ray dengan wajah tak berdosanya.

Mendengar akan hal itu, Randa menarik kerah seragam putih Ray dan meremasnya dengan kuat. "Aku yakin kau tidak sebodoh itu, Ray River Robertson." Ujar Randa dengan nada penuh penekanan.

Melihat wajah keras Randa entah kenapa membuat Ray ingin tertawa. Sepertinya menggoda Randa membuat kesenangan tersendiri bagi Ray.

Ray mengangkat kedua tangannya di udara mengaku kalah dengan senyum yang terukir lebar di bibir tipisnya.

"Aku kalah deh kalau begitu. Wajahmu sangat lucu Randa sampai aku ingin tertawa melihatnya." Ejek Ray.

"Randa, anak ini sepertinya sudah gila. Beri saja dia pelajaran." Ujar Key.

"Aku setuju itu. Bagaimana kalau aku memulainya?" Timpal Kay.

Randa tersenyum mengejek, mendorong Ray sehingga membuat Ray jatuh terduduk. "Benar juga, kenapa tidak terpikirkan dari tadi?"

Bukannya takut, Ray malah tersenyum dan berusaha bangkit dari duduknya. Berdiri di hadapan Randa dengan wajah menantangnya.

"Wah wah wah, sepertinya ada yang ingin memukulku. Aku jadi takut sekali."

Rahang Randa semakin mengeras mendengarnya. Baru saja Ray ingin mengatakan sesuatu, Randa sudah memberinya bogem mentah membuat Ray terpelanting ke belakang.

Bruk!

"Akh..!" Ray hanya bisa meringis tertahan karena belum saja Ray bangkit, Randa sudah menarik kerahnya dan menduduki perutnya. Pukulan demi pukulan melayang di wajah tampan Ray membuat kepala Ray berdegung karenanya.

"Ini adalah pukulan dari Vara. Gadis itu, bahkan setelah kau menyakiti perasaannya, dia malah menahanku untuk tidak memukulmu! Beruntung sekali kau sialan!"

Setelah mengatakan itu, Randa bangkit tanpa membantu Ray untuk bangkit. Randa mengelap tangannya yang terdapat bercak darah Ray.

"Tinggalkan saja dia disini. Biarkan dia merenungi kebodohannya." Desis Kay tajam.

Baru saja ketiganya melangkahkan kaki meninggalkan Ray yang masih terkapar tak berdaya, terpaksa berhenti. Suara tawa Ray berhasil membuat ketiganya menoleh dengan tatapan tak percaya.

The Evil Soul's Twin - [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang