#20 ‒ Pembullyan

14.1K 667 34
                                    

Hi Hi!!🥰 Surpriseeeeee!!! Alden up juga hari iniiiii!! Setelah 1 minggu gak uppp😢

Akhirnya aku berhasil nyelesaiin chapter 20😭 jujur aku buat chapter ini 3 hariii...
Semoga kalian suka deh yaa??

Anywayyy, aku mau bilang makasih banyaaakk, anak pertama aku udah 4K readers, jujur gak nyangka banget... thankyooouu sooo muchhh guysss!

Kalau aku minta vote + comment juga gapapa kannnn?? hehe😋 jangan malu-malu buat spam comment bb!🥰😍 jujurrr, comment kalian tuh bikin mood aku naik bangeeettt!!!
Mood naik > Bikin semangat buat ngestock chapterrr😁

Sebelum kalian mulai baca, aku mau kasih warning dulu,
⚠ Chapter ini mengandung adegan kekerasan⚠

Selamat membaca!!😆

♚☠♛

Aretha dan Alden menghabiskan waktu bersama di kamar Alden dengan menonton beberapa film. Setelah menghabiskan beberapa waktu bersama-sama, mereka jadi lebih mengenal satu sama lain dengan baik, membuat Alden semakin tertarik lagi dengan kehidupan gadis yang berada di sampingnya itu, yang masih fokus pada layar televisi di depan sana dengan popcorn di pelukannya. Sekarang posisi Alden sudah duduk menyamping, bukan memerhatikan layar televisi, melainkan memerhatikan Aretha dari samping.

"Reth." panggil Alden pelan.

"Yesss?" jawab Aretha tetapi tidak mengalihkan perhatian sedikit pun dari layar televisi.

"Aretha." panggil Alden lagi.

"Yaaa?" akhirnya gadis itu mengalihkan pandangannya ke Alden.

"Mulai besok berangkat sama pulang bareng gue ya."

Aretha hanya menatap Alden bingung, "Loh? Ngapain? Ribetin lo aja Kak." 

"Gak ngeribetin."

"Gak usah lah, gue bisa berangkat sendiri." jawab gadis itu.

"Gue gak nerima penolakan." 

"Dasar pemaksa!" Aretha sudah melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah cemberutnya.

"Dengan lo berangkat dan pulang bareng gue, itu bisa ngurangin rasa khawatir gue Reth. Gue jadi bisa mastiin sendiri kalau lo emang gapapa." Alden menjelaskan rasa khawatirnya pada Aretha.

"Tapi kan gue gak bakal kenapa-kenapa loh Kak." bantah Aretha yang dihadiahi tatapan tajam oleh Alden.

"Gak kenapa-kenapa? Terus kejadian tadi apaan?"

"Y-ya, i-itu kan-, ya gue gak tahu lah!" Aretha tergugup.

"Pokoknya lo berangkat sama gue, balik juga sama gue!" tegas Alden, membuat Aretha hanya menghela napasnya malas, berdebat dengan Alden tidak akan ada ujungnya pasti.

"Yaudah lah terserah lo aja." Aretha kembali mengalihkan tatapannya pada layar televisi. Alden mengeluarkan seringainya, akhirnya berhasil membujuk gadis itu walaupun membutuhkan sedikit perdebatan disana.

Alden beranjak dari ranjang yang ia dan Aretha duduki, berjalan menuju balkon kamarnya yang menghadap ke lapangan kosong. Mengeluarkan sepuntung rokok dan menyelipkannya di bibir. Menikmati angin sore yang berhembus mengenai wajah tampannya. Masih banyak yang harus ia lakukan besok. Terutama mencari siapa dalang dari pembullyan Aretha.

♚☠♛

Seperti apa yang Alden katakan, sudah lebih dari seminggu ini Aretha berangkat dan pulang bersama Alden. Walaupun terkadang Aretha harus menunggu Alden karena pria yang notabene sudah menduduki kelas 12 itu diharuskan mengikuti Pendalaman Materi (PM) dan menjalankan Try Out yang biasa diadakan untuk anak kelas 12 yang sebentar lagi akan menjalankan Ujian Nasional serta berbagai ujian-ujian lainnya.

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang