Panas terik matahari tidak membuat kakak kakak osis mundur untuk membawa calon murid SMA Utopia berbaris di lapangan, lengkap dengan atribut.
"Hitungan 10, semuanya udah baris rapi. Jangan sampe ada yang keluar barisan, pokoknya harus rapi. Denger gak??!" Adam sang ketua osis berteriak menggunakan pengeras suara.
Jimin yang mendengar itu langsung lari dari kamar mandi menuju lapangan untuk berbaris. Dengan name tag dan topi bola yang dipotong setengah, membuatnya nampak konyol meski wajahnya masih tetap terlihat mempesona.
Semuanya terlihat sedikit panik di lapangan, pasalnya sang ketua osis sudah mulai menghitung. Tepat di angka ke 8 jimin sudah menemukan tempat untuknya menyelip dan berbaris. Ia sedikit bernapas lega karenanya.
"Sekarang semuanya duduk, kita mau ada sambutan dari kepala sekolah. Dan ada pemateri juga habis ini. Thankyou"
panas matahari yang sudah membakar lapangan itu membuat bokong mereka terasa seperti dipanggang.
Untungnya ini adalah hari terakhir masa orientasi. Jadi, besok sudah tidak ada lagi penyiksaan. Dan resmi bagi jimin menjadi anak SMA.
Namun, seperti kebanyakan anak sekolah pada umumnya, materi dan sambutan di depan tidak menarik untuk didengarkan. Semakin di dengar rasanya semakin mengantuk.
Ada anak laki-laki bertubuh besar, kevin namanya. Ia menjadi anak pertama yang membuat kegaduhan. Kevin merogoh tas karungnya dan mengambil buku catatan kecil serta pulpen.
"Eh, tanda tangan dong di buku gua. Operin aja ke yang lain terus kalo udah penuh baru balikin" katanya pada Hoseok yang saat itu duduk tepat di belakangnya.
Hoseok hanya menuruti saja ucapan kevin. Ia membuat tanda tangan yang besar di tengah buku.
Lalu mengopernya ke belakang, dan terus dilakukan hingga buku itu tiba pada taehyung.
"Ini buat apa?" Tanyanya pada anak yang memberinya buku
Bahunya terangkat seraya menjawab "gak tau, dapet dari barisan sana katanya suruh tanda tangan"
Karena ia pikir itu mungkin sebuah keharusan dari kakak osis akhirnya taehyung juga menandatangani buku itu.
Ia mengoper buku itu ke barisan sebelah kanannya.
"Eh, nih disuruh tanda tangan" katanya sambil berbisik.
Jimin sebenarnya agak bingung, tapi pada akhirnya ia mengangguk. Setelah membubuhi tanda tangannya, ia bertanya pada orang yang memberikan buku itu padanya.
"Eh tapi ini kan udah penuh, gakapapa gue di lembar yang baru?"
"Gakpapa" jawab taehyung singkat
"Ini pake nama apa nggak sebenernya? Ada yang naro ada yang enggak soalnya"
Taehyung yang juga tidak tahu, dengan pedenya menjawab "tulis aja, takutnya buat absen?"
"Oke" jimin menuliskan namanya di bawah tanda tangan.
"Eh kayaknya disuruh balikin deh bukunya, buruan lu udah nulisnya belom?"
"Udah kok ini, bentar"
"Sekalian tulis juga nomor telepon katanya barusan"
Jimin mengerutkan alisnya, agak heran "perasaan gak ada yang ngomong apa apa"
Tapi taehyung hanya diam, dan jimin menuruti apa katanya.
Tepat dibawah nama Jimin artawijaya ada nomor telepon yang terpampang disana.
Sedangkan Rasda, anak yang tadi memberikan buku itu pada taehyung sudah bawel meminta bukunya dioper untuk dikembalikan.
"Iya, bentar" jawabnya.
Tangannya merobek kertas yang bertuliskan nama jimin beserta nomor teleponnya pelan pelan. Dan memasukannya ke dalam saku celana.
"Nih, bukunya" ia menepuk pundak Rasda
Tidak ada alasan khusus mengapa taehyung melakukannya, hatinya yang menuntun.
Hingga malam tiba, usai pulang dari sekolah magrib tadi, taehyung membuka kertas itu ketika duduk di meja belajarnya.
"Hmm... Chat gak ya"

KAMU SEDANG MEMBACA
First Dance [VMIN] END✔️
FanfictionWe've both been waiting so long, for this day to come. Now that its here, let's make it special. Let's make this a night the two of us remember.