Jangan lupa vote & komen ya temen-temen 🌻
Entah sudah berapa bulan lamanya, Naya meninggalkan rumah ini. Ana merasa sebagian dirinya ikut hilang bersama dengan kepergian Naya.
Sampai sekarang Ana belum mengetahui kabar Naya, dan bagaimana kehidupan anaknya di luar sana. Meski ia menolak perduli kepada gadis itu, namun hatinya tidak bisa berbohong kalau ia tetap mengkhawatirkan Naya.
"Bunda ... kenapa diem aja?"
Pertanyaan Raina menyadarkan Ana dari lamunannya tentang Naya. Ana lupa kalau sekarang ia tengah bersama Raina jadi kenapa dia harus memikirkan Naya?
"Bunda gak papa sayang. Kamu tidur ya, udah malem," ujar Ana mengalihkan perhatian Raina agar tidak bertanya lagi kepadanya.
"Iya, Bunda," jawab Raina patuh. Ia memang mengantuk karena jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Ana berdiri, membenarkan bantal Raina, lalu menaikkan selimutnya hingga sebatas dada gadis itu. Ia tersenyum tulus walau Raina tidak bisa melihatnya.
"Tidur yang nyenyak, ya, sayang." Ana mencium kening gadis itu sekilas, kemudian berjalan keluar. Meski begitu, Ana belum bisa menghilangkan Naya dari pikirannya.
Bayangan di mana Naya tersenyum saat Ana mengacuhkannya terus berulang-ulang dalam benak Ana. Dan hal itu membuat Ana gelisah, hatinya dirundung rasa bersalah terhadap gadis malang itu.
Ana berjalan gontai ingin pergi ke dapur untuk mengambil air lalu baru setelah itu ia akan pergi tidur. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat kamar Naya yang tidak tertutup rapat. Entah, mungkin ada seseorang yang membukanya atau pintunya memang terbuka karena angin.
Tanpa sadar langkah kaki Ana membawanya lebih dekat ke kamar Naya, ia sendiri juga tidak tahu mengapa. Tapi hati kecilnya menyuruhnya untuk masuk ke kamar itu.
Sunyi.
Kamar Naya benar-benar sunyi, gelap gulita. Saat Ana masuk ke dalam, seketika aroma gadis itu langsung memasuki indera penciumannya.
Ana mendudukkan dirinya di samping ranjang Naya, matanya menelusuri setiap bagian kamar Naya dengan perasaan yang ia sendiri tidak mengerti.
Gelisah.
Itulah yang Ana rasakan sekarang. Saat sedang sibuk memperhatikan bagian-bagian kamar gadis itu, matanya tidak sengaja menangkap sebuah buku diary yang sudah usang, seperti buku itu telah digunakan bertahun-tahun lamanya.
Ana berjalan untuk mengambil buku diary itu, lalu kembali duduk di kursi tempat Naya belajar. Matanya menyorot tak asing pada buku itu. Sepertinya Ana pernah melihatnya sekilas, dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYANIKA [SELESAI]
Romansa[PRIVAT ACAK - FOLLOW SEBELUM BACA] - Sederhana saja, ini tentang Kanaya dengan segala rasa sakit dan penderitaannya - "Kanaya Belva Anastasya" Gadis cantik yang tak pernah beruntung dalam hal apapun. Bahkan kekasih yang menjadi satu-satunya alasan...