33. Selalu ada

38.1K 3K 91
                                    

"Tenang saja, mau seburuk apapun kamu, persahabatan kita lebih penting dari hal itu"
- Viona Gabriella

"Tenang saja, mau seburuk apapun kamu, persahabatan kita lebih penting dari hal itu"- Viona Gabriella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vi-viona, aku bisa jelasin," ujar Naya pada gadis yang tengah tercengang di depan sana.

Ya, seseorang yang mendengar percakapan mereka adalah Viona.

Viona memang mengikuti Naya saat sahabatnya itu pergi ke kamar mandi, namun ia tak sengaja melihat David. Jadi ia memutuskan untuk membuntuti mereka berdua dan sampai lah Viona di taman ini.

Kebenaran yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Viona benar-benar tidak bisa mempercayai hal ini.

Bagaimana mungkin, Naya yang ia tahu sangat mencintai Alvin ternyata malah hamil anak sahabat Alvin?

"Gue gak nyangka, lo bohongin gue, Nay," ucapnya sambil terkekeh pelan.

"Vi, aku bisa jelasin. Dengerin aku dulu."

"Apa yang mau lo jelasin?"

Naya mengambil langkah lebih dekat pada Viona. "Maaf Vi... Aku takut. Aku takut kalau kamu tau hal ini, kamu bakalan ninggalin aku, sama seperti Alvin."

"Lo sembunyiin hal sebesar ini dari gue, Nay. Apa lo gak nganggap gue sebagai sahabat?" lontar Viona tak percaya. Ia bisa berbagi masalah dengan Naya, lalu kenapa Naya tidak bisa?

"Nggak gitu Vi. Aku cuma takut kamu gak mau temenan sama aku lagi setelah tau aku hamil," jawab Naya lalu menundukkan kepalanya.

"Nay, bukannya gue pernah bilang ya, apapun itu masalah lo, gue gak akan ninggalin lo."

Hening...

Tidak ada jawaban dari Naya. Wanita berbadan dua itu masih setia menundukkan kepalanya.

Naya terlalu takut orang-orang di sekitarnya akan meninggalkan ia satu-persatu.

Naya tidak suka sendirian. Naya tidak suka kesepian. Tapi itulah kenyataannya.

Sejak awal ia memang sudah sendiri, sampai kapanpun akan terus sendiri.

Viona memang marah karena Naya tidak memberitahunya lebih awal. Tapi ia tidak bisa menghakimi Naya, karena ia yakin kalau Naya bukan wanita seperti itu.

Ia mengenal baik Naya. Tidak mungkin Naya sampai melakukan perbuatan terlarang. Viona yakin ada kesalahan di sini.

"Maaf, Vi... Maaf karena nggak jujur..."

Viona mengambil napas berat. Ia tidak bisa marah lama-lama pada Naya.

"Nay..," panggil Viona. "Lo gak mau peluk gue?"

Mendengar pertanyaan Viona, Naya langsung mengangkat kepalanya, tatapan mereka bertemu.

"Lo gak mau peluk gue?" ulang Viona lagi. Kemudian merentangkan tangannya.

Naya mematung sesaat. Ia tidak menyangka respon Viona jauh dari apa yang ia bayangkan.

Naya pikir Viona akan pergi setelah mengetahui semuanya, tapi ternyata dugaannya salah.

"Kamu gak marah sama aku?" tanya Naya.

"Siapa bilang? Gue masih marah sama lo, tapi gue lebih gak tega ngeliat lo kayak gini."

Naya terisak kecil. Ia sangat-sangat bersyukur Viona masih mau bersahabat dengannya, meskipun gadis itu tahu ia sedang hamil.

"Naya! Lo gak mau peluk gue, nih? buruan keburu pegel tangan gue," decak Viona saat melihat Naya hanya terdiam di tempatnya.

Decakan Viona menyadarkan Naya dari lamunannya. Tanpa ba bi bu lagi Naya langsung menubruk tubuh gadis itu.

Viona hampir terjungkal akibat Naya yang memeluknya terlalu kencang.

"Makasih. Makasih, Vio. Jangan tinggalin aku, seperti Alvin yang udah ninggalin aku. Aku gak yakin bisa melewati ini semua sendirian, Vi. Aku mohon jangan tinggalin aku," pinta perempuan hamil itu dengan suara parau.

Viona memeluk tubuh ringkih Naya dan menepuk pelan pundaknya. "Gue di sini, Nay. Gue gak akan pergi kemana-mana. Gue juga gak akan ninggalin lo."

Naya mengangguk lalu semakin mempererat pelukannya. Sungguh, rasanya sangat lega ketika Viona masih mau menerima dirinya.

Setidaknya meskipun Alvin sudah pergi, ia masih mempunyai Viona. Sandarannya setelah Alvin.

Kedua sahabat itu saling berpelukan dan  menguatkan. Tanpa menyadari kalau masih ada orang lain di taman itu selain mereka.

David. Laki-laki itu sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksi Naya dan Viona.

Satu pertanyaan muncul di benaknya saat melihat kejadian di depan nya barusan.

Kenapa Naya tidak meminta ia untuk terus berada di sisinya? Kenapa Naya malah meminta ia agar pergi menjauhinya?

Bagaimanapun juga, bayi itu tetap membutuhkan sosok Ayah dalam hidupnya nanti. Dan sosok Ayah itu adalah dirinya.

Kenapa Naya begitu egois dengan memisahkan ia dari darah daging nya sendiri?

"Heh! Brengsek! Ngapain lo masih di sini?" cemooh Viona. Gadis itu masih memeluk Naya yang sedang terisak dalam pelukannya.

"Jangan tunjukin muka sialan lo itu di depan gue ataupun Naya lagi! Kalau lo masih berani, gue sendiri yang akan matahin tulang-tulang lo!" maki Viona. Idan pergi meninggalkan taman.

David tidak berbicara sepatah katapun. Lelaki bertubuh tinggi itu menatap kepergian Naya penuh arti.

"Gue akan bertanggung jawab, Nay. Tunggu Ayah ya adek. Ayah akan memperjuangkan hak kamu dan juga Bunda," monolog nya pelan tapi penuh keyakinan.

"Untuk kali ini gue harus egois demi anak kita Nay. Mau lo suka ataupun nggak, gue akan terus berusaha dapetin lo."

"Dan dengan lo hamil anak gue, itu berarti lo udah jadi milik gue," ucap David tersenyum simpul. Laki-laki itu juga ikut pergi meninggalkan taman.

Keputusan nya sudah matang. Mau Naya menyukainya atau tidak, David tidak akan berhenti begitu saja mendapatkan Naya.

Terlebih lagi sekarang Naya sedang mengandung anaknya. Itu bisa menjadi alasan David agar Naya mau menerimanya.

Pernyataan Naya memang tidak sepenuhnya salah. Ia sedikit bersyukur atas hadirnya bayi itu. Yang akan menjadikannya lebih dekat dengan Naya.

NAYANIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang