Chapter 19

11 2 0
                                    

"Aku selalu ada untukmu brother, kita satu." [Rey R. R.]

______

Pandangan Ray memutih dan mendadak tergantikan dengan sebuah ruangan yang sangat mewah dan luas. Dihiasi dengan banyak perabotan serta permainan dan figure kesukaan anak laki-laki.

Dinding yang dicat dengan warna putih salju, tak ada perpaduan apa pun karena seluruh warna perabotan rumah berwarna putih.

Ray mengedarkan pandangannya, melihat ruangan yang tampak seperti sebuah penjara karena tidak ada pintu bahkan jendela sedikit pun.

Mencari seseorang yang dicarinya, Ray tau orang itu sedang bersembunyi menyambut kedatangannya membuat Ray semakin mengembangkan senyumnya.

Tiba-tiba...

"Duarr!"

Ray terkejut dan dengan cepat menoleh ke belakang melihat pelaku yang membuatnya nyaris jantungan. Si pelaku hanya tertawa terbahak-bahak melihat Ray yang terkejut.

"Kau selalu membuatku terkejut, Rey." ujar Ray.

Rey menghentikan tawanya dan melihat wajah Ray dengan teliti. Remaja berambut putih di depannya itu menyentuh pipi kanan Ray dan mengusapnya lembut membuat Ray memejamkan matanya.

"Apa yang terjadi brother? Kau menangis?" tanyanya.

Ray menganggukkan kepalanya lemah mengiyakan apa yang Rey tanyakan. Tiba-tiba Rey menampar pipi Ray pelan membuat Ray sontak membuka kedua matanya yang sempat terpejam menatap Rey dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Jangan menangis cengeng!" ejek Rey.

Ray terkekeh melihat Rey yang mengejeknya. Lihatlah, bahkan Rey selalu menghiburnya dengan ejekannya seperti sekarang ini.

Melihat Ray yang tertawa, Rey pun ikut tertawa. Entah kenapa rasanya sangat lucu. Rey merentangkan kedua tangannya bermaksud agar Ray segera memeluknya. Mengerti akan hal itu, dengan senang hati Ray memeluk Rey.

Sosok dengan rupa yang sama namun beda warna rambut dan sifat itu saling berpelukan menyalurkan rasa rindu satu sama lain. Rey dengan lembut mengusap punggung belakang Ray membuat Ray menitikkan air mata.

"Kalau ingin menangis, lakukan saja." bisik Rey.

Bagaikan sebuah sihir Ray menangis sesegukan di dalam pelukan Rey. Menangis karena lelah menanggung beban hidupnya selama ini.

Rey dengan wajah datarnya memeluk Ray semakin erat seolah-olah ikut merasakan apa yang Ray rasakan.

Setelah merasa Ray sedikit lebih tenang, Rey melepaskan pelukannya menangkup wajah Ray dan tersenyum, "Aku selalu ada untukmu brother, kita satu."

Mendengar kalimat yang tulus keluar dari mulut Rey membuat Ray merasa kembali tenang dan hangat. Jujur saja rasanya Ray betah bersama Rey diruangan tanpa pintu seperti ini. Hanya Ray lah yang selalu bisa membuatnya kembali tenang.

Rey berjalan menghampiri rak yang berisikan banyak figure tokoh pahlawan yang juga sangat Ray sukai. Rey mengambil figure Spider Man, tokoh pahlawan yang sangat Rey sukai.

"Kau tau seperti apa perjalanan kehidupan yang sudah dia lewati?" tanya Rey sembari menunjukkan sebuah figure Spider Man.

Ray menganggukan kepalanya tanda mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Rey.

Rey tersenyum sembari kembali duduk di atas sofa single dengan kedua kaki yang dinaikkan di atas meja, "Dia kehilangan orang yang sangat disayanginya. Kehilangan sosok yang sudah dianggapnya seperti seorang Ayah, serta sosok sahabat yang seperti saudara baginya. Dia juga sempat mengecewakan bibinya. Dan dia juga berkali-kali merasakan patah hati karena gadis yang sangat disukainya." ujar Rey panjang lebar.

The Evil Soul's Twin - [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang