Chapter 2 part 2

8.5K 135 17
                                    

Kamar yang sekarang aku tempati benar-benar sangat mewah dan sangat jauh dibandingkan dengan yang ada di apartemen dulu. Semua perabotan terlihat mahal. Aku melongok pada jam digital yang ada di nakas tempat tidur menunjukkan pukul 4 sore. 

"Luar biasa bisa berdiri di sini" gumamku. Mataku menjelajah seluruh ruangan dan mulai menapaki setiap sudut kamar. Aku membuka salah satu pintu dan menemukan kamar mandi super mewah yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dinding kamar mandi didominasi oleh warna hitam dan putih. Warna klasik yang disukai oleh para eksekutif muda. Gagang pintu dan kran air yang terbuat dari perak, kabinet dengan kaca sangat besar dan wastafel berbentuk setengah lingkaran terbuat dari marmer mengkilat. Bathup dan ruang bilas yang hanya disekat oleh kaca yang cukup ditempati oleh 4 orang. 

Perasaan ingin tahu yang menjalar pada kamar mandi membuatku tidak sabar untuk mencobanya dan aku segera melepas pakaian kerja dan mulai menikmati relaksasi dari air hangat yang mengucur deras dari keran air mengalir deras menuju tengkuk. Aku memejamkan mata dan merasakan bahwa menjadi orang kaya kadang menyenangkan. Tidak selalu menyenangkan jika harus berhadapan dengan segala hingar bingar pekerjaan yang menumpuk dan bukannya pesta pora dan sepertinya Tobias menjadi salah satu si maniak kerja. Aku tersenyum menyadari spekulasi sepihak dari otak cerdasku yang menilai Tobias si maniak kerja. Tapi jelas, dia memang seperti itu. Usianya terlampau muda untuk mampu meraih kesuksesan sedemikian gila dengan berbagai perusahaan dengan berbagai bidang dan tersebar di seluruh dunia. Ini pencapaian yang luar biasa! Aku yakin, orang tuanya akan cepat mati karena kebanggaan yang tidak akan pernah cukup bagi putranya itu. Putranya yang tampan dengan tubuh sempurna yang dibalut setelan kemeja putih yang hari ini dia kenakan. 

"Tobias..." desahku sambil memeluk tubuhku yang mendadak merinding saat nama itu melintas di pikiran. Manusia paling sempurna, tubuh indah, dadanya yang kokoh dan aku kembali membuka akses paling kotor dalam pikiran. Betapa indah jika Tobias melepaskan pakaiannya saat ini dengan aliran-aliran air yang meliuk-liuk di kulit coklat emasnya yang menawan. Pijatan dari tangannya mungkin akan mengurangi lelah pada pundakku. 

Pernahkah dia memakai kamar mandi ini? Sebuah pertanyaan harapan mulai menguasai. Jika dia pernah menggunakannya maka aku bisa merasakan kehadirannya dalam angan-angan yang memabukkan. Membayangkan menyentuhku saat ini. Secara naluri dengan hasrat yang meletup-letup dan memaksa untuk segera dipuaskan, aku mulai membawa tanganku meraba organ paling sensitif dan mulai merasakan ketegangan memasuki mengirimkan sinyal kejut ke seluruh saraf dengan kuantitas yang berlipat-lipat di sekujur tubuh. 

Hampir satu jam aku menghabiskan waktu mengguyur tubuhku dengan kemewahan kamar mandi dan buaian lembut air yang menjatuhi setiap area tubuhku sekaligus pengaruh sensual yang meracuni dan tiba-tiba saja aku hampir saat sebuah ketukan pintu menghancurkan sensasi paling erotis yang pernah ada dalam benakku. 

"Alice, kau di dalam?" suara yang baru saja menjadi obyek erotisku mengetuk pintu dengan suaranya yang hampir membuatku terjatuh saat meraih handuk dan membalutkannya dengan acak. Aku mematikan keran dan berlari menuju balik pintu, menekannya erat dan menyadari ternyata aku tidak menguncinya. 

"Ya, sir" ucapku gugup dan tetap menekan pintu itu agar tidak dibuka. Tanganku satunya mencengkram erat handuk seakan-akan orang yang ada dibalik pintu itu akan memaksa membuka. 

"Kau masih lama di dalam?" suaranya dalam. Ada kekhawatiran terselip dari pertanyaannya yang singkat. 

"Tidak, sir" aku mempererat handuk yang menutupi tubuhku. Kakiku mendadak berubah menjadi lentur dan tulang-tulang yang berguna menyangga seluruh tubuh mendadak musnah dan meninggalkan onggokan daging tak berbentuk. Aku merasakan pintu semakin menekan seperti hendak terbuka paksa. 

Jangan! 

"Saya... saya akan segera selesai, sir" ujarku terbata. 

"Aku akan menunggumu di ruang makan" dan langkah kaki menjauh terdengar. 

Double Me AgentWhere stories live. Discover now